"Percaya,"
"Saya percaya sama kamu."
"Jadi, tolong katakan apa yang sebenarnya terjadi, Jelita." Pinta Arbi.Jelita menoleh dan menatap dalam mata Arbi. Terlihat sekali dimata Arbi bahwa Jelita saat ini tengah bingung untuk mengeluarkan suara.
Arbi menyentuh pundak Jelita, lalu mengusapnya dengan pelan. "Pelan-pelan aja ceritanya."
Jelita menunduk dan menggigit bibir atasnya. "Aku nggak pernah pakai doping Dok. Aku selalu berusaha keras buat menang, nggak pernah sekalipun menyentuh doping. Aku aja kaget waktu bangun beritanya sudah kesebar dimana-mana bahwa aku pakai doping." Jelas Jelita dengan lirih.
Drrt
Arbi menjauhkan tangannya dari pundak Jelita setelah mendengar suara telpon miliknya. "Jelita, sebentar ya." Albi berdiri lalu mengangkat telponnya.
"Halo Mira?"
"Dokter! ada anak kecil berusia 10 tahun di IGD. Dia jatuh karena bermain scooter, dilihat dari dadanya yang memar sepertinya dadanya terhantam keras oleh stang scooter."
"Ada luka lain?"
"Dikepala Dokter, karena waktu terjatuh ke tanah kepalanya mengenai batu."
"Baik, saya kesana." Arbi menutup panggilan telponnya lalu menaruh kembali ponselnya kedalam saku celana.
"Jelita, kalau kamu ingin menceritakan semuanya, bilang ke Dokter Aren ya." Ucap Arbi dengan terburu-buru.
──
Saat pekerjaannya telah selesai, Arbi di panggil Aren untuk ke kamar inap Jelita, dan Aren juga meminta Arbi untuk memanggil Haga beserta Jairi.
Arbi merenggangkan badannya dulu di ruangan miliknya setelah baru saja menyelesaikan operasi. Arbi melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 9 malam. Arbi bergegas mengganti baju dulu dengan pakaian santai.
"Kenapa Ga?"
Arbi mengangkat telponnya yang berdering lalu berjalan keluar ruangan."Hyung, gue udah Di rumah sakit."
"Langsung aja ke ruangan VIP, gue tunggu didepan pintunya."
"Lantai berapa Hyung?"
"5."
Arbi menutup panggilan telponnya lalu berjalan sedikit cepat untuk sampai ke ruangan VIP tempat Jelita Ghania di rawat."Malam Pak," sapa Arbi pada kedua petugas keamanan yang berjaga.
"Malam Dokter Arbi." Keduanya membalas sapaan Arbi.
Arbi ikut berdiri didepan pintu.
"Dokter tidak masuk kedalam? di kamar Jelita ada Dokter Aren juga." Ucap salah satu petugas.
Arbi memasukkan kedua tangannya kedalam saku jas lalu menggeleng. "Ada yang lagi saya tungguin."
Arbi menoleh pada petugas keamanan itu. "Pak, kalian disini berdiri seharian atau gimana?" tanya Arbi yang penasaran.
"Iya Dokter. Tengah malam saya jaga sendiri, dia pulang, pas pagi dia jaga sendiri, saya pulang, kami jaga berdua mulai dari siang." Jawab salah satu petugas keamanan itu.
Arbi mengangguk paham. "Nanti kapan-kapan saya temanin kalian jaga disini deh." Tukas Arbi.
Kedua petugas keamanan itu menoleh pada Arbi. "Dokter memangnya tidak sibuk?"
"Kalau luang misalnya, saya kalau nggak ada kerjaan biasanya cari loker." Celutuk Arbi yang membuat kedua petugas keamanan itu tertawa.
Arbi mengeluarkan kedua tangannya dari saku, kemudian kedua tangannya ia lipat didada sambil menoleh ke petugas keamanan itu. "Kalian sampai kapan jaga disini?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNITE?
General Fiction@vsoo Katanya Reporter dan Atlet tidak bisa bersatu, tapi bagaimana dengan Dokter dan Atlet, apakah bisa bersatu? ── Menceritakan tentang jatuhnya karir sang atlet secara tiba-tiba karena mengalami kecelakaan saat bertanding, disitu pula tanpa sad...