19

1.1K 207 22
                                    




Renjun berlari riang keluar dari rumah menghampiri Jaehyun yang baru datang dan membawa sebuah kandang hewan yang ia tahu isinya. Ia menerima dengan antusias kandang jinjing tersebut dari tangan sang kekasih lalu membawanya untuk duduk di anak tangga halaman rumah.

Jaehyun menyusul duduk di samping Renjun setelah mematikan mesin mobilnya. Ia membantu membuka pengait kandang lalu membiarkan Renjun mengeluarkan hewan yang suaranya telah memenuhi pendengaran sejak kedatangan mereka.

"Anakku!" pekik Renjun.

Anak bebek yang sempat dirawatnya di desa itu kini telah tumbuh menjadi seekor bebek dewasa dengan bulu putih bersih dan badan yang terlihat sehat. Renjun memeluk dan mencium rindu hewan peliharaannya tersebut yang sempat terpisah dengannya karena tertinggal di desa.

Jaehyun mengambil alih kepengurusan anak bebek milik sang kekasih setelah Renjun dijemput oleh kedua orang tuanya. Ia dengan telaten mengurus anak bebek tersebut dan memastikan bahwa hewan peliharaan Renjun tumbuh dengan baik dan sehat hingga dapat kembali bertemu dengan induknya. Dan saat dirinya memutuskan untuk berpindah ke kota, Jaehyun tak lupa untuk membawa serta bebek kesayangan sang kekasih.

"Anakku udah besar"

"Iya, udah bisa digoreng" saut Jaehyun.

Dominan yang tengah menunduk dan memainkan pasir halus di antara kakinya itu perlahan mengangkat kepala saat tak terdengar lagi gumaman gemas sang kekasih kepada bebeknya.

"Kenapa?" tanya Jaehyun dengan raut bingung melihat Renjun yang kini menatapnya nyalang.

"Ulangi lagi" perintah Renjun.

"Apanya?"

"Mau goreng anakku?"

Jaehyun menelan ludah dan tersenyum kikuk. Ia mengusap tengkuknya yang tak gatal dan memutus pandangan dari sang kekasih setelah sadar dengan ucapannya.

"Ehh- itu- maksudnya" jawabnya terbata berusaha mencari alasan.

Namun pada detik berikutnya, Jaehyun beranjak melarikan diri dari belenggu tatapan nyalang Renjun sebelum semakin mencekik lehernya. Jaehyun berlari mengitari halaman rumah, berusaha tak tertangkap oleh sang kekasih yang kini mengejarnya bersama dengan bebek di gendongannya.

"Jaehyun!" pekik Renjun di belakang.

"Maaf, Sayang"

"Dasar bapak ga waras!"

Renjun menyerahkan bebeknya pada penjaga rumah dan melepas alas kakinya yang kemudian digunakannya sebagai senjata. Ia kembali berlari, mengerahkan seluruh tenaganya seraya melemparkan sandal ke arah Jaehyun.

"Ampun, Sayang" mohon Jaehyun. Kakinya terus melangkah mengitari halaman rumah yang terbilang cukup luas.

Cukup lama sejak terakhir kali Jaehyun membuat masalah dengan Renjun yang berujung anak bebek tersebut marah dan mengejarnya. Ia telah mengetahui apa yang akan terjadi kepadanya jika tertangkap oleh sang kekasih, namun agaknya Jaehyun tak pernah belajar dari kesalahannya dahulu dan tetap memilih mengusik kesabaran Renjun.

.

"Gantengnya" puji Renjun.

Ia merapikan kembali kotak kecil berisi aksesoris dan mengembalikannya ke tempat semula di dalam lemari setelah memakaikan sebuah dasi kupu-kupu pada bebeknya. Setelahnya Renjun menurunkan bebeknya dari atas ranjang lalu berjalan bersama keluar dari kamar.

"Lewat sini" intruksinya.

Seolah mengerti, bebek yang dipakaikan dasi berwarna hitam tersebut berbelok ke arah tangga sesuai dengan intruksi dari sang induk. Langkahnya bersemangat menuruni puluhan anak tangga bersama dengan sosok yang telah merawatnya sejak kecil.

Renjun tak melepaskan pandangannya dari sang bebek sepanjang mereka menuruni anak tangga, takut-takut bebeknya berhenti di tengah jalan seperti saat mereka masih berada di desa.

"Pinternya" pujinya sekali lagi.

Renjun mengangkat bebeknya ke udara setelah mereka berhasil menuruni anak tangga bersama-sama meski sedikit memakan waktu lebih lama dari biasanya. Ia memutar bangga bebeknya yang berhasil menuruni anak tangga tanpa berhenti di tengah jalan layaknya orang tua yang bangga pada anaknya yang berhasil di langkah pertama mereka.

"Mimpi apa sampai kepikiran pelihara bebek"

Celetukan sindiran yang terdengar dari balik akuarium besar yang menjadi pemisah antara ruang keluarga dan jalanan menuju anak tangga itu mengundang Renjun untuk menoleh dan menghampiri sosok yang tengah berdiri memandang ikan bernilai puluhan juta di dalamnya. Renjun menatap sengit wajah sang ayah, tak terima dengan kepala keluarga itu yang masih tak menerima kehadiran hewan peliharaannya.

Renjun mengulurkan tangannya ke atas, mengangkat bebeknya di atas akuarium sang ayah tanpa memutuskan tatapan sengitnya. "Aku masukin dia ke sini" ancamnya.

"Heh! Jangan! Habis ikan Papa"

Bebek yang kakinya tinggal beberapa senti menyentuh permukaan air akuarium itu direbut oleh sang ayah yang gelagapan dengan ancaman anaknya. Raut paniknya tak dapat dibohongi saat melihat bebek Renjun justru langsung menundukkan kepala saat melihat ikan yang hilir mudik di dalam akuarium.

"Astaga, kaget Papa" desah sang ayah.

Renjun tertawa terbahak melihat wajah ayahnya. Meski ia mengancam, namun ia tak bersungguh-sungguh akan memasukkan bebeknya ke dalam akuarium dan membiarkan memakan ikan milik ayahnya. Namun ia juga tak menduga bahwa sang ayah terpancing akan gertakan kecilnya.

"Gigit, Papa nakal" perintah Renjun pada bebeknya.

Hewan berbulu putih yang telah dibawa pergi ke dokter dan telah dimandikan tersebut seolah mengerti ucapan Renjun lalu mematuk jari sang ayah begitu saja yang membuat kepala keluarga itu kembali mengadu terkejut.

"Arggh!"

Renjun mengambil bebeknya dari tangan sang ayah lalu berlari sebelum ia menerima jeweran telinga. Ia berlari menuju halaman belakang di mana para pekerjanya kini tengah memasang sebuah kandang berukuran cukup besar untuk bebeknya yang ia beli bersama Jaehyun setelah mereka dari dokter hewan.

Sebenarnya Renjun juga ingin membawa bebeknya untuk tidur di kamar seperti orang-orang di luar sana yang ia lihat di internet, namun sayangnya untuk saat ini ia tidak dapat mewujudkan keinginannya tersebut karena bebeknya belum ia latih untuk tidak buang kotoran sembarangan.

Meski tak yakin hewan peliharaannya akan mengerti dan menurut, namun ia akan tetap mencoba melatih bebeknya.

"Yeay punya rumah baru!" seru Renjun pada bebeknya.

Ia menurunkan bebeknya saat kandang telah selesai disiapkan. Renjun membiarkan bebeknya menjelajah dan beradaptasi dengan rumah barunya yang terlihat seperti kamar yang dihuni oleh seorang anak daripada kandang seekor hewan.

"Suka ga?" tanyanya. "Nanti kalau bosen tidur di sini kamu tidur sama aku di kamar"

"Bosen gimana, Den? Kandangnya bagus begitu, bahkan kayanya lebih bagus dari kamar cucu Bibi di rumah" celetuk salah satu pekerja rumahnya.

"Bibi bisa aja"

"Iya tau, Den. Bebek kalau di kampung Bibi kandangnya cuma dari kayu dan diisi puluhan bebek. Bukan cuma satu bebek tapi kandangnya bagus begini dari besi kokoh"

Renjun terkekeh. "Bapaknya itu yang beliin, Bi"

"Ah iya pacar Aden" wanita setengah paruh baya itu mencolek bahu sang majikan. "Bibi seneng Aden sama dia. Cah Bagus, ganteng, sabar, bisa mengayomi. Pokoknya cocok sama Aden"

"Emang iya, Bi?" tanya Renjun memancing meski kini telinganya telah muncul semburat merah.

"Iya, percaya sama Bibi. Pengelihatan orang tua ga pernah salah. Coba Aden tanya sama Papa Mama juga"

Ah bagaimana besar kepalanya Jaehyun dan wajah menyebalkannya jika ia mendengar sendiri pujian yang dilayangkan untuknya.



Tbc



ANAK KOTA | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang