Bagian ketujuh

7 4 0
                                    

Pria bertubuh tegap dan tinggi itu mengangguk sekilas, mengambil mangkuk yang di sodorkan, lengan baju hitamnya telah di gulung tinggi hingga menampilkan bisep kokoh yang mengintip, menampilkan gambaran lengan kuat yang mampu mengunci leher hingga patah.

Alira melirik dari kejauhan, melihat interaksi keduanya, tua dan muda bertukar beberapa patah kata.

" Cobalah, ini sangat enak. Oh,, terima kasih sudah melihat serta mengurus kebunku selama aku pergi, ini semua sayuran dari sana, segar dan bagus, kamu mengurusnya dengan baik, hehe."  Du Zhong tertawa, merasa sangat berterima kasih. Setiap kali dia pergi untuk menjual obat di kota lain, Lu Tao lah yang membantunya untuk mengawasi.

" Hmm. " Lu Tao mengangguk acuh tak acuh, postur tubuhnya seperti gunung Tai yang menjulang, tak tergoyahkan meski di hantam badai.

" Baiklah, cepat makan, jika kurang panggil saja. Jangan bersikap sopan. " Du Zhong berkata, menepuk bahu Lu Tao pelan sambil terkekeh, interaksi keduanya nampak santai dan dekat, melihat sekilas, jika tidak mengetahui, orang akan mengira keduanya adalah orang tua dan anak. 

Setelah selesai dengan urusannya, Du Zhong kembali ke dapur, dan melanjutkan makan nya yang tertunda.

Alira tidak bertanya, dia merasa canggung untuk terlalu ingin tahu, tapi Du Zhong mengeluarkan suara bercerita.

" Anak itu terlalu pendiam, tck,, banyak orang menghakimi nya. Tapi sebenarnya dia adalah anak yang baik, " Du Zhong menggeleng tak habis pikir, pemuda baik seperti itu di gosipkan dengan berbagai hal buruk hanya karena rupanya.

Alira hanya mengangguk, tidak bertanya lebih lanjut, mereka makan bersama sambil berbicara ringan, mengalihkan pembicaraan tentang topik ringan seputar desa.

Keesokkan harinya Du Zhong membawa Alira ke rumah kepala desa setempat untuk memperkenalkan Alira, dan mendaftarkan ijin tinggal di desa. Sebagai pendatang tentu saja Alira di wajibkan melapor diri, agar saat musim panen nanti, ketika petugas pajak datang mereka bisa menghitung dengan tepat.

Setelahnya semua selesai, Du Zhong berniat pergi ke gunung untuk mencari beberapa tanaman obat, persediaan obatnya sudah menipis karena di jual, sekarang saat nya mengumpulkan untuk di jual bulan depan.

Alira menawarkan diri untuk ikut, meski jalanan menuju hutan cukup sulit, namun dia tidak mengeluh sama sekali, beberapa ranting menggores jari saat dia ingin mengambil beberapa sayuran yang nampak familiar, terkadang Alira akan melihat dengan mengingat tanaman obat yang di kumpulkan oleh Du Zhong, terlebih Alira adalah cukup pintar, dia mampu mengingat bentuk serta aroma tanaman obat hanya dalam sekali penjelasan.

Du Zhong sangat terkejut melihat kemampuan Alira dalam mengingat sesuatu, dia dengan sabar mulai menjelaskan kegunaan serta efek dan cara mengolah tanaman-tanaman yang dia ambil.

" Ini mugwort, selain untuk sayur, ini juga berkhasiat untuk meredakan iritasi pada kulit. "

" Ini Centella, berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai gangguan kulit. "

" Ini, akar ilalang, banyak tumbuh di hutan, berkhasiat untuk meredakan demam. "

Du Zhong dengan penuh semangat mulai menjelaskan, berharap Alira bisa menjadi tabib yang lebih hebat darinya, semakin berumur dirinya, terkadang jari-jarinya gemetar ketika memegang akupuntur, pinggangnya mudah sakit ketika meracik obat, dengan kehadiran Alira yang begitu pintar, Du Zhong teramat senang.

" Kakek, kamu sangat hebat, tahu begitu banyak tentang obat. "Alira merasa melihat dunia baru saat ini, tanaman-tanaman seperti sayuran dan rumput belukar, nyatanya begitu bermanfaat, sungguh membuat Alira semakin ingin tahu lebih banyak.

[BL] Tuan tukang kayu yang sangar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang