CHAPTER 1 - SEMIFINAL RUSUH

206 11 0
                                    

Warning: BxB alias boys love

yang gak suka silahkan skip, jangan sampai salah lapak. NO nc-scene, cz ini novel kilat hasil kegabutan yang selesai dalam waktu 12 jam.

Typo bertebaran.

bahasa semi-baku.

Cerita ini murni karanganku sendiri hasil kegabutan. DO NOT COPY PASTE WITHOUT CREDIT!

Plagiat jauh-jauh ya...


Sabtu, 10 Agustus 2024

"tolong mundur", ucap meen pelan sambil berusaha keras mempertahankan senyumannya, meski jantungnya mulai berdegup kencang dan ia mulai merasa tegang melihat lautan manusia yang mengerumuninya dan tak memberinya jarak sedikitpun usai pertandingan semifinal Hi-Tech dengan skor 94-86.

Kemanapun ia berusaha bergerak, lautan fans yang tergila-gila padanya terus mengikuti tanpa memberi celah sedikitpun.

Kemanapun ia berusaha bergerak, lautan fans yang tergila-gila padanya terus mengikuti tanpa memberi celah sedikitpun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulir-bulir keringat dingin mulai menetes di dahi dan tengkuknya tanda ia tak nyaman. Ah, sial. Seharusnya tadi ia tak bersikeras menolak membawa pengawal ke pertandingan.

Ketika dirasa ia nyaris tak mampu menguasai diri dan sedetik sebelum mengalami panic attack, tiba-tiba terdengar bunyi sirine nyaring yang memekakkan telinga.

Sontak hal ini membuat para kerumunan refleks berteriak dan memegangi telinga mereka. Terlupakan sudah kamera yang tadi mereka genggam erat dan diarahkan ke wajah meen untuk mengambil foto dan merekam video.

Semuanya terjadi dalam waktu singkat, tiba-tiba di tengah kerumunan muncul sosok mungil berbaju gelap yang mengenakan hoodie hitam, kacamata hitam, dan masker buff berwarna senada.

Tanpa banyak bicara ia melemparkan selimut gelap ke tubuh bongsor meen dan menariknya menunduk menyamakan tinggi badannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa banyak bicara ia melemparkan selimut gelap ke tubuh bongsor meen dan menariknya menunduk menyamakan tinggi badannya. Dengan gesit ia bergerak setengah menyeret dan memeluk meen yang terbungkus selimut hitam sambil berlari ke arah parkiran.

Di depan pintu sudah menanti sebuah mobil van berkaca gelap. Dengan santai tubuh mungil itu setengah mendorong setengah melempar meen kedalam kursi penumpang yang didalamnya telah menunggu Ping Krittanun. Setelahnya ia pun berpindah ke kursi pengemudi.

The Best PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang