Perjodohan| 14. Izinkan Untuk Jatuh Cinta

442 42 17
                                    

Sinar matahari sudah menampakkan biasnya. Seorang pemuda masih bergelung di dalam selimutnya. Suara alarm di ponselnya menyala dan memekik keras hingga tubuhnya menggeliat terganggu. Kedua matanya terbuka pelan, tangannya keluar dari selimut mengambil ponselnya yang ada di atas nakas samping kasurnya.

"Ganggu aja gua lagi libur..." Pemuda itu kembali tidur setelah mematikan alarmnya.

Namun tak lama kemudian ponselnya kembali berdering. Tapi kali ini berdering dikarenakan ada yang menelfonnya.

"Please, gua cuman mau tidur..." Ucapnya dengan kesal.

Melihat layar ponselnya yang ternyata Jordy menelfonnya.

Hugo mengerang kesal. Rencananya untuk tidur sampi siang harus gagal karena sang abang yang menelfon. Mau tak mau Hugo mengangkatnya.

"Halo, kenapa bang?" Ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Lagi dimana lo?"

"Di rumah bonyok, kenapa?"

"Jemput Pia dong, go ke rumah sakit. Tadi Viona ada jadwal mendadak foto di Jakarta Barat. Jadi gue harus bawa Pia ke rumah sakit"

"Yaelah bang gua mau tidur..."

"Lo jemput aja, nanti Pia lo kasih nyokap"

"Dianter ojek online aja sih bang..."

"Heh! Kurang ajar anak 3 tahun lu suruh naik ojek online sendirian!!"

Hugo berdecak kesal "Yaudah! Yaudah ah elah! Gua kesana!"

"Oke gue tunggu. Jangan lupa cuci muka lu, nanti lo kesini bawa belek lagi..."

"Berisik!" Hugo pun mematikan telfonnya.

Dengan terpaksa dan perasaan kesal Hugo beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Ia akan menyegarkan wajahnya terlebih dulu sebelum pergi.

Ketika sampai di rumah sakit, Hugo langsung pergi menuju ruangan Jordy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika sampai di rumah sakit, Hugo langsung pergi menuju ruangan Jordy.

Namun ketika ia hendak pergi ke lift ia melihat seorang pria yang tak asing. Hugo pun memutuskan untuk mengikuti pria tersebut yang ternyata bersama seorang wanita dengan perut besar. Mereka pergi menuju poli obgyn.

"Bayu?" Gumamnya.

Mereka duduk di kursi tunggu di depan poli. Hugo masih berpikir bahwa Bayu mengantar saudaranya untuk pemeriksaan rutin. Namun melihat kemesraan yang terjadi diantara mereka membuat Hugo ingin mendekatinya.

Ia duduk di barisan kursi belakang Bayu. Dengan topi yang ia pakai, Hugo menurunkan sedikit hingga wajahnya sedikit tertutupi.

Hugo dapat mendengar percakapan yang sedang mereka lakukan.

"Aku gak sabar buat lahiran anak kita. Habis aku lahiran terus kita nikah deh!" Ucap wanita itu dengan riangnya sembari mengelus perutnya yang membuncit.

Perjodohan ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang