"Juantara !"
Sang pemilik nama menoleh. Menadapati Salsa teman sekelasnya berlari menghampirinya. Alis Juan terangkat sebelah--penasaran kenapa perempuan ini memanggilnya.
"Miss Yelan manggil kamu ke meja-nya. Ada yang mau dibicarakan dengan mu" jelas Salsa. Setelah memberikan kabar tersebut, dia berlalu pergi menuju kantin.
Miss Yelan adalah guru bahasa inggris mereka sekaligus wali kelasnya. Juan tak heran kenapa guru tersebut memanggilnya, sebab sudah biasa terjadi kepadanya sebagai seorang ketua kelas 12-B. Posisi ketua kelas sebenarnya tidak terlalu ia inginkan. Ini semua karena Wino yang mendorong Juan untuk mencalonkan diri sebagai ketua kelas dulu. Ditambah anak-anak yang lain percaya kepadanya. Sebagai seorang murid, teman, dan anak dari pemilik yayasan. Dan pada akhirnya Juan hanya mengikuti arus semata, menjalani tanggung jawab sampai dia lulus nanti.
"Kamu bagikan ini ke anak-anak ya. Make sure they complete the form. Ok ?" Miss Yelan meminta.
"Baik, bu" Juan setuju. Dia menerima formulir yang gurunya berikan itu.
"Miss tunggu sampai jum'at depan ya. Pastikan gak ada yang tertinggal" ia mengingatkan untuk terakhir kalinya.
Juan keluar membawa puluhan formulir yang terbungkus rapat oleh plastik. Dia membaca formulir yang paling depan, karena rasa penasaran. Formulir Bimbingan Karir. Lalu Juan tersadar bahwa mereka sudah menginjak kelas 12, yang artinya ini adalah tahun terakhir masa SMA mereka. Maka wajar jika guru dan sekolah mengajukan formulir seperti ini.
Sesampainya di kelas. Juan langsung mengetuk meja guru sekuat yang ia bisa, untuk menarik perhatian semua murid yang ada. Dia mengedarkan pandangannya sesaat, agar memastikan teman kelasnya sudah masuk seluruhnya. Wino, Reka, dan Ibrahim ada di bangku mereka masing-masing, dia lalu beralih ke pojok ruangan. Meja Niskala juga terisi. Kini Raga duduk dengan-nya.
Semua orang di kelas itu menunggu Juan berbicara.
"Miss Yelan memberikan ini tadi. Tolong kalian isi dengan benar dan jika sudah selesai kumpulkan kembali ke aku. Jangan buru-buru, karena miss Yelan memberi waktu kita seminggu" tutur Juan. Dia membuka bungkus plastik tersebut, menarik formulir didalamnya. Wino berjalan mendekat kedepan. Dia membantu Juan membagikan formulir tersebut ke anak kelas.
"Formulir bimbingan karir ?" Raga mengeja setiap kalimat yang ada.
"Raga kamu setelah lulus mau kemana ?" Niskala bertanya.
Raga menatap formulir tersebut terdapat 5 kolom didalamnya, yang ia yakini sebagai jumlah pilihan yang mereka punya dalam rencana masa depan nanti. Tapi Raga tidak yakin dengan semua itu. Masa depan ? Jika dipikir kembali dia hanya punya waktu satu tahu--ralat mungkin tidak sebanyak itu. Jadi apa dia masih bisa memiliki masa depan ?
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAD INSIDE
Fiksi RemajaNiskala berbeda dengan kebanyakan orang. Ketika kematian adalah hal menakutkan, untuknya merencanakan bagaimana ia bisa mati adalah sesuatu yang lumrah. Niskala selalu berpikir bahwa semesta tempat ia lahir tidak akan pernah cocok untuknya--Memang b...