26

1.1K 188 17
                                    




"Ayah"

"Ayah!"

Jaehyun berlari panik menyusuri seisi rumah mencari keberadaan sang kepala keluarga yang tak terlihat batang hidungnya. Keringat dingin terlihat mulai membasahi keningnya yang telah berlari sejak di ujung jalan desa hingga masuk ke dalam rumah. Nafasnya memburu, mimik wajahnya terlihat sangat panik.

Ia memasuki semua ruangan untuk mencari keberadaan sang ayah yang diyakininya ada di dalam rumah karena semua kendaraan milik keluarganya terparkir lengkap di dalam garasi, termasuk motor yang selalu digunakan ayahnya untuk pergi ke sawah

"Ayah!" teriak Jaehyun lagi yang tak kunjung menemukan sosok yang dicari.

"Apa?"

Jaehyun menoleh, menahan langkah kakinya di pertengahan anak tangga. Ia mendapati sang ayah yang baru keluar dari kamar mandi dan menatapnya dengan bingung. Segera ia berbalik, meraih kedua tangan sang ayah dan bersimpuh tubuh di hadapannya.

"Yah, tolong" rintihnya getir.

Tangannya bergetar bukan main, Jaehyun bahkan tak sanggup merasakan tubuhnya sendiri yang kini terasa melayang.

"Tolong apa?"

"Tolong bantu lamarin Renjun"

Bagai petir yang menyambar di gurun pasir, kedatangan tanpa kabar beserta permintaan dari si anak bungsu membuat detak jantung orang tuanya berhenti seketika. Tangan yang semula digenggam erat oleh Jaehyun ditarik begitu saja oleh sang ayah membuat Jaehyun mengadahkan kepala menatap ayahnya.

"Habis ngapain kamu?" tanya sang ayah penuh selidik.

Jaehyun menundukkan kepalanya, tak berani menatap wajah sosok yang keberadaannya begitu dicarinya tadi. Nada bicara sang ayah yang tak sama seperti biasanya membuat nyalinya mendadak menghilang.

"Habis ngapain?"

"Habis tidur sama Renjun" cicit Jaehyun lirih

"Astaga, Jaehyun!"

Yang terjadi selanjutnya adalah kemurkaan dari sang ayah yang tak pernah dilihat oleh Jaehyun sebelumnya. Sandal yang semula digunakan sebagai alas kaki kini telah berpindah di tangan ayahnya dan mengacung tepat di depan wajahnya. Namun belum benda pipih tersebut mampir di tubuhnya, Jaehyun telah lebih dulu tersungkur di lantai.

"Tau ga kamu kalau bulan depan mbakmu itu nikah?!" hardik keras sang ayah.

"Maaf"

Seharusnya mereka tak melakukannya sedini ini. Seharusnya ia berhenti saat insting hewaninya mulai mencoba mengusai dirinya. Seharusnya ia tak menuruti ucapan Renjun yang mengizinkan dirinya untuk berbuat lebih. Dan seharusnya ia tak mematahkan kepercayaan orang tua Renjun yang telah mempercayai dirinya untuk menjaga sang kekasih.

Ia tak bermaksud mengacaukan acara besar kakaknya yang telah disiapkan sejak jauh-jauh hari. Tak juga bermaksud menambah beban pikiran dan pengeluaran orang tuanya akibat perbuatannya satu malam.

"Aish kamu ini!" geram sang ayah. "Bu, lihat anaknya udah berani tidurin anak orang"

***

Renjun bersembunyi di balik lengan Jaehyun dan mencengkeram erat-erat kain kaos bagian lengan sang kekasih saat kedua orang tua Jaehyun menemui dirinya yang berada di rumah mantan pengasuhnya. Ia merasa tak enak hati dan sedikit malu karena ayah dan ibu Jaehyun terus meminta maaf kepadanya.

Jika boleh jujur, ia merasa tak menyesal telah melakukannya bersama Jaehyun. Tak juga merasa dijebak karena ia yang memberi izin dan menikmati permainan malam mereka. Namun Jaehyun justru merasa panik saat terbangun dari tidur dan buru-buru ingin kembali ke desa untuk menemui kedua orang tuanya.

Dan di sinilah Renjun saat ini. Kembali berada di rumah mantan pengasuhnya mengikuti Jaehyun karena pria itu yang tak tega meninggalkan dirinya seorang diri berada di rumah. Duduk di ruang tamu berhadapan dengan orang tua Jaehyun meski tubuhnya belum dapat dikatakan membaik dengan bekas merah hasil perbuatan sang kekasih di lehernya yang masih terlihat sangat jelas dan tak dapat disembunyikan.

"Jadi kapan ayah sama ibu bisa ketemu sama orang tua kamu?" tanya ayah Jaehyun begitu lembut dan berusaha tak membuat Renjun takut.

Namun Renjun tetap menggeleng. "Aku gapapa"

Entah karena perbedaan budaya atau tradisi, Renjun merasa bahwa kegiatan privasi mereka tak seharusnya sampai melibatkan dua keluarga untuk bertemu dan berbicara serius karena keduanya yang mengambil keputusan sebelum melakukan. Bahkan ia dan Jaehyun telah sering tidur satu kamar saat pria itu memutuskan untuk menginap di rumahnya. Dan hal seperti ini menurutnya adalah hal biasa dan bukan hanya terjadi pada mereka.

"Setidaknya agar ayah ibu ada obrolan baik dengan kedua orang tua kamu. Tapi sebelumnya ayah mohon maaf kalau belum bisa menikahkan kalian berdua langsung di tahun ini"

Renjun tak tahu harus memberikan jawaban apa pada orang tua Jaehyun. Ia tak pernah menduga akan berada di dalam situasi seperti ini sebelumnya. Merasa seperti dirinya tengah dihakimi dan dikuliti akibat perbuatannya bersama Jaehyun. Meski dirinya pasti dilindungi oleh orang tua keduanya, namun tetap saja berbagai pertanyaan inti ditujukan untuk dirinya.

"Papa Mama lagi luar kota" cicit Renjun.

Air matanya tak lagi dapat ditahan dan lolos membasahi pipi. Renjun menyembunyikan wajahnya pada punggung Jaehyun dan tidak lama dibawa oleh sang kekasih ke dalam pelukan hangatnya. Dekapan erat, usapan lembut dan kecupan pada pucuk kepala diberikan oleh Jaehyun.

"Udah" kode Jaehyun tanpa suara pada orang tuanya.

Bungsu dari juragan sawah tersebut kemudian membawa sang kekasih beranjak dari ruang tamu menuju kamar yang digunakan oleh Renjun selama berada di desa. Jaehyun menangkup wajah Renjun dengan kedua tangannya lalu menghapus air mata yang masih berderai deras.

"Maaf ya" ucapnya pada Renjun.

"Aku ga suka, takut"

Jaehyun kembali membawa Renjun ke dalam pelukannya. Membiarkan pakaiannya basah akibat air mata sang kekasih demi Renjun meluapkan rasa takut dan emosinya.

Ia sadar dirinya terlalu gegabah. Mengambil keputusan untuk pulang dan menemui orang tuanya tanpa meminta persetujuan dari sang kekasih terlebih dahulu karena terlalu panik dengan pikirannya sendiri. Ia tak memikirkan bagaimana kondisi Renjun pasca malam panjang mereka. Ia juga tak bermaksud membuat kekasihnya merasa malu di depan kedua orang tuanya.

"Aku minta maaf" ucap Jaehyun menyesal.

Jika saja dirinya tak gegabah untuk yang kedua kalinya, mungkin saja keadaan sang kekasih tak akan sekacau ini.

"Mau pulang" cicit Renjun.

Jaehyun mengangguk. "Besok kita pulang ya? Sekarang kamu istirahat dulu"

Jaehyun merebahkan tubuh Renjun di atas ranjang dengan dirinya yang turut merebahkan diri di samping sang kekasih dan mendekap erat tubuh mungil itu. Tangannya terus bergerak mengusap lembut punggung sempit Renjun hingga sang empu terlelap dalam tidurnya. Tak lupa Jaehyun juga menghapus bekas air mata pada wajah Renjun yang telah berhenti mengalir.

"Aku sayang kamu" ucap Jaehyun kemudian membubuhkan kecupan pada dahi Renjun.

Padahal Jaehyun telah berjanji pada dirinya sendiri untuk membahagiakan sang kekasih dan tak akan membuat Renjun bersedih, namun ternyata ia masih belum mampu untuk memenuhi sumpahnya sendiri dan membuat Renjun terluka.



Tbc



ANAK KOTA | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang