16 " Sosok ayah"

509 95 26
                                    

Setelah menjalani segala pemeriksaan pada Jehan, pihak medis membawa keduanya ke ruang operasi, brankar milik Daehan terlebih dahulu digiring dengan brankar Jehan di sampingnya. Raisa tidak kuasa melihat putranya terbaring pucat dengan banyak alat yang berada di tubuhnya.

Berlian yang berada di sampingnya memegangi mantan istri adiknya itu dan tidak lupa memberikan nasehat pada adik laki lakinya sebelum benar benar masuk ke dalam ruangan operasi. "Jehan kalau ada yang nggak nyaman bilang sama dokter nanti," Jehan mengangguk paham dan tersenyum pada kakaknya.

Kedua perempuan itu terus mengikuti pergerakan dokter dan suster yang membawa dua laki laki kesayangan mereka, hingga pintu tertutup rapat dan lampu tanda operasi menyala.

"Raisa ayo duduk," ajak Berlian sambil menuntun ibu satu anak tersebut duduk di kursi sebelah ruang operasi. "Daehan bakal baik baik aja, dia anak yang kuat, semua akan berjalan lancar," perempuan itu memberikan kata kata baik yang cukup membuat Raisa sedikit merasa tenang.

"Kak..." untuk mengatakan satu kata saja Raisa merasa begitu berat, banyak ketakutan dalam kepalanya sekarang bukan hanya tentang kondisi Daehan namun, juga tentang kemungkinan apa yang akan terjadi setelah semua ini.

"Lo tenang semua bakal baik baik saja," Berlian tidak tau apa yang ada dipikiran Raisa sekarang yang dia mengerti hanya kekhawatiran yang Raisa rasakan untuk Daehan.

***

Jehan memandang putranya yang terbaring di brankar sebelahnya, wajah Daehan yang terakhir dirinya temui masih terbayang dalam pikirannya, sungguh sangat berbeda dengan yang dia lihat saat ini, tidak ada senyum yang biasa anak itu tunjukkan sebelumnya hanya ada wajah pucat di sana.

"Pak, sudah siap?" Jehan mengalihkan pandangannya dan mengangguk dengan tersenyum, "mohon rileks," instruksi dokter sebelum memasukkan sebuah jarum pada lengannya, Jehan merasakan sedikit ngilu saat jarum tersebut menembus kulitnya.

Jehan tidak bisa mengingat kejadian selanjutnya karena pria itu ikut terbius, yang dia ingat terakhir adalah wajah pucat milik Daehan Raksav yang berada di sampingnya.

Dokter memulai tugasnya dengan teliti dan hati hati, memastikan tekanan keduanya stabil dan semua akan berjalan lancar, di tengah jalannya operasi tekanan darah Daehan meningkat namun, hanya sebentar dan membuat para anggota medis lega karena tidak mengakibatkan kefatalan.

Semua kembali berjalan baik hingga tahap akhir dan selesai, dokter keluar dan mengatakan semuanya berjalan lancar. "Puji syukur operasi berjalan baik, kedua pasien akan dipindahkan ke ruang rawat setelah ini, setelah efek obat bius habis pak Jehan akan sadar sedangkan Daehan masih butuh pengawasan intensif selama dua kali dua puluh empat jam,"

Raisa dan Berlian yang mendengarnya menghela napas lega, setelah dokter tersebut mengatakan itu dua brankar tersebut di dorong keluar untuk dipindahkan ke ruang rawat. Raisa mengikuti brankar milik Daehan sedangkan, Berlian mengikuti brankar adiknya.

"Terima kasih," ucap Raisa sebelum para suster itu keluar, mereka mengangguk sopan dan keluar dari sana, meninggalkan Raisa bersama Daehan di sana.

Raisa duduk di sebelah Daehan terbaring dengan kepalanya yang sudah terbalut oleh perban, alat alat yang terpasang pada tubuhnya sudah tidak sebanyak sebelumnya, ibu mana yang tidak merasa sakit dan sesak melihat anaknya yang seperti ini, kalaupun bisa pasti wanita itu ingin menggantikan posisi putranya agar tidak merasakan kesakitan.

BROKEN FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang