Sudah lewat 1 minggu dan masih tidak ada kabar dari Haga maupun Jairi. Entahlah mungkin mereka masih sibuk menyelidiki atau punya pekerjaan lain yang disuruh oleh atasan mereka sendiri.
Arbi menggeser pintu kamar inap Jelita. Setiap tidak ada kerjaan atau sehabis Operasi, Arbi pasti ke tempat Jelita berada. Arbi sendiri juga bingung kenapa dia sering kesini padahal Jelita bukan pasiennya. Mungkin karena Arbi memandang Jelita sebagai anak kecil, jadinya Arbi ingin merawat Jelita seperti pasiennya sendiri.
"Satu koma dua titik, hai Jelita." Sapa Arbi sambil membawa 2 gelas kopi.
Jelita mendengus, "bukan Dunia aja ternyata yang semakin hari semakin buruk, rupanya pantun Dokter juga semakin hari semakin buruk." Cibir Jelita sambil melihat keluar jendela.
Arbi hanya terkekeh lalu mengasihkan 1 gelas kopi ke tangan Jelita dan diterima baik oleh Jelitanya.
"Ada perlu apa kesini Dokter? mau nonton kabhi khushi kabhie gham lagi?" tanya Jelita.
Arbi menggeleng.
"Jelita," panggilnya.Jelita meminum kopinya sebentar sebelum menjawab panggilan Arbi. "Kenapa?"
"Di rumah sakit ini ada Cafe, kamu mau kesana?"
Jelita menggeleng dengan pelan. "Nggak Dokter, aku malu ketemu sama orang."
"Kenapa malu? sebentar lagi 2 Detektif itu akan membuktikannya ke semua orang kalau kamu Difitnah. Setelah semuanya terungkap, kamu bisa kembali lagi menjadi Atlet."
Jelita menghembuskan napas dengan perlahan. "Kaki aku patah Dokter. Aku mungkin bakal membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berjalan, apalagi untuk berlari."
Jelita menunduk, "Aku payah Dokter. Aku ikut Olimpiade lagi untuk mempertahankan gelarku sebagai sprinter tercepat, tapi nyatanya sekarang aku menghancurkan semuanya." Lirih Jelita.
"Kaki aku terkilir, terus kepala aku sakit, aku bahkan nggak bisa berlari dengan cepat saat itu, aku jatuh, kaki aku patah dan aku di fitnah memakai doping."
Jelita memandang Arbi dengan tatapan nanar.
"Dokter, andai aja waktu itu aku bisa menahan sakit di kaki aku sama sakit di kepala aku biar nggak jatuh, mungkin aku bisa tetap ikut sampai finish meskipun nggak juara. Mungkin nama aku tetap bagus dan nggak ada berita buruk tentang aku."Arbi tersenyum tipis, lalu memegang kedua pundak Jelita. "Payah apanya? kamu adalah wanita terkuat yang saya kenal. Kamu bahkan bisa berlari secepat itu meskipun kaki kamu lagi terkilir, itu sudah sangat luar biasa. Saya aja kayaknya nggak bakal bisa secepat kamu larinya." Ungkap Arbi.
"Jelita, dengarkan saya baik-baik." Pinta Arbi sambil menatap mata Jelita dengan dalam.
"Biarpun waktu itu kamu memenangkan pertandingannya, tetap aja kamu bakalan disuruh tes Doping sama orang yang jahatin kamu. Orang yang jahatin kamu pasti sudah memikirkan banyak rencana agar bisa menjatuhkan kamu." Ungkap Arbi.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNITE?
General Fiction@vsoo Katanya Reporter dan Atlet tidak bisa bersatu, tapi bagaimana dengan Dokter dan Atlet, apakah bisa bersatu? ── Menceritakan tentang jatuhnya karir sang atlet secara tiba-tiba karena mengalami kecelakaan saat bertanding, disitu pula tanpa sad...