NORMA

74 20 0
                                    

Nafas Niskala terasa berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nafas Niskala terasa berat. Dia menundukkan wajahnya menatap kedua kakinya yang terbungkus sepatu dan celana sekolah. "Iya, A...aku yang menaruhnya tadi" ucap Niskala gugup.

Kotak makan berwarna biru cerah itu jatuh tepat didepan kakinya, nasi goreng yang ada didalam kotak itu kini berhamburan keluar. Niskala menengadah mencoba mensejajarkan pandangan kepada sang lawan bicara. Dia hanya berani melihat gerak mulut orang tersebut.

"Apa yang dikatakan... itu benar ?..."

Suaranya perlahan meredup--padam. Tapi entah mengapa dia masih bisa mengerti apa yang orang tersebut ucapkan.

"....M-e-n-j-i-j-i-k-k-a-n"

Niskala terperanjat dari tidurnya. Jantung kecilnya itu berdetak tak karuan, oleh rasa takut yang mendominasi. Dia tahu itu bukan hanya sekedar mimpi belaka, namun lebih tepatnya adalah ingatan yang ia pernah alami sebelumnya. Karena hal tersebut jugalah kini dia menjadi semakin tidak tenang.

Niskala memeluk kedua kakinya sangat erat. Matanya yang baru saja bangun dari tidur itu kini sudah panas karena emosi yang meluap secara tiba-tiba. "Niskala, you're so stupid..." lirihnya sangat pelan.

Ditengah lamunan kosongnya itu. Niskala harus dibuat kaget oleh bel rumah yang bunyi secara tiba-tiba. Tak ada satu orang pun yang Niskala pikirkan akan memencet bel tersebut, setelah kepergian kedua orang tuanya 6 bulan lalu. Terlebih saat ini masih jam 8 pagi. Siapa pula yang bertamu ?

Niskala merapikan sedikit baju tidurnya, namun dia tidak memperdulikan penampilannya yang agak berantakan. Sebelum membuka pintu, Niskala menyempatkan diri melihat dari lubang intip (peephole)--ternyata itu adalah oma Eli yang berdiri resah menunggu penghuni rumah membukakan pintu.

Rambut blonde oma Eli sangatlah nyentrik bagi Niskala. Bukan karena usianya yang sudah tua, namun karena itu adalah warna rambut asli dari oma Eli. Pirang--keemasan. Meski sekarang jika dilihat dari dekat, beberapa helai rambutnya sudah ada yang berubah menjadi beruban.

"Oma ? Kenapa oma kesini pagi-pagi ? Kak Nesya kemana ?" tanya Niskala, sembari memajukan kepalanya melirik kanan dan kiri--mencari perawat oma Eli yang seharusnya selalu ada disampingnya.

"Jangan banyak bicara Niskala, ikut oma. Tolong oma" dia menarik tangan Niskala, meninggalkan rumah tersebut dalam kesdaan tak terkunci.

"Oma, sebentar ! Tunggu--Oma" pinta Niskala. Sebenarnya tenaga oma Eli tidaklah kuat, tapi Niskala takut jika menarik paksa tangannya justru akan menciderai oma Eli nanti.

Sayangnya karena pendengaran oma Eli yang buruk, permintaan Niskala mungkin tidak terdengar. Alhasil mereka terus berjalan menyusuri jalanan komplek hingga sampai pada sebuah rumah yang masih kental dengan arsitektur belanda. Oma Eli membukakan pintu pagarnya, barulah disana Niskala menyadari jika oma Eli sedikit terisak tangis.

DEAD INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang