Pukul setengah 8 pagi Arbi bersama 1 Dokter residennya dan 1 Suster ke kamar inap pasiennya.
"Selamat pagi anak cantik, wahh sudah bangun rupanya."
"Pagi Doktel!"
Arbi menahan gemas, lalu menyapa Ibunya pasien dulu. "Pagi Bu."
"Pagi juga Dokter."
Arbi kembali menoleh anak kecil berumur 3 tahun yang tertidur diranjang rumah sakit.
"Cila sudah makan?"
"Cudah Doktel, Ciya cudah mamam bannak."
"Pinternya." Arbi mencubit pipi Cila dengan pelan.
"Doktel Doktel."
"Doktel punya macalah ndak? kalau Ciya punna macalah bannak cekali."Arbi menggeleng, "dokter nggak punya masalah cantik, emang Cila punya masalah?" tanya Arbi.
Cila mengangguk, "Ciya celalu diculuh tidul telus cama Mama!" ucapnya dengan pipi yang menggembung.
"Wahh, berat sekali ternyata masalah anak cantik ini." Celetuk Arbi, lalu semuanya tertawa.
"Dokter," panggil Mamanya Cila.
Arbi menoleh, "kenapa Bu?"
"Dokter punya anak?" tanyanya.
Arbi terdiam kemudian tersenyum. "Semua pasien saya adalah anak saya Bu." Jawab Arbi.
"Kalau gitu saya permisi dulu ya Bu, dadah Cila cantik."
Arbi berjalan duluan di ikuti Dokter residen dan Suster.
"Cila pasien terakhir yang kita kunjungi kan?" tanya Arbi pada Dokter residennya.
"Iya Dok, Cila pasien terakhir."
"Dok, pasien atas nama Rama belum saya ganti infus nya, soalnya nangis terus." Lapor nya.Mereka ngobrol sambil berjalan.
"Takut disuntik ya?" tanya Arbi.
"Iya Dok, padahal Ayahnya sudah memaksa."
"Nggak papa, pelan-pelan aja rayunya. Soalnya yang ngerasain sakit dia. Anak kecil itu jujur, kalau sakit dia bilang sakit, kalau nggak sakit pasti dia bilang nggak sakit."
Suster berjalan cepat agar langkahnya setara dengan Arbi. "Dok," panggilnya.
Arbi menoleh kesamping.
"Pasien atas nama Dea hari ini sudah pulang, apa Dokter kesana untuk berpamitan?"
"Iya kesana, Dea pasti cari saya."
"Tapi Dok," sela Susternya. "Ada Neneknya Dea disana."
Arbi terkekeh, "nggak papa, tenang aja."
Lalu ketiganya berjalan ke kamar inap nomer 070.
Arbi menggeser pintunya, lalu masuk kedalam. Terlihat orang yang di dalam sedang membereskan pakaian mereka.
"Pagi Dea cantik," sapa Arbi.
"DOKTER!"
Melihat ada Arbi, Dea langsung berlari untuk memeluk Arbi.Arbi menyambutnya, lalu menggendong tubuh kecil Dea. "Lucunya." Arbi mencium pipi Dea sekilas.
"Saya kira Dokter nggak sempat kesini." Ucap Ibunya Dea.
"Mana mungkin saya melewatkan untuk berpamitan sama Dea, Bu." Arbi menurunkan tubuh Dea kebawah, lalu berjongkok agar menyamakan tingginya dengan Dea.
"Cantik, berjanji sama Dokter ya, nggak boleh sakit lagi." Arbi mengajukan jari kelingking nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNITE?
General Fiction@vsoo Katanya Reporter dan Atlet tidak bisa bersatu, tapi bagaimana dengan Dokter dan Atlet, apakah bisa bersatu? ── Menceritakan tentang jatuhnya karir sang atlet secara tiba-tiba karena mengalami kecelakaan saat bertanding, disitu pula tanpa sad...