"Aku harap ini bukan akhir"
***
Grup chat kelas semakin ramai dengan rencana acara perpisahan dan foto kelas. Teman-temannya asyik berbalas pesan, sementara Celine lebih sering menjadi pembaca.
Dari obrolan grup, Celine mengetahui bahwa pembagian rapor akan dilaksanakan hari ini, Kamis pukul 09:00 dan harus diambil bersama orang tua. Sedangkan, foto kelas akan diadakan pada hari Sabtu. Acara perpisahan sendiri akan digelar minggu depannya di Hotel Carlton yang berada di pusat kota.
Karena kesibukan ayahnya, Celine sudah terbiasa mengambil rapor sendiri. Biasanya, ia akan dipanggil belakangan oleh wali kelas karena tidak didampingi oleh orang tua. Namun, ia sudah terbiasa akan hal itu.
Hari ini, sejak pagi buta, Celine sudah menyelesaikan beres-beres rumah. Ia memang terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Jam berdetak menunjukan pukul 07:30, ia berniat menyiapkan sarapan untuk dirinya dan sang ayah.
"Loh? Ayah gak kerja hari ini?" tanya Celine heran melihat ayahnya yang hanya mengenakan kaos.
"Ayah dengar kamu ada pembagian rapor hari ini," jawab ayahnya dengan sedikit canggung. "Jam berapa?"Celine terkejut. "Gak apa-apa kok yah. Aku bisa ambil sendiri. Lagian, ini rapor kelulusan. Ayah kan sibuk."
"Iya, tapi karena ini terakhir kali, Ayah pengen ikut ngambil rapor kamu," ucap ayahnya. Mata Celine membulat, seketika wajahnya berseri-seri. Sudah lama sekali Ayah tidak ikut mengambil rapornya. Terakhir kali, mungkin saat ia masih duduk di bangku SMP. Dan sekarang, Ayah ingin ikut mengambil rapor kelulusannya di SMA!
Celine mengangguk semangat, hatinya terasa hangat. Ia lalu melanjutkan memasak sarapan seperti biasa, membuat telur ceplok dan nasi hangat. Saat mereka berdua menikmati sarapan, suasana pagi itu terasa begitu istimewa bagi Celine.
***
Celine POV,
Aku berdandan rapi, memilih baju peplum putih favoritku yang dipadukan dengan celana cuffed pants biru dongker yang tengah menjadi tren saat ini. Di depan cermin, aku tersenyum puas melihat pantulanku.
Ponselku berdering tanpa henti, notifikasi grup chat berdatangan silih berganti. Aku hanya sekilas membaca pesan-pesan itu, lalu mengesampingkannya dan lebih memilih fokus pada diriku sendiri.
Rambutku kusisir rapi lalu dibiarkan terurai. Aku mengambil tas selempang kecil yang aku isi ponsel, lipbalm, dan dompet kodok berwarna hijau. Setelah memastikan semua sudah siap, aku keluar dari kamar menuju dapur.
Di dapur, aku mengambil tumbler kosong dan mengisinya dengan teh hangat. Aroma teh chamomile kesukaanku langsung mengepul, menenangkan hati. Aku beranjak mengambil sepatu di rak, saat hendak keluar rumah, aku melihat Ayah sudah siap dengan kemeja putih bersihnya. Mobil Pajero tua kesayangannya juga sudah siap melaju.
"Ayo," ajak Ayah. Aku mengangguk, lalu berbalik mengunci pintu rumah. Setelah memastikan semua aman, aku masuk ke mobil Pajero tua itu. Mesin mobil meraung pelan saat Ayah menyalakannya.
Sepanjang perjalanan, suasana di dalam mobil terasa tenang. Kami berdua seperti larut dalam pikiran masing-masing. Tak ada percakapan yang berarti, namun begitu, aku merasa nyaman dengan keheningan ini.
Setibanya di sekolah, suasana sangat ramai. Orang tua dan siswa berlalu-lalang, wajah-wajah bahagia terpancar dari mereka. Dari informasi di grup chat, pembagian raport kelulusan akan diadakan di aula, aku menunjuk arah aula kepada Ayah.
Kami melewati koridor-koridor yang sudah begitu familiar bagiku, seketika perasaan haru menyelimuti. Masa-masa SMA terasa begitu singkat. Meski aku termasuk siswa yang pendiam, namun banyak kenangan manis yang tersimpan di sini.
Aku menarik napas dalam-dalam. Ruang kelas yang dulu menjadi saksi bisu perjuangan belajar ku kini terasa begitu sepi. Rasanya baru kemarin aku mengikuti masa orientasi siswa baru. Tapi sekarang, aku sudah akan meninggalkan semua ini.
Tiba-tiba, Ibu BK memanggil namaku. "Celine!" sapa beliau sambil tersenyum hangat. "Kamu cantik sekali hari ini." Beliau lalu menyapa Ayahku. Aku memperkenalkan mereka berdua.
"Senang bertemu dengan Anda, Pak," ujar Ibu BK ramah. Ayahku hanya membalas dengan senyuman tipis.
Sebenarnya, aku tidak terlalu dekat dengan Ibu BK. Beliaulah yang selalu berusaha mencairkan suasana saat aku merasa canggung. Ibu BK seringkali menanyakan kabar dan cita-citaku, terutama saat aku terlihat murung. Beliau khawatir tentang masa depanku, apalagi melihatku yang belum memiliki rencana yang pasti setelah lulus.
Setelah perbincangan singkat, aku pamit pada Ibu BK dan melanjutkan perjalanan menuju aula bersama Ayah. Sesampainya di sana, aku mencari kursi sesuai dengan kelas. Suasana aula sangat meriah.
Aku duduk di samping Ayah, mengamati sekeliling. Teman-teman terlihat begitu dekat dengan orang tua mereka, bercanda dan tertawa lepas. Aku tersenyum kecil, merasa sedikit iri. Meski begitu, aku bersyukur Ayah bisa datang hari ini.
Acara pun dimulai dengan penampilan-penampilan menarik dari adik kelas. Ada tarian tradisional yang anggun, dance modern yang enerjik, dan juga lagu-lagu perpisahan yang menyentuh hati. Aku ikut terbawa suasana.
Dulu, aku lebih suka menghabiskan waktu di rumah daripada mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Aku hanya fokus ke akademik, kadang aku mengikuti beberapa olimpiade atau lomba sih. Tapi, melihat penampilan dari adik kelasku hari ini, aku jadi sedikit menyesal. Mungkin aku bisa saja memiliki pengalaman yang lebih seru jika aku lebih aktif di sekolah.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
UDUMBARA [Hiatus]
Historia CortaCeline Dumara, sejak kecil dihantui oleh bayang-bayang ingatan yang terasa begitu nyata. Seakan-akan ia pernah hidup di masa lampau. Setiap kali mencoba berbagi, ceritanya selalu dianggap khayalan belaka. Dijauhi dan diisolasi, Celine merasa kesepia...