24

1.2K 208 25
                                    




"Dari mana?

"Aku tanya dari mana?"

"Jawab"

Dinginnya lantai kamar yang terhembus suhu rendah pendingin ruangan tak mampu menembus dan mengalahkan tingginya suhu tubuh sosok yang terduduk di tepi ranjang. Tangannya meremat kain celana, kepalanya tertunduk, sedang pandangannya mengarah pada jari-jari kakinya yang ditekuk.

"Susah buat angkat telfon dari aku?"

Dinginnya suhu kamar pun tetap tak mampu mengalahkan dinginnya tatapan sosok yang duduk pada kursi belajar. Tatapannya tajam, rahangnya mengeras dan postur tubuhnya sangat tegas.

Renjun yang menjadi tersangka utama hanya mampu menelan ludah serat saat suara itu kembali mengudara. Bulu kuduknya merinding tak karuan, tubuhnya tersentak, bibirnya semakin tertutup rapat tak mampu hanya untuk mengeluarkan satu kata.

Ia tak pernah mendapati sisi Jaehyun yang seperti ini. Setiap kata yang terlontar dari mulutnya bagai tombak yang menancap pada batang pohon dan membuatnya semakin menundukkan kepala. Ia bahkan tak diberikan kesempatan untuk membersihkan diri ataupun hanya sekedar berganti pakaian.

"Dari mana?" tanya Jaehyun lagi berusaha mendapatkan jawaban dari sang kekasih yang masih menutup mulut. "Dari mana, Renjun?"

"Dari Australia" cicit Renjun lirih.

Pandangannya perlahan memburam tertutup oleh air mata yang siap membasahi pipi. Tubuhnya terus tersentak, merasa takut saat namanya kembali disebut oleh sosok yang selalu memanggil dirinya dengan penuh kasih sayang.

"Di sana ga ada sinyal? Atau ga ada kuota? Susah buat sekedar balas chat dari aku yang di sini kalang-kabut cari kamu? Kebiasaan kamu yang suka pergi waktu marah itu jelek banget tau ga?" cerca Jaehyun. "Buang aja hp kamu kalau udah ga berguna"

Jaehyun sama sekali tak mempermasalahkan perihal kepergian sang kekasih ke negri kanguru. Ia juga tak melarang Renjun menghadiri acara ulang tahun teman kampusnya. Hanya saja Jaehyun ingin sang kekasih paham bahwa komunikasi adalah hal penting di dalam hubungan meski mereka tengah berselisih sekalipun.

Ia kalang-kabut mencari keberadaan Renjun ke sana-kemari. Menunggu dengan cemas kabar dari sang kekasih yang ia harapkan dalam keadaan baik-baik saja, namun ia tetap tak mendapatkan kabar apapun hingga sosok mungil itu kembali. Bahkan kabar jadwal kepulangan pun ia dapatkan dari orang tua Renjun dua hari lalu.

Jaehyun merasa bahwa dirinya tak dihargai.

"Aku ga minta kamu untuk selalu izin ke aku, engga. Cukup kabari aku supaya aku tau kamu sama siapa dan di mana. Biar aku ga khawatir sama kamu, Renjun"

"Maaf"

Jaehyun menghembuskan nafasnya, tak tega melihat Renjun yang terus menunduk takut melihat dirinya.

"Sini"

Perlahan Renjun berani mengangkat kepala. Tangisnya runtuh saat melihat Jaehyun tersenyum dan membuka lebar kedua tangannya.

"Maaf" rintihnya lirih.

Jaehyun mendekap erat tubuh mungil sang kekasih yang masuk ke dalam pelukannya. Matanya turut terpejam menyalurkan rasa rindunya pada si mungil yang menghilang dari kehidupannya selama lebih dari dua minggu. Ia mencium sayang pucuk kepala dan dahi Renjun.

Tangis Renjun terdengar semakin tersengal, tangannya meremat kain pakaian bagian dada sang kekasih, tubuhnya sedikit bergetar karena tangis yang menyesakkan hati.

ANAK KOTA | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang