14. Cemburu

9 2 0
                                    

Happy reading...

****

"Ya, disitulah kan iman kita diuji. Kalo saklek ninggalin salat bakal kena masalah, nanti manusia salat cuma karena takut kena masalah, bukan karena ikhlas."

Radit melipat sajadahnya dan menaruhnya pada gantungan dekat lemari pakaiannya. Inilah salat subuh yang terasa penuh perjuangan yang akhirnya berhasil dia laksanakan. Jujur saja, di antara salat yang lain, subuhlah yang paling berat, Radit tidak terbiasa bangun sepagi ini.

Obrolan dengan Bagas membuatnya tersentuh sehingga ingin melaksanakan salat lagi setelah sekian lama. Saking niatnya, Radit sampai menggunakan jam weker dan alarm ponsel yang berdering silih berganti agar dia bisa bangun lebih awal.

Bagas juga mengirimi Radit sebuah potongan ceramah yang bilang.

"Jangan bangga kalau hidup aman tenteram tanpa beribadah. Hati-hati itu istidraj, lanjuran dari Allah. Ibarat dilambungkan setinggi-tingginya, maka saat jatuh akan jatuh dengan sesakit-sakitnya. Mungkin jatuhnya tidak mesti di dunia, bisa jadi dibalaskan semua di akhirat. Itulah azab yang paling mengerikan, saat Allah Ta'ala sudah tidak lagi menegurmu."

Jujur saja itu membuat Radit mencari tahu lebih banyak soal istidraj. Hal itu membuatnya jadi berpikir, apakah keluarganya saat ini sedang mengalami yang namanya istidraj? Mereka begitu bahagia dan bergelimang harta, padahal mereka tidak beribadah.

Radit khawatir juga, apa Allah benar-benar sudah mencuekinya sehingga membiarkannya hidup dengan segala nikmat ini bahkan tanpa beribadah?

Entah kenapa dia merasa perih memikirkan dicueki oleh Tuhannya sendiri. Dicueki adalah hal paling tidak enak dan serbasalah.

****

Ini yang kelima kalinya Fiona ikut Zia berolahraga sore, berlari di sekitar taman Ragunan. Entah apa yang merasukinya, Fiona dibuat sangat terheran-heran dengan tingkah laku Zia beberapa hari terakhir. Gadis itu jadi tergila-gila berolahraga, bahkan sok-sok-an paling paham soal kesehatan, padahal biasanya dia berkeringat sedikit saja sudah ribut.

Zia nampak bersikeras, padahal dia jelas tidak sanggup berlari terlalu banyak. Jadinya olahraga itu berlaru dengan sangatlah singkat, waktu sisanya dipakai Zia untuk membuat konten tiktok.

"Fi, Fi, udahan, yuk," ajak Zia dengan napas ngos-ngosan, dia berhenti berlari dan memegang lututnya dengan lelah.

Fiona merasa yang kali ini sangat sekelebat, kakinya bahkan belum merasakan apapun, keringatnya masih sedikit.

"Kok udahan? Tadi pas ngerekam bilangnya, gue semangat banget hari ini guys!" ujar Fiona menirukan Zia saat mengambil video mereka tengah berlari bersama.

Zia mengibas tangannya lemah sambil berjalan lunglai ke pinggir jalan. "Ya tadi semangat, sekarang udah capek." Zia duduk di atas kursi kayu itu sambil bersandar, Fiona mengikutinya.

Fiona memperhatikan Zia saat membuka ponselnya, wajah sumeringah seketika muncul dari senyuman Zia yang mengembang lebar, jemarinya lincah mengetik di layar ponsel itu. Fiona penasaran, mencoba mengintip, namun Zia malah menyembunyikannya.

"Ih apaan sih, pakai ditutup-tutupin segala," komentarnya kemudian kembali duduk tegak dan meminum air mineralnya.

Zia masih senyam-senyum. "Ini masih rahasia," jawabnya sambil terkekeh kecil.

"Sama sahabat kok rahasia."

Entah kesambet apa gadis ini, tiba-tiba rajin olahraga walau hanya sampai batas mendapat hasil foto atau video terbaik lalu usai. Fiona curiga dia mendapat endorse dari brand pakaian olahraga. Jika bukan itu? Apa lagi alasannya?

Jangan Jatuh Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang