Perjodohan| 3. Perjodohan Dimulai

533 39 14
                                    

Hugo sedang berjalan di koridor rumah sakit. Ia menyapa para dokter dan perawat yang lewat dengan ramah. Tiba-tiba ponselnya berdering, sebuah pesan masuk. Ia pun memeriksa ponselnya sembari memencet tombol lift.

Ibu negara 🙏🏻

Jam makan siang kamu datang ke restoran ini. Mama sudah reservasi atas nama kamu.

📍Restoran Reba's

Jangan ngelakuin aneh-aneh ke anak temen mama. Awas aja kamu!

Membaca pesan dari sang mama membuat Hugo mendesah kesal.

"Muka udah kusut aja pagi-pagi" Ucap seseorang di sebelahnya yang baru saja tiba.

Hugo menoleh kemudian ia kembali menatap depan.

"Lo kenapa gak pulang sih bang kemarin?" Tanya Hugo sedikit kesal pada abangnya, Jordy.

"Kenapa marah lu? Terserah gua lah mau pulang apa nggak. Kan gua udah punya istri, anak sama rumah sendiri"

Hugo berdecak kesal mendengarnya. Jordy memang sudah mempunyai kehidupan sendiri dengan keluarga kecilnya tapi karena Jordy, Hugo selalu di cecar dengan pertanyaan kapan nikah oleh kedua orang tuanya dan berakhir seperti kemarin. Memaksanya untuk melakukan perjodohan.

Jordy menatap sang adik. Raut wajahnya terlihat resah. Ia sudah menebak jika di rumah sedang terjadi sesuatu.

Suara lift berdenting dan pintu lift terbuka. Mereka masuk bersama ke dalam. Hugo menekan tombol lantai 4 sementara Jordy menekan tombol lantai 3. Pintu lift pun kembali menutup.

"Ada masalah apa lo di rumah, hm?"

"Masa lo gak tau? Pasti nyokap atau bokap cerita lah!"

"Kalau masalah lo balapan sih gua tau. Cuman kayaknya bukan itu aja, kenapa lo?"

"Nanti siang gua disuruh nyokap buat makan siang sama anak temennya"

"Terus?"

"Ya menurut lo aja bang..."

Jordy terdiam. Seketika ia terpikirkan sesuatu. Ia menatap kearah sang adik terkejut "Lo mau dijodohin???"

"Yaa!"

"Oho... adik gua akhirnya mau juga dijodohin. Gua kira bakal jadi bujang lapuk lu!"

"Pengen kabur gua rasanya. Gua gak mau dijodohin!"

"Coba aja dulu. Pasti kan lo gak bakal ketemu cewek yang langsung ngebuat lo jatuh cinta kan? Nyenengin ortu, go!"

"Tapi buang-buang waktu bang!"

"Yaelah sama orang tua aja perhitungan banget lo! Lagi pula kesibukan lo apa lagi sih kecuali ke rumah sakit sama balapan? Gak ada kan?? Udah nurut aja kali ini"

Hugo mendesah kecewa. Abangnya tidak membela sama sekali. Padahal ia sedikit berharap dengan abangnya agar membelanya, tapi ekspetasinya terlalu tinggi.

"Lagi pula lo udah tua. Masih aja kayak anak remaja" Hall indicator menunjukkan lantai 3.

"Gua duluan. Gua tunggu kabar baiknya ya" Jordy keluar dari lift dan kalimatnya diakhir kekehan olehnya.

Tinggal lah Hugo sendirian di lift menatap pantulan dirinya yang terlihat menyedihkan.

Tinggal lah Hugo sendirian di lift menatap pantulan dirinya yang terlihat menyedihkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perjodohan ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang