2

1.9K 260 19
                                    





Jaehyun namanya. Siapa yang tidak mengenal seorang pemuda tampan anak dari pemilik beberapa hektar sawah dan juga perkebunan di sana? Dari ujung barat hingga ujung timur, tua dan muda, semua orang mengenalnya.

Tidak hanya karena ketampanannya. Jaehyun juga dikenal karena kesopanan, keramahan, ketekunan dan juga kepintarannya. Jaehyun adalah salah satu dari banyaknya pemuda di desa yang memilih mengabdi untuk mengurus sawah dan kebun yang merupakan sumber utama mata pencahariaan mereka.

Meski ia adalah anak dari sang pemilik tanah namun Jaehyun tak segan untuk terjun langsung menggarap sawah dan perkebunan orang tuanya bersama dengan pekerja lainnya. Mungkin banyak dari temannya yang menyayangkan keputusannya kembali ke desa saat posisinya telah bekerja satu tahun pada salah satu perusahaan di kota setelah lulusnya dari perguruan tinggi. Namun bagi Jaehyun ia tak pernah menyesali keputusannya karena merasa bahwa ilmunya akan lebih berguna untuk kemajuan desa maupun usaha orang tuanya sendiri.

Genap dua tahun Jaehyun telah kembali ke tempat kelahirannya. Kembali menjadi pemuda desa setelah hampir lima tahun menyamar sebagai anak kota dengan semua cerita yang terjadi di sana.

Kini tepat pukul tujuh pagi, pemuda jangkung itu kembali ke rumah setelah menyelesaikan semua tugasnya di pasar. Suasana rumahnya tampak sepi karena tahu bahwa ayahnya telah berangkat mengawasi para pekerja, begitupun dengan sang ibu yang mungkin tengah berjalan santai keliling desa dan berbincang dengan warga seperti yang dilakukan wanita itu setiap hari.

Jaehyun masuk ke dalam rumah setelah membersihkan tangan dan kakinya pada kran air di pekarangan rumah. Berlalu menuju area cucian dan memasukkan jaket yang ada di bahunya ke dalam mesin cuci.

"Nyuci apa, Dek? Ibu udah nyuci tadi"

"Hmm?" Jaehyun menoleh dan mendapati keberadaan sang ibu yang masuk dari pintu samping. "Ini jaket anaknya pak Ruli, tadi kena cipratan air dari ban mobil di pasar"

"Hust!" sang ibu tiba-tiba menepuk lengannya. "Pak Ruli belum punya anak kok bilang anaknya pak Ruli"

"Hah?"

Jaehyun memicing bingung. Bukan anak dari tetangganya? Lalu siapa wajah baru di desanya itu yang telah adu cek-cok dengannya sebanyak dua kali?

"Beneran bukan anak pak Ruli? Tadi dia di tokonya pak Ruli kok, Bu" yakin Jaehyun yang masih tak percaya.

"Keponakannya mungkin"

Jaehyun menghendikkan bahu. Mungkin apa yang dikatakan sang ibu benar adanya karena memang ia sendiri juga tak pernah melihat sosok itu ada di desa selama ini, apalagi sifat menyebalkan yang dimiliki pemuda mungil itu.

"Nanti kalau kembalikan jaketnya sambil minta maaf" peringat sang ibu.

"Iya"

.

Jaehyun selalu menghabiskan waktu senggangnya entah itu dengan bersantai di teras ataupun berkeliling desa menggunakan motor kesayangannya. Menikmati indahnya pemandangan sepanjang jalan dan bersenandung ria ditemani dengan sepoian angin yang berhembus.

Seperti saat ini kala matahari akan terbenam sepenuhnya beberapa waktu mendatang, Jaehyun telah mengendarai motornya keluar dari pekarangan rumah. Melajukan motor bergaya klasik tersebut di jalanan desa dengan santai, sendirian tanpa ada teman yang menemani.

Desanya tidak jauh berbeda dengan desa lainnya yang memiliki banyak pepohonan rindang di sepanjang jalan, entah itu pohon yang dapat menghasilkan buah ataupun tidak. Kicauan suara burung di atas ranting pohon juga masih banyak terdengar sepanjang hari. Pun dengan para penggembala hewan ternak yang membawa ternaknya pada tanah lapang.

ANAK KOTA | JAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang