Gladis menuruni tangga setelah bersiap-siap untuk berangkat kerja. Ia berjalan menuju dapur menhampiri sang bunda yang sedang menyiapkan sarapan.
Gladis mengambil sebuah gelas di rak kemudian ia mengisinya dengan air mineral dingin yang ada di dalam kulkas. Ketika ia melirik ke sang bunda, ia melihat dua buah kotak makan bekal. Salah satu kotak tersebut sudah lama ia tidak pernah melihatnya.
"Itu buat siapa bun?" Tanya Gladis sembari berjalan mendekat ke bunda.
"Ini buat Hugo"
"Hugo???!!" Ucap Gladis tak percaya hingga kedua matanya membulat seperti bola matanya akan keluar.
Bunda mengangguk ia masih fokus mengisi bekal tanpa melihat ekspresi Gladis yang mungkin saja jika sang bunda melihatnya akan dilayangkan sebuah pukulan.
"Nanti kamu anterin ya ke kantornya"
"Huh?! Gak mau bun aku! Aku aja gak tau tempat kerjanya"
"Bunda tau. Udah bunda kasih juga alamat rumah sakit ke whatsapp kamu"
Gladis langsung mengambil ponselnya dalam saku celana. Benar saja ada notifikasi dari sang bunda. Ketika ia membukanya terdapat sebuah maps yang berlokasi rumah sakit.
"Bun, kalau aku yang anter bisa-bisa makanannya dibuang sama dia"
"Ish! Kamu ini kenapa berprasangka buruk terus sama Hugo?!"
"Emang dia gitu bun! Pokoknya dia nyebelin banget. Udah bekalnya gak usah kasih ke Hugo buat aku aja deh..."
"Enak aja! Bunda niat bikinnya buat Hugo kok dikasih ke kamu" Bunda menutup kotak bekalnya kemudian memasukkan ke dalam totebag kertas. Kemudian mendorongnya kearah Gladis "Pokoknya kasih ke Hugo! Bunda bakalan chat Hugo buat ngecek, kamu udah ngasih bekalnya apa belum"
Gladis menghela nafasnya "Bunnn..." Rengeknya.
"Sssssttt! Kamu nih kaya anak kecil aja. Kamu bukan Sandy yang ngerengek gitu imut yang ada malah nggilani (menjijikan/menggelikan). Udah sana sarapan terus kasih ke Hugo. Dia kebetulan ada shift pagi" Gladis pun tak bisa mengelak lagi.
"Putra Hadi" Panggil seorang perawat.
"Ya!"
Disebuah poliklinik spesialis syaraf di lantai 2 lantai rumah sakit. Hugo sedang memulai jadwal prakteknya.
Seorang pemuda bersama seorang pria tua masuk ke dalam ruangannya.
"Silahkan duduk pak" Mereka pun duduk di kursi yang sudah disediakan.
"Selamat Pagi, apa keluhannya pak?"
"Ini dok bapak saya tangannya tremor sudah sangat mengganggu sama kegiatan keseharian bapak sebagai pelukis batik. Kemarin saya ke dokter umum, disarankan untuk ke dokter spesialis syaraf"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan ✅
FanfictionSebuah cerita perjodohan dari dua manusia yang tak sama sekali mengenal. Mereka dipaksa untuk melaksanakan perjodohan karena umur mereka sudah tak lagi muda. Dituntut untuk menikah adalah sesuatu hal yang mereka kesalkan. Apalagi dengan manusia ya...