3

1.8K 250 14
                                    




"Terima kasih" ucap Renjun menerima kantong plastik dari tangan wanita paruh baya dan memberikan selembar uangnya.

Pemuda mungil itu keluar dan berjalan santai seraya membuka satu bungkus makanan yang baru dibelinya. Untuk pertama kali sepanjang sejarah hidupnya ia membeli makanan ringan dari toko kecil, karena sebelumnya Renjun tak pernah repot-repot membeli sendiri sebab makanan tersebut telah tersedia di lemari penyimpanan di rumahnya. Dan kini adalah pengalaman pertamanya sejak memutuskan kabur dari rumah.

Renjun berjalan menyusuri jalanan desa dengan mulut yang penuh mengunyah camilan tanpa memperdulikan sekitarnya. Hingga saat ada yang memanggilnya baru langkah kaki mungil itu berhenti.

"Aden!" begitu suara panggilan dari sisi kanannya.

Renjun menoleh dan mendapati sang paman yang berada di dalam sawah dengan menggenggam tanaman cikal bakal padi yang akan ditanam. Ia bawa langkahnya mendekat ke arah sang paman, melepas alas kakinya dan dijadikannya alas duduk di tepi sawah.

"Masih lama?" tanya Renjun dengan mulut yang tetap mengunyah.

"Sebentar lagi" jawab sang paman. "Kamu duduk di situ aja nanti pulang bareng bapak, tapi awas digigit semut, kamu pakai celana pendek soalnya"

Anak bebek itu mengangguk mengerti. Tangannya masih sibuk memasukkan camilan ke dalam mulut dengan pandang yang dibawa mengedar melihat sekeliling di mana banyak orang yang juga tengah melakukan hal yang sama seperti pamannya.

Satu hal dipelajarinya bahwa tidak ada yang berbeda antara orang kota maupun orang desa saat bekerja. Semua sama-sama tekun mengerjakan pekerjaannya dengan tujuan yang sama yaitu mendapatkan hasil yang dapat dinikmati.

"Aaa!" teriak Renjun terkejut saat tiba-tiba ada sesuatu yang terlempar dan mendarat di pahanya.

Teriakan tersebut mengundang beberapa pasang mata melihat ke arahnya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi, namun tidak lama fokus para petani kembali pada pekerjaan mereka. Renjun mengedarkan padangannya untuk mencari sosok si pelempar dahan kering kepadanya. Netranya bergerak ke kanan dan kiri namun sayangnya ia tak menjumpai siapapun yang diduganya sebagai pelaku karena semua orang yang ada di hadapannya tengah berfokus pada pekerjaan mereka.

Siapa sih? Gerutunya dalam hati.

Renjun kembali memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Kembali menikmati camilan yang dibelinya dari warung kecil di ujung jalan.

Satu kali.

Dua kali.

Berbagai ukuran dahan kering terlempar ke arahnya, namun lagi-lagi Renjun tetap tak menemukan sang pelaku yang dengan sengaja melemparkan kepadanya. Hingga sampai dahan keempat sebelum mendarat pada dirinya lagi, kepalanya lebih dulu menoleh mengikuti arah dahan melayang yang tertangkap dari ekor matanya. Dapat Renjun lihat ada sosok yang telah siap meraih dahan kering lagi di tepi sawah namun langsung diurungkan saat tertangkap basah oleh dirinya.

"Woy!"

Renjun bangkit dari tempat duduknya dan mengejar sosok yang lebih dulu melarikan diri pada sisi sawah yang belum ditanami. Sosok jangkung berbalut kaos berwarna abu-abu itu berlari terbirit-birit meski langkahnya terkesan lambat sebab beratnya lumpur yang rasanya mengikat pergelangan kakinya.

Mau tak mau, demi menangkap pemuda pelempar dahan Renjun melupakan camilannya dan masuk ke dalam sawah. Membiarkan kakinya kotor terbungkus lumpur dengan tangan yang juga menggenggam lumpur sawah yang dilemparnya ke arah pemuda tersebut.

ANAK KOTA | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang