Bagian Kesepuluh

5 3 0
                                    

" Apa yang kamu lakukan,? aku yang paling banyak makan, jadi aku yang bayar. " Alira mendorong tangan Lu Tao yang hendak menyerahkan koin kepada penjual.

" Tidak. " Lu Tao bersikeras.

" Bagaimana bisa, semua kue aku yang memakannya sendiri, kamu hanya meminum secangkir teh.  " Alira merasa tidak enak memanfaatkan pria baik di depannya ini.

" Tidak apa-apa, kali ini biarkan aku yang bayar, lain kali kamu bisa mengundangku dan membalasnya. " Lu Tao beralasan, membuat Alira mau tidak mau mengalah.

Setelah selesai, keduanya kembali berjalan beriringan, Lu Tao membawa Alira menuju toko kain yang menurutnya cukup ramai, Alira membeli beberapa benang warna warni, satu gulung kain, jarum, hoop sulam, dan gunting, dia menghabiskan 170 reel uang di tangannya dalam sekali jalan, membuat Alira merasa sedikit tertekan.

" Kamu bisa menjahit.? " Lu Tao bertanya, melihat semua belanjaan Alira.

" Tentu. Kamu bisa menjahit.? " Alira bertanya, berpikir keras untuk membuka obrolan namun dia lupa, kebanyakan pria tidak bisa menjahit, menurut mereka itu kegiatan wanita.

" Tidak bisa, apa yang ingin kamu buat. ? "

" Aku ingin menyulam. " Alira hanya berharap bisa membuat sulaman yang bagus dan bisa menjualnya dengan harga yang baik.

" Oh " Lu Tao mengangguk, tidak heran, itu kegiatan yang sering di lakukan wanita dan para Yue, jadi Lu Tao tidak banyak berpikir.

" Kamu tidak membeli sesuatu.? " Alira tersadar, dia telah merepotkan Lu Tao untuk berkeliling, takut membuang waktu pria itu. 

" Tidak apa-apa, tidak begitu penting. " Lu Tao menjawab ringan, apa yang lebih penting dari ini. Tidak ada.

" Bagaimana bisa, ayo, aku akan menemanimu, anggap saja kita impas. " Alira berkata.

" Baiklah. " Lu Tao tidak menolak, pria itu mengajakan Alira berkeliling dan singgah di beberapa toko jajanan, meminta Alira mencicipi mana yang enak dan tidak, membungkus semua yang Alira sukai.

" Tuan ayo beli Mochi saya, di jamin manis dan enak. " Pedagang berteriak penuh semangat, berjejer mochi warna warni yang memanjakan mata di kedainya.

" Bagaimana cara membelinya. " Alira bertanya penuh minat, bentuk mochi yang nampak cantik penuh warna tentu saja menarik perhatian para pecinta jajanan.

" Satunya lima Reel," Pedagang berkata, tersenyum ramah.

Aliramtertegun sejenak, Lima Reel, itu Lima Reel, ahhh,,beginilah rasanya tidak punya uang. Alira mengurungkan niatnya untuk membeli Mochi. Tunggu hasil sulamannya terjual mungkin dia bisa membeli beberapa untuk di coba. " Ohh, lain kali saja. " Alira pergi dengan berat hati, entah kenapa dia merasa sangat ingin memakan mochi itu, tapi dia harus berhemat. Ingat, hidupnya sudah berubah sekarang. Jangan menjadi manja. Dia berbalik meneguhkan hatinya.

" Bungkuskan satu untuk setiap rasa, " Lu Tao berkata sambil mengeluarkan koin, pedagang tersenyum cerah dan membungkusnya.

" Ini Tuan, silahkan datang kembali. "

Lu Tao tidak mau repot menjawab ucapan manis penjual.

" Kamu membeli banyak kue dan manisan, bukannya kamu bilang tidak suka manis ?" Alira melihat Lu Tao memegang lima bungkusan kue dari lima pedangan berbeda, sungguh pecinta manis, pikir Alira lucu, mengingat bagaimana Lu Tao hanya menatapnya menyantap kue di kedai teh membuatnya semakin yakin pria itu sebenarnya ingin makan tapi gengsi. Lucu sekali. Alira merasa ingin tertawa namun menahan diri.

" Aku tidak suka manis, tapi kamu suka.  " Lu Tao berkata tenang.

" Hah " Alira menoleh, sibuk  dalam pikirannya sampai dia tidak terlalu mendengar ucapan Lu Tao.

[BL] Tuan tukang kayu yang sangar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang