"Are they your friends, darling ?" Marry keluar dari toilet dengan rambut yang tersanggul rapi."Yes, mom. From the School" balas Juan.
Raga menangkap percakapan tersebut. Awalnya dia memang tidak tahu siapa perempuan bule tersebut. Tapi, setelah Juan mengatakan Mom, barulah Raga menyapanya dengan sopan. "Siang, tante"
"Oh, iya-iya" Marry memberikan untuk bersalaman. Namun berakhir Raga menyalimnya, nyatanya Marry tidak kaku menerima sambutan tersebut. Dia justru menepuk kecil pundak Raga yang sedikit menunduk karena menyaliminya.
"Mom, tunggu di mobil ya Juan. Kamu ngobrol saja dengan teman mu" Marry lalu segera pergi meninggalkan mereka.
🍂🍂🍂
"Jadi--kamu sakit ?" tanya Juan terus terang.
Mereka duduk di kantin rumah sakit. Pandangan Juan tidak lepas dari kantung obat yang dibawa oleh Niskala. Sedangkan Raga--pada titik ini dia sudah tidak terlalu peduli jika Juan mengetahui kondisinya. "Pantas pak Firdaus minta aku untuk memperhatikan kamu" lanjut Juan.
"Ya, kurang lebih begitu" sahut Raga tak bersemangat. Dia menggantungkan tangannya ke sandaran kursi seraya menatap ke arah langit-langit kantin yang berwarna putih. Niskala tertunduk, dia tidak ingin bertatapan dengan Juan saat ini. Tangan kecilnya juga secepat kilat menarik kantung obat tersebut dan menyembunyikannya dibawah meja--jujur saja, aksinya ini sedikit telat.
"Kamu sendiri ? Kenapa ada disini ?" Raga bertanya.
Juan menunjuk kearah parkiran, dimana dari tempat mereka duduk area tersebut bisa terlihat sangat jelas melalui kaca jendela kantin yang besar. "Mom dirawat 3 hari disini. Hari ini dia pulang. Aku sama sekali gak nyangka akan ketemu kalian di tempat ini. Apa penyakit mu separah itu ? Kamu kelihatan sedikit--" jelasnya. Juan melirik tubuh Raga dari atas kebawah. Selain rambutnya yang berantakan, dan pakaian pasien yang ia kenakan. Juan tidak bisa pura-pura tidak melihat wajah pucatnya tersebut.
"I'm fine, totally fine. Cuma sedikit sakit, but i'm ok" Raga gelagapan menjawabnya.
"Jadi--tidak terlalu baik ya ?" tebak Juan.
Raga hanya terdiam, tidak menjawab apapun. Meja mereka begeser sedikit--itu disebabkan oleh Niskala yang tiba-tiba berdiri dari duduknya. "A..aku ke toilet sebentar" pamit anak tersebut tiba-tiba, tanpa menunggu jawaban Niskala berlari kearah toilet kantin.
"Apa--Niskala juga sedang sakit ?" Juan kembali bertanya, tapi nada suaranya kali ini menjadi lebih serius. Juan menatap toilet yang dimasuki oleh Niskala barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAD INSIDE
Teen FictionNiskala berbeda dengan kebanyakan orang. Ketika kematian adalah hal menakutkan, untuknya merencanakan bagaimana ia bisa mati adalah sesuatu yang lumrah. Niskala selalu berpikir bahwa semesta tempat ia lahir tidak akan pernah cocok untuknya--Memang b...