11 • Salesphobia

12 2 0
                                    


「Kita sekarang mau ke mana?」


「Pake nanya, tentu aja ke butik langganan aku.」


Ruby tampak bersemangat, tapi Haran justru malah sebaliknya. Ada memori buruk yang teringat ketika mendengar kata butik atau toko pakaian khusus perempuan itu.


Tidak lama kemudian mereka berdua sampai di toko yang dimaksud. Dari luar, Haran sudah bisa merasakan aura pekat mengerikan merembes keluar melalui celah-celah pintu kaca otomatis. Tanpa sadar keringat dingin mulai mengucur di pelipisnya.


「Sudah sampai, ayo masuk.」


Ruby memegang tangan Haran segera membawanya masuk tapi yang dipegang justru malah melawan membuat Ruby memandanginya heran. Ekspresi suram di wajah Haran pun terlihat.


「Ru-Ruby, sepertinya tidak perlu beli pakaian. Gaunku saja sudah cukup.」


「Mana bisa begitu, kamu nggak punya baju ganti, 'kan? Kalau pakai punyaku kebesaran. Beruntung aku masih menyimpan piyama bekas SD waktu itu. Untuk baju lainnya, harus beli.」


Tanpa pikir panjang, Ruby langsung menyeret kembali Haran tanpa ba-bi-bu. Atmosfer toko baju yg terasa begitu kental itu menyapa mereka berdua.


Gantungan pakaian berjejer rapi dan juga terorganisir dengan baik belum lagi flat diskon yang terpasang di atasnya benar-benar memanjakan mata.


Aneka jenis warna, model, bentuk, pernak-pernik siap untuk dicoba dan dipilih sesuka hati.


Tempat yang ideal dan surganya para perempuan, tapi tidak dengan Haran, karena ...


「Ara-ara ... ternyata dek Ruby, kirain siapa.」


Beberapa orang staf toko atau lebih tepatnya sales langsung menyambut Ruby yang sepertinya sudah mengenalnya sedari lama.


Aroma parfum, penampilan, serta sikap para staf ini terasa begitu kuat. Mereka semua tampil sebagai wanita dewasa yang anggun dan mempesona. Tentunya juga terlatih dengan kemampuan sosialasi luar biasa agar memikat hati para pembeli.


「Iya nih, kak. Aku lagi nyari baju untuk teman aku. Namanya, Haran.」


Dengan bangga Ruby memperkenalkan Haran yang saat ini malah bersembunyi seperti anak kecil di belakang Ruby.


「Wah teman kamu, ya? Sini biar kakak pilihin yang cocok.」


Tiba-tiba Haran merasakan hawa sekitar langsung berubah menjadi mencengkram. Dia dapat melihat banyak pasang mata yang mengarah padanya dengan mata merah menyala.


Mata yang ingin memakaikan apa pun padanya seperti layaknya boneka. Seolah Haran hanyalah mainan semata.


Haran pun langsung memegang tangan Ruby dan membawanya ke sisi lain yg cukup terisolasi untuk bersembunyi dan menjauhi perempuan-perempuan yang di matanya terlihat seperti predator itu.


「Kenapa, Haran? Tiba-tiba jadi bersemangat begitu?」


「Bersemangat matamu! Sudah kuduga tempat ini mengerikan!」


Haran yang saat ini jatuh terduduk sambil memegang lututnya seperti anak kecil yang tengah dikejar orang-orang jahat.


「Apa ada yang salah, Haran? Kurasa kakak-kakak tadi nggak ada maksud apa pun, kok. Mereka malah seneng, lho, Haran datang ke sini.」


Gadis di hadapannya ini sama sekali tidak mengerti dan hanya memasang tampang polos seolah tidak tahu.


Haran sendiri tidak ingin mengucapkannya, tapi apa boleh buat.

GL, Haran Cuma Ingin Bunuh DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang