23

1.2K 206 13
                                    




Renjun beberapa kali menguap mengantuk, tak tahu harus berbuat apa dengan dirinya yang kini terduduk di tepi jalan sejak sepuluh menit yang lalu. Duduk berpasrah bersama kelima temannya menunggu bala bantuan datang membantu mereka yang terdampar di pinggir jalan.

"Dari banyaknya orang yang ada di mobil, ga ada satupun yang bisa ganti ban mobil?"

Pagi ini Renjun bersama teman-temannya berencana menghabiskan waktu dengan pergi ke pantai seperti rencana yang telah mereka susun dan setujui sebelumnya. Sengaja memilih berangkat di pagi hari untuk menghindari mendapatkan tempat parkir yang jauh dari pintu masuk pantai.

Namun kejadian tak terduga justru memaksa mobil mereka untuk berhenti di tepi jalan dan harus memanggil bantuan karena tak ada satupun dari teman-temannya yang dapat mengganti sendiri roda mobil yang bermasalah.

Anak bebek yang telah siap dengan pakaian pantainya sejak matahari terbit itu melepas kemeja pantainya dan menyisahkan kaos berwarna putih. Peluh mulai membasahi dahi dan lehernya karena merasa gerah tak ada semilir angin yang mengenai tubuhnya.

"Gerah ya?"

Renjun mengangguk membenarkan tebakan salah satu temannya yang berdiri di depan mobil. "Masih lama, Mark?" tanyanya kemudian.

Laki-laki yang ia hadiri acara ulang tahunnya dua hari lalu tersebut turut duduk bersamanya di tepi trotoar jalan. "Lima menit lagi kakak gue sampai sama papa. Lupa gue tadi ga pakai cek mobil ini ada peralatannya atau ga"

"Emang kita aja yang tadi berangkat buru-buru sih, Mark. Trus main trabas aja jalanan yang belum selesai dibersihin dari bekas perbaikan" sanggah Renjun.

Memang tidak ada yang dibenarkan dari cara mengemudi mereka yang buru-buru di tengah lalu lintas yang masih terkesan sepi hingga melupakan keselamatan mereka yang berujung mengalami ban bocor di tengah perjalanan.

"Nah itu"

Kala bala bantuan yang ditunggu akhirnya tiba, Renjun bersama teman-temannya menyambut kedatangan ayah dan kakak dari Mark yang datang untuk membantu. Beberapa peralatan yang tidak ia ketahui nama dan kegunaannya dikeluarkan dari dalam mobil.

Renjun menunggu seraya mengamati proses mengganti roda mobil bagian depan sebelah kiri. Ayah dan kakak dari temannya itu terlihat cekatan hingga tak membutuhkan waktu lama untuk mobil kembali dapat dibawa melaju.

"Masuk deh" perintah Mark setelah roda mobil telah selesai diganti.

Pantai yang memiliki hamparan pasir putih dan pohon kelapa yang menghiasi sepanjang bibir pantai menjadi pilihan Renjun dan kelima temannya. Ombak yang cukup tenang cocok menjadi tempat mereka bersantai dan bermain air.

Renjun yang hanya membawa satu tas kecil berjalan lebih dulu menapaki pasir pantai tanpa alas kaki mencari tempat untuk mereka duduk. Kondisi pantai yang masih tak terlalu banyak pengunjung memudahkan Renjun menemukan tempat yang nyaman dan teduh.

"Akhirnya" geram Renjun merebahkan diri di atas tikar menikmati semilir angin pantai setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh.

Tak ada yang mengalahkan rasa nyamannya saat ini. Berbaring menikmati hembusan angin yang menyejukkan tubuh seraya memejamkan matanya. Hal yang sebenarnya dapat dilakukannya kapan saja tanpa menunggu waktu berlibur.

Dari banyaknya pantai yang masuk ke dalam list, pantai yang saat ini mereka kunjungi menjadi pilihan utama Renjun dan teman-temannya karena mereka juga menyewa sebuah yacht yang akan membawa mereka berkeliling menikmati laut yang tempatnya tak jauh dari pantai mereka saat ini. Renjun tak ingin menghabiskan banyak masa mereka hanya untuk di perjalanan.

"Nyebur yuk, Ren"

Ajakan dan senggolan pada lengan membuat Renjun kembali membuka matanya. Ia mendapati teman-temannya telah siap berlari menceburkan diri di air laut. Ada yang telah menanggalkan pakaian atasnya, ada yang masih tetap mengenakan pakaian lengkapnya.

"Cepet banget?" pekiknya.

Renjun berlari bagai seekor anak bebek yang menemukan tempat bermainnya. Ia tak segan-segan menceburkan diri yang membuat seluruh tubuhnya basah kuyup karena air laut. Tawa dan teriakan tak sekali dua kali keluar dari mulutnya selama bermain dengan teman-temannya.

"Berat banget!"

Kini gilirannya yang menjadi ajang kejahilan teman-temannya dengan menguburkan tubuhnya di dalam pasir pantai menyisahkan kepalanya yang masih terbebas. Renjun berusaha menggerakkan tangan dan kakinya namun ia tetap tak sanggup untuk keluar.

"Foto dulu"

Meski begitu Renjun tetap tersenyum lebar di depan kamera ponsel temannya yang kemudian membantunya keluar dari dalam pasir.

***

"Thank you"

Renjun memeluk kedua temannya yang telah mengantarkan dirinya ke bandara. Ia melambaikan tangan kemudian seraya menggeret koper masuk ke dalam area bandara.

Liburan telah usai. Meski tak benar-benar dua minggu seperti rencana awalnya namun Renjun merasa cukup puas menghabiskan waktu bersama teman-teman masa kuliahnya. Kini ia harus kembali pulang berkumpul dengan keluarganya.

Renjun menyempatkan membeli minuman hangat dan beberapa camilan untuk menemaninya menunggu panggilan masuk ke dalam pesawat. Ia duduk seorang diri dengan sebelah telinga yang tersumpal sebuah headphone dan pandangan yang menatap lalu-lalangnya orang di dalam bandara.

Anak bebek itu sedikit terkekeh mengingat betapa beraninya ia saat ini bepergian seorang diri, bahkan dulu pertama kali berangkat kuliah dirinya masih harus diantar oleh ayah dan ibunya. Namun sejak kabur ke desa ia menjadi berani pergi ke mana-mana seorang diri. Sebuah kemajuan yang tak terduga.

Tak sampai makanannya tandas, panggilan dari pengeras suara lebih dulu terdengar. Renjun mengemas barang bawannya lalu turut mengantre untuk masuk ke dalam pesawat. Ia berjalan menuju tempat duduknya lalu meletakkan tas ranselnya pada kabin pesawat.

"Cantik banget" pujinya menatap matahari dari kaca jendela.

Renjun sengaja memilih penerbangan pagi agar ia tak terlalu malam saat tiba di bandara tujuan. Ia ingin beristirahat dengan nyaman dan nyenyak di kamarnya sendiri malam nanti. Dan kini Renjun memilih menghabiskan waktu selama penerbangan panjangnya dengan menonton film, makan, lalu memejamkan matanya untuk tidur.

Perjalanan yang memakan waktu hingga 7 jam lamanya benar-benar dinikmati oleh Renjun hingga tak terasa bahwa ia telah menginjakkan kaki kembali ke tanah air. Renjun menggeret kembali kopernya keluar dari area bandara dan mencari keberadaan sang sopir yang menjemput dirinya.

"Aden!"

Renjun berjalan ke arah pria setengah paruh baya yang melambaikan tangan ke arahnya. Kemudian dirinya menyerahkan koper untuk dimasukkan ke dalam bagasi dan ia masuk ke dalam mobil duduk di kursi penumpang belakang.

"Papa Mama di rumah, Pak?" tanya Renjun pada sang sopir.

"Tuan dan Nyonya hari ini tidak ke mana-mana, Den. Mereka di rumah saja"

Renjun mengangguk paham.

Kemacetan ibu kota yang tak ada habisnya menjadi sambutan selamat datang untuk dirinya yang kembali pulang. Berbagai suara klakson dari motor dan mobil menemani perjalanannya sepanjang menuju rumah.

Lebih dari satu jam mobilnya baru memasuki area perumahan tempat tinggalnya. Suasana asri ditambah sinar jingga yang membentang luas di atas langit menambah kehangatan dan ketenangan di dalam dirinya.

Suasana di depan rumah terlihat cukup sepi meski pintu utama terbuka lebar. Sepertinya kedua orang tua dan adiknya baru masuk ke dalam rumah karena mainan Chenle masih berserakan di teras.

"Terima kasih, Pak" ucapnya pada sang sopir.

Anak bebek itu bersemangat berjalan masuk ke dalam rumah dengan senyum yang merekah di bibirnya.

"Renjun"



Tbc



ANAK KOTA | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang