Bagian Ketiga

22 5 0
                                    

Peringatan !!!

Terdapat adegan dewasa dan adegan kekerasan dalam chapter ini, mohon kebijaksanaan para pembaca, cerita hanya sebuah fiksi tidak untuk di contoh.

*****

" Tenanglah manis, kamu tidak akan menyesali malam ini. " Salah satu pria bermata coklat menarik tali ikat pinggang Alira penuh kesenangan, tarikan yang membuat tubuh mungil itu berputar seperti gasing tiga kali sebelum terhempas ke tempat tidur dengan pakaian bagian depan terbuka, menampilkan dada putih dan mulus mengintip, pinggang ramping menggoda, perut rata tanpa lemak yang membuat pria ingin menyentuhnya.

" Hahaha, saat si Zihao berkata dia memiliki pelacur cantik di rumahnya, kupikir dia melebih-lebihkan, melihatnya langsung membuat mu mengerti bahwa itu adalah kebenaran, sialan! ini seksi sekali, lihatlah, milikku terasa sesak. " Pria bertahi lalat di dagunya berkata senang, menjilat bibirnya dengan mata rakus. 

" Bohong ! tidak mungkin dia mengatakan hal seperti itu. " Alira masih menolak percaya.
Wajahnya sudah pucat dengan bibir gemetar, berusaha sekuat mungkin menutup pakaiannya. Meremas kuat agar tidak terbuka, mata indah itu memerah, berkaca-kaca.

" Yah, terserah, percaya atau tidak, bukan urusanku, yang penting malam ini kita akan bersenang-senang. " Sambung pria bertahi lalat itu menyeringai. Berjalan mendekat dan menarik kuat tangan Alira agar mendekat, tarikan kuat yang membuat pergelangan tangan kecil itu terasa akan patah dan retak seperti ranting kering.

" Tidak mungkin, bohong, semuanya bohong, kalian semua pembohong!. " Alira terus menyangkal, dia berusaha melihat sekeliling, mencari celah untuk kabur, hatinya hancur, pikirannya berantakan, yang dia inginkan sekarang hanyalah pulang ke rumah nya, Ayahnya benar, Zihao jahat, dia bukan pria baik, harusnya Alira mendengar ucapan Ayahnya, namun nasi sudah menjadi bubur, penyesalan selalu datang belakangan.

" Kenapa tidak mungkin, buktinya sekarang kami di sini, dan apa kau tau, Zihao mu itu menawarkanmu pada kami asal kami mau membantunya agar tidak bangkrut. " Pria lain berkata penuh kesenangan melihat wajah ketakutan dan putus asa Alira. Seperti Kelinci kecil yang bersembunyi di balik semak ketika di kepung serigala. Lucu sekali.

Alira berusaha menarik tangannya sekuat tenaga, pria bertahi lalat itu tersenyum geli, sengaja melepaskan cengkramannya hingga Alira berhasil lepas, menatap senang ketika korbannya mulai merangkak kabur dengan harapan, ketika korbannya hampir mencapai pintu keluar, dia menangkap kaki jenjang yang seputih salju itu, menariknya kasar menjauh dari pintu.

Karena perlawanan keras Alira yang seperti orang kerasukan, kaki jenjang itu berhasil menendang wajah pria bertahi lalat itu. Membuat pria itu melotot marah, dia menampar Alira dengan keras hingga pipinya merah, sudut bibirnya pecah dan berdarah.

" Dasar brengsek ! Jalang sialan !" Makinya, kemudian mencekik leher Alira kuat.

" Tidak pernah ada yang berani memukulku, bahkan Ibu serta Istriku. " Sambung pria itu penuh emosi karena nyeri di dagunya.

Alira mulai kehabisan nafas, dengan lemah memukul dan mencakar tangan besar yang meremas lehernya sekuat capit kpiting. Matanya memerah karena kekurangan oksigen.

" Hei hei,, Linfei ! jangan membunuh dan merusak wajahnya. " pria lain menenangkan, menahan lengan pria bernama Linfei itu.

" Benar, benar, seseorang akan terlihat cantik saat mendesah. Tidak akan seru jika meniduri mayat jelek. " Pria lain berujar tenang.

" Ya,, Pukul bagian lain, asal jangan wajahnya, itu adalah keindahan yang pantas di nikmati." Pria lain menyambung.

" Kalian benar, si jalang manis ini harus di ajari untuk patuh, seperti anjing yang menggoyangkan ekornya ketika di beri makan. " Pria itu menyeringai, menatap Alira penuh arti, lalu melepaskan cekikannya.

[BL] Tuan tukang kayu yang sangar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang