14

1.7K 259 37
                                    




Ingin rasanya Renjun menangis saat ini. Mimpi apa semalam dirinya hingga mendapat kesialan yang tak diduga-duga? Kehilangan uang terakhir yang dimilikinya saat hendak digunakan untuk membeli sesuatu di warung.

Kini Renjun duduk di gubuk tepi sawah. Meratapi nasibnya yang tak memiliki uang sepeserpun. Ia tak mungkin meminta pada bibi atau pamannya, karena selama ini justru ia lah yang memberikan uang kepada mereka untuk biaya hidupnya meski sebenarnya ditolak oleh bibi maupun pamannya.

Meski ia telah menganggap mantan pengasuhnya sebagai orang tua keduanya, namun Renjun tetap sadar diri bahwa ia tetap orang lain yang sedang menumpang.

"Huh" desahnya.

Sebenarnya Renjun masih memiliki sisa uang di ATM, namun jika dirinya melakukan transaksi sekarang maka orang tuanya akan mengetahui di mana keberadaannya saat ini dan akan datang untuk menjemputnya. Renjun tidak mau hal itu terjadi karena hingga saat ini ia masih enggan untuk bertemu orang tuanya.

"Ngelamunin apa?"

Renjun terkejut bukan main saat tiba-tiba ada sosok Jaehyun yang duduk di sampingnya. Ia reflek memukul lengan Jaehyun.

Kapan datangnya pria itu? Ia bahkan tidak mendengar suara motor Jaehyun yang kini telah terparkir di hadapan mereka.

"Kok kamu ada di sini?" bukannya menjawab pertanyaan Jaehyun, Renjun justru melemparkan pertanyaan lain pada sosok yang kini telah menjadi kekasihnya.

"Ngelamunin apa kamu sampai aku panggil ga denger?" Jaehyun tertawa ringan. "Aku dari kebun trus ga sengaja lihat kamu lagi duduk di sini. Aku panggil kamu ga nyaut, ya udah aku samperin"

"Kenapa?" lanjut Jaehyun.

"Uangku hilang" pada akhirnya Renjun mengadu pada sang kekasih. Tangis yang sedari tadi ditahannya kini tumpah di hadapan Jaehyun. "Ga bisa jajan"

"Kapan hilangnya?" tanya Jaehyun berusaha menenangkan Renjun dengan memeluk sosok mungil itu.

"Ga tau"

Jaehyun menghapus linangan air mata yang membasahi pipi gembul Renjun. Lalu ia merogoh saku celananya, mengeluarkan dompet miliknya dan diberikannya pada Renjun.

"Ayo aku antar jajan ke minimarket" ajak Jaehyun tanpa basa-basi.

Renjun menghentikan tangisnya. Ia menatap dompet milik Jaehyun yang terasa sangat tebal dalam genggamannya. Kemudian lamunannya dihancurkan oleh sang kekasih yang mengisyaratkannya untuk segera naik ke atas motor.

Jaehyun meraih kedua tangan Renjun untuk melingkar pada perutnya saat anak bebek itu tak kunjung memeluknya seperti biasanya. "Udah?" tanyanya memastikan.

"Udah"

Keduanya berangkat menuju sebuah minimarket yang berada di jalan besar desa. Jaehyun membebaskan Renjun untuk membeli apapun yang diinginkan anak bebek itu asal kekasih mungilnya tak lagi bersedih karena kehilangan uangnya.

Tugas Jaehyun hanya membawakan keranjang belanjaan, mengikuti ke manapun kaki itu berjalan dan membayar ke kasir setelahnya.

Karena kebahagiaan Renjun sekarang adalah bagian dari tanggung jawabnya juga.

.

"Ga mau, aneh rasanya" tolak Jaehyun untuk memimun minuman yang disodorkan oleh Renjun.

"Aneh gimana sih? Enak loh" bujuk Renjun yang masih berusaha membujuk Jaehyun untuk meminum minuman yang tadi mereka beli di minimarket.

Namun Jaehyun tetap menggeleng dan menjauhkan minuman itu darinya. Pria bongsor itu merinding tak suka dengan rasa minuman yang dipilih oleh sang kekasih.

"Kamu makan rumput ini aja juga sama rasanya" dengus Jaehyun mencabut beberapa rumput.

"Penghinaan sama rasa matcha! Enak tau!" solot Renjun tak terima.

"Aneh lidah kamu"

Kini keduanya berada di lapangan desa. Menikmati sore hari dengan duduk di atas rumput dan menyaksikan pertandingan sepak bola yang kini sedang berlangsung seraya menikmati makanan yang tadi dibeli Renjun dan beberapa yang mereka beli dari pedagang di pinggir lapangan.

Sebenarnya Jaehyun bingung harus mengajak Renjun pergi ke mana setelah keluar dari minimarket karena semua tempat yang ada di desa telah mereka kunjungi bersama. Dan pada akhirnya saat melihat kerumunan di lapangan, Jaehyun membelokkan roda motornya untuk bergabung bersama penonton sepak bola lainnya.

"Pedes ga itu?"

Jaehyun yang tengah menikmati siomay menoleh ke arah sang kekasih. Ia menggeleng lalu menyuapkannya juga pada Renjun. "Ga pedes kan?"

"Engga"

"Selesai makan ini kita pulang ya? Udah makin sore juga" ajak Jaehyun yang diangguki oleh Renjun.

Jaehyun menikmati pertandingan sepak bola hingga menit-menit terakhir di samping Renjun yang menyelesaikan makanannya sebelum pada akhirnya ia mengajak Renjun untuk beranjak dari lapangan karena hari perlahan mulai gelap.

"Besok kalau kamu cari aku dan aku ga balas chat kamu, cari aja di kebun ya? Besok aku agak sibuk di kebun soalnya" ucap Jaehyun memberitahu Renjun agar anak bebek itu tak mencarinya esok hari.

"Iya"

Keduanya sampai di pekarangan rumah Renjun tepat sebelum matahari terbenam sepenuhnya. Terlihat paman Renjun yang telah menunggu sang keponakan di teras seraya menikmati sebatang rokoknya.

"Tunggu" tahan Jaehyun pada Renjun.

Ia merogoh sakunya, mengeluarkan kembali dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang dengan nominal besar pada sang kekasih.

"Buat jajan besok" katanya.

"Eh, jangan" tolak Renjun. "Biar nanti aku keluar ambil uang sama paman"

"Ambil, Sayang. Aku yang jajanin kamu"

Renjun tak dapat menolak uang pemberian Jaehyun karena anak juragan itu memaksa dan langsung memasukkannya pada kantong pakaiannya.

"Makasih" ucap Renjun.

"Sama-sama" Jaehyun menyempatkan mengusak pucuk kepala sang kekasih. "Aku pulang dulu"

"Iya"

"Pulang dulu, Pak" pamit Jaehyun pada paman Renjun yang masih setia duduk santai mengawasi mereka. Ia membunyikan klakson tanda ia berpamitan pada paman Renjun dan Renjunnya sendiri.

Namun Jaehyun urung memutar motor saat terlihat sebuah mobil mewah telah masuk terlebih dulu ke halaman rumah. Ia menoleh ke arah Renjun yang tiba-tiba memegang lengannya dan bersembunyi di balik badannya.

"Kenapa?" tanyanya bingung.

Renjun kenal, sangat kenal dengan mobil yang kini masuk ke halaman rumah sang paman. Ia bahkan dapat menebak siapa yang berada di dalam sana meski kaca mobil terlihat gelap dan pandangannya terhalang lampu sorot.

Sosok pria yang usianya jauh dari paruh baya terlihat keluar dari mobil yang disusul dengan sosok lain yang cantik dan rupawan. Jaehyun menelan ludahnya saat menyadari siapa gerangan yang datang.

"Papa, Mama" cicit Renjun di belakang Jaehyun.

Sosok yang dihindarinya beberapa bulan ini dan menjadi alasannya hingga kabur ke kampung halaman mantan pengasuhnya kini ada di hadapannya. Ketakutan yang baru dibayangkan kini datang menghampirinya.

"Ayo pulang" ucap mutlak sang ayah yang tak dapat dibantah.



Tbc



ANAK KOTA | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang