Kesembilan

284 63 4
                                    

"Wow, pertunjukan yang bagus, sekarang silahkan keluar." Usir Arbi.

Haga dan Jairi mengacuhkan Arbi.

"Nona, sekali lagi izinkan kami memperkenalkan diri. Saya Haga, dan orang disebelah saya adalah Jairi, dia senior saya." Ucap Haga menunjuk dirinya terlebih dahulu, baru menunjuk Jairi.

"Emm anu, kalian beneran Detektif kan?" tanya Jelita dengan hati-hati.

"Emangnya kenapa Nona?" tanya Jairi yang kebingungan.

"Oh, nggak-nggak."

Haga berdehem sebentar lalu mulai merekam percakapannya nanti bersama Jelita secara diam-diam.

"Nona my b─‌─‌"

"Nona Jelita!"

Belum sempat Haga melanjutkan ucapannya sudah disela sama Jairi.

Jairi melirik Haga lalu membisikkan sesuatu, "fokus!" tegurnya.

Haga mengangguk dan beberapa kali mengerjapkan matanya untuk mencoba fokus. Sial, berhadapan dengan Jelita membuatnya tak bisa fokus.

"Nona Jelita." Jairi memanggil Jelita lagi.

"Ya?"

"Jawab pertanyaan kami dengan jujur." Pinta Jairi. "Apa benar pernyataan dari Dokter Aren dan Dokter Arbi bahwa anda tidak menyentuh doping?" tanyanya.

Jelita mengangguk mantap.

"Tetapi dari hasil tes, anda 100% memakai doping." Kali ini Haga yang mengambil alih pembicaraan.

Jelita menarik napasnya sebentar lalu menghembuskannya dengan pelan. "Aku juga bingung soal itu."

"Sebelum Olimpiade di mulai apa anda meminum sesuatu?" tanya Haga.

"Vitamin."
"Biasanya aku selalu minum vitamin sebelum ikut perlombaan." Jawab Jelita.

"Nona, dari rekaman ulang siaran Olimpiade kemarin, terlihat bahwa wajah anda pucat. Apa saat itu anda sedang sakit?"

Jelita mengangguk lagi. "5 hari sebelum Olimpiade dilaksanakan, aku jatuh dari tangga rumah. Karena jatuh itu pula, kaki kanan aku terkilir." Jelita memandang kaki kanannya yang di perban dengan tatapan miris.

"Tepat pada hari Olimpiade dilaksanakan, entah kenapa aku jatuh sakit. Sebelum ke tempat Olimpiade aku minum vitamin dulu. Tapi waktu ditempat Olimpiade kepala aku semakin pusing, jadi aku minta obat sama staff disana. Tetapi, bukannya pusingnya mereda, kepala aku justru bertambah sakit. Waktu lombanya sudah di mulai, badan aku terasa panas dan jantung aku berdegup terlalu kencang."

"Karena kondisi badan aku yang aneh dan kaki kanan aku yang sakit akibat terkilir, aku jadi nggak bisa mikir apa-apa saat itu. Pikiran aku kacau dan yang aku inginkan waktu itu hanya memenangkan pertandingan. Tetapi peserta yang lain mendekati aku, pada saat aku mau melewati peserta yang berada di depan aku, saat itu aku merasa ada yang mengait kaki kanan aku sampai aku nggak bisa menjaga keseimbangan."

Jelita terdiam sebentar, "aku terjatuh dalam posisi nyungsep kedepan, tapi kaki kanan aku ketekuk dan aku merasakan sakit yang luar biasa di kaki kanan. Aku cuma bisa berteriak sampai kehilangan kesadaran."

"Bangun-bangun aku harus menerima fakta kalau karir aku hancur karena sesuatu yang nggak pernah aku lakuin." Jelas Jelita.

"Sepertinya anda mengkonsumsi vitamin terlalu banyak hingga menyebabkan sakit kepala." Ucap Jairi.

Jelita menggeleng.

"Kaki terkilir juga bisa menyebabkan demam." Sahut Aren. "Tetapi bukan demam sistemik." Sambungnya lagi.

UNITE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang