SEMICOLON

121 23 0
                                    

Workshop tersebut tidak berdampak banyak pada Raga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Workshop tersebut tidak berdampak banyak pada Raga. Dia hanya merasakan sedikit kelegaan setelah mengeluarkan isi pikirannya disana. Terlebih bersama orang-orang asing, itu semua membuatnya merasa bisa lebih sedikit terbuka.

Asri mengatakan banyak orang yang cenderung membatasi diri dengan yang mereka kenal--Raga bisa memahami maksud ucapannya itu. Karena ia juga tidak terlalu terbuka kepada sang ayah.

Setelah menjalani berbagai pemeriksaan. Dokter di rumah sakit ini memberinya sedikit harapan. Dia bilang bahwa kanker yang Raga miliki masih memiliki kemungkinan untuk di angkat. Meski dilain sisi mereka juga tak bisa menjanjikan bahwa kanker tersebut akan 100% hilang dari tubuhnya. Tetap saja, kabar itu bagaikan angin segar untuk Raga.

Raga kini berdiri diatas rooftop rumah sakit, yang merupakan taman buatan dengan pohon kecil serta bangku nyaman bagi para pasien. Di menatap lurus tepat di tepi pagar rooftop--kearah pemandangan kota di siang hari. Raga lalu sedikit bertanya-tanya ; Apa yang sedang dilakukan sang ayah sekarang ? Apa dia sedang melakukan latihan atau justru bertugas lapangan ? Semua pertanyaan itu muncul satu persatu, menghabiskan waktu siang harinya.

Dia menutup matanya, membiarkan tiupan angin kecil menerpa--menggelitiki rambut dan tubuhnya.

"Kalau aku jadi kamu, aku gak akan lompat dari sini" suara laki-laki yang sedikit terdengan familiar, membuyarkan ketenangan Raga.

Ia membuka matanya, yang mana menemukan seorang anak seusianya namun sedikit lebih pendek sedang berdiri bersebelahan. Raga mengingat orang ini, dia adalah salah satu peserta Workshop yang diikutinya kemarin. Niskala, jika tak salah ingat.

Untuk seseorang yang melarang orang lain agar tak loncat. Niskala terbilang naif, karena posisi nya berdiri sedikit condong kedepan--keluar garis pagar pengaman.

"Maksudku, kamu sudah akan mati tanpa harus loncat kan ? Toh, hanya perlu menunggu 1 tahun saja. Percaya deh, 1 tahun itu gak terlalu lama" Niskala kembali mengoceh.

Kening Raga berkerut kencang, dia tak paham kenapa anak ini berkata seperti itu kepadanya. "Aku gak ada niatan buat loncat. Dan juga, kenapa aku harus mati ? Kamu terlalu kasar bicara seperti itu" protesnya.

Niskala tersenyum kaku, dia menggaruk bawah pipinya yang sudah pasti tak terasa gatal. "Begitu ya...Maaf deh, kalau aku menyinggung kamu"

"Aku kira kamu mau bunuh diri karena penyakit mu itu" gumam Niskala. "Tapi aku juga serius loh, soal jangan loncat dari atas sini" ia masih melanjutkan ocehannya.

"Eugh ! Mati karena loncat di tempat tinggi itu benar-benar mengerikan. Tubuh kamu bisa tidak utuh dan itu tidak terlalu enak untuk dilihat" ucap Niskala yang menjelaskan dengan nada santai. Seakan-akan yang ia katakan tadi bukanlah hal besar.

DEAD INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang