Pagi ini Jehan sudah di perbolehkan keluar dari rumah sakit, ada rasa tidak ingin di dalam hatinya untuk kembali ke Jakarta.
"Jehan, kita langsung balik ke Jakarta, gue udah pesan tiketnya," Berlian mengatakan itu sambil mengecek ponselnya yang sudah banyak sekali pesan masuk, "Besok gue ada sidang,"
"Mbak, apa nggak bisa gue ketemu Daehan sebentar aja?" Jehan masih kekeh ingin bertemu dengan Daehan, "Gue nggak bisa mbak,"
"Raisa nggak bakal ngijinin, Raisa nggak mau bikin Daehan berharap tentang lo, itu keputusan dia. Lagian ada orangtua Raisa, ayahnya bisa aja bikin lo makin lama di rumah sakit kalau tau ada di sini juga, mereka udah cukup benci sama kelakuan lo dulu," jelas Berlian, "Lagian apa istri lo nggak nyariin?"
Jehan terlalu memikirkan Daehan hingga dirinya melupakan Bella yang biasanya memenuhi isi kepalanya, sekarang yang selalu ada di pikirannya adalah Daehan seakan menggeser posisi Bella dalam otaknya.
"Lo langsung ke mobil aja, udah ada Mavin di sana," suruh Berlian dan keluar terlebih dahulu membiarkan Jehan menyelesaikan sisanya. Kakak perempuannya itu masih harus mengurus sesuatu.
Baru selesai dengan barang barangnya, seseorang masuk ke dalam ruangan tersebut, orang yang Jehan tugaskan untuk mengawasi anaknya itu, "Kamu tetap di sini awasi dan terus beri kabar pada saya tentang Daehan, jangan sampai ada yang tahu!" Jehan memberikan perintah.
"Baik bos," Raisa melarangnya bertemu dengan Daehan namun, bukan berarti dirinya membiarkan begitu saja setelah tahu sepenuhnya jika pernikahan mereka menghadirkan seorang anak. "Biar saya bawakan ke mobil bos," mengambil alih barang milik Jehan untuk di bawakan ke mobil, sedangkan Jehan sendiri tidak langsung menuju mobil yang membawanya ke bandara Juanda.
Langkah kakinya malah membawa dirinya ke ruangan yang tidak jauh dari ruangannya, namun langkahnya terhenti saat melihat beberapa orang yang berada di depan ruangan tersebut, mantan mertuanya sudah ada di sana bersama dengan Raisa dan Canu, keempatnya seperti sedang mengobrol sebelum Canu dan Raisa terlihat pergi dari sana, sedangkan kakek dan nenek Daehan masuk ke ruangan milik putranya.
"Daehan mengatakan lo ayahnya kemarin karena efek obat bius, dia udah baik baik aja lo bisa pergi sekarang!" ucap Raisa yang seakan tau keinginan Jehan ada di sana.
***
"Kalian berdua kerja dulu sana, kita ngobrolnya nanti saja. Raisa juga balik sana, atau pulang dulu sana, Daehan biar mama sama ayah yang jaga," suruh mama Raisa pada anak dan calon menantunya itu.
"Harusnya mama sama ayah yang langsung ke rumah, kenapa malah langsung ke sini? Kalian pasti capek, Daehan biar aku yang jaga kalian istirahat aja di rumah," balas putri semata wayang mereka.
"Dan biarin kamu jaga sendirian gitu? Nggak bakal!" sahut mama membuat Raisa menghela napas pasrah, "Daehan cucu mama, masa mama nggak boleh jagain dia?" oke, kalau begini Raisa tidak bisa membalas lagi. "Anakmu itu yah, sok kuat!"
"Bener kata Raisa tante, seharusnya kalian istirahat terlebih dahulu, tenang saja Raisa tidak menjaga Daehan sendirian, saya juga akan membantu menjaganya," Canu ikut berpendapat membela Raisa.
"Aduh, udah nggak papa, mama sama ayah nggak cepek, kalian balik kerja sana!" jawab mama dengan nada lembut sangat berbeda saat berbicara dengan Raisa.
Raisa mencibir mendengar suara mamanya yang tiba tiba menjadi lembut saat menjawab Canu, jangan lupakan senyum yang terukir begitu manis pada bibirnya.
"Ayah, istrinya ini loh!" ucap Raisa mengcopy kalimat mamanya tadi yang mengadukannya pada sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN FAMILY
AcakDaehan Raksav, lahir bukan karena kesalahan, dia terlahir dari ikatan suci pernikahan, hanya saja semesta membuat kedua orangtuanya berpisah karena keegoisan. "Jangan berhubungan dengan seseorang yang masih berada di masa lalunya," kalimat itu benar...