Bagian kedua

12 4 1
                                    

Peringatan !!

Ada adegan dewasa serta adegan kekerasan dalam chapter ini, bagi pembaca di bawah umur, mohon kebijaksanaannya.
Ini hanya cerita fiksi, bukan untuk di tiru serta di contoh.

***

Alira menyusun lauk pauk  tertata cantik di atas meja, tersenyum cerah lalu bersuara lembut.

" Zige, makanan sudah siap. "
Ada sop tahu ikan sungai, tumisan sayur, babi kecap dan ayam rebus jahe, dia sudah bekerja keras untuk memasak semua hidangan lezat ini.

" En " Zihao hanya menjawab singkat, duduk di meja makan dengan wajah berkerut.

" Jangan marah lagi ya. Aku salah. " Alira menatap dengan mata sayu, memeluk leher Zihao sambil memasang suara sedih penuh penyesalan. 

" Hah,,, lain kali jangan urusi urusan orang lain, mengerti ?, kita harus berhemat, bisnis sedang tidak baik akhir-akhir ini. " Zihao berkata tegas, membuat Alira mengangguk patuh seperti anak ayam yang sedang mematuk beras.

Zihao sedikit kesal dengan sikap boros Alira, berani menghamburkan satu tael perak untuk orang yang tidak di kenal.

" Baiklah, aku mengerti. Jangan marah lagi ya. " Alira membujuk, tanpa sadar nafas hangatnya mengenai pipi dan daun telinga Zihao. Membuat pria itu meremang karena nafas panas yang intim.

Zihao menarik Alira ke dalam pelukannya, menghirup rakus aroma kenyamanan yang menenangkan, dia memangku tubuh mungil itu, lalu mencium kening serta bibir yang ternyata sangat lembut dan kenyal seperti kue ketan. Mereka saling memandang, dahi keduanya menempel dengan nafas berat memburu.

" Zi,,Zige, a-ayo makan " Alira berkata gugup, pipinya merona seperti tomat, berusaha mengalihkan tatapan mata mereka yang saling tertaut, hari itu adalah awal musim gugur, udara cukup sejuk dengan nuansa sunyi yang kental, dua insan saling tenggelam dalam iris mata hitam lembut penuh keinginan. 

" Kenapa? Malu ?. " Zihao tersenyum lembut, mencubit dagu mungil itu hingga mendongkak, jakun Zihao bergerak naik turun melihat keindahan surgawi di hadapannya, mata bulat persik berair yang nampak ranum dan siap di panen itu sedikit terbuka, seolah memancing ingin di selami, Zihao mendekatkan bibirnya, melahap bibir merah lembut Alira yang memabukkan, dia segera ketagihan, dengan nafas menderu dia memasukkan lidahnya menjelajahi setiap sudut Alira tanpa ampun.

Alira melingkari leher Zihao kehabisan nafas, lidah pria itu mengejar, melilit seperti ular, membuat Alira pusing karena kewalahan, ini adalah ciuman pertama mereka.

Mereka berciuman! Alira merasa kepalanya kosong.

Zihao memandang dengan kilatan membara, dia mengangkat tubuh Alira tanpa kesulitan, kaki Alira mengapit pinggang Zihao yang berdiri tegap sambil berciuman tanpa niat berhenti.

Zihao bergegas menuju kamar, dua tangannya sibuk meremas bokong kenyal Alira.

Setelah puas menikmati bibir kenyal itu, Zihao merebahkan Alira ke atas ranjang, tangannya dengan cepat melepas ikatan dan membuang asal pakaian Alira.

" Ge " Alira yang begitu menawan berbaring di atas ranjang dengan pipi merah karena malu, tubuhnya terukir bak boneka porselen indah di bawah sinar cahaya remang seolah menggoda ingin di hancurkan hingga berantakan.

" Lira,, aku sudah tidak tahan lagi. " Zihao melepas pakaiannya, memperlihatkan badan putih dan indahnya, dia menurunkan celananya yang sudah terasa ketat dan agak sesak,  melanjutkan ciuman penuh gairah mereka.

Zihao mengarahkan miliknya dengan tidak sabar, tanpa bertanya, dia yakin Alira akan menuruti apapun perkataannya.

"Tung-- Ahhh. "Mata bulat persik itu basah karena air mata, ketika daging berotot memaksa masuk tanpa aba-aba dan persiapan.

[BL] Tuan tukang kayu yang sangar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang