Jehan dan Bella sudah kembali ke Jakarta, kemarin malam, setelah menghabiskan waktu hampir seharian di rumah Raisa. Hari ini juga Jehan sudah kembali bekerja setelah beberapa hari absen karena berada di Surabaya.
"Aku berangkat dulu," ujar Jehan setelah selesai menghabiskan sarapannya, merapikan pakaiannya sedikit dan mengambil tasnya.
"Beneran nggak mau libur sehari lagi, kita baru sampai mau subuh loh, istirahat dulu?" ucap Bella sambil mengantar Jehan sampai depan pintu.
"Aku nggak papa, nanti kalau capek aku istirahat nggak bakal maksain diri," jawab Jehan, "Aku berangkat," Bella mencium tangan Jehan.
"Hati hati," Jehan mengangguk, masuk ke dalam mobilnya dan segera menjalankannya meninggalkan pekarangan rumah.
Jehan ke kantor bukan hanya untuk bekerja namun, menemui seseorang yang sudah membuat janji dengannya sejak dirinya masih di Surabaya.
"Tuan Mavin sudah menunggu di dalam boss," ujar sekertaris saat Jehan sudah berada di depan ruangannya, pria itu mengangguk sebagai tanggapan.
"Selamat datang kembali bro!" sambut Mavin saat melihat teman sekaligus kliennya itu masuk, bersalaman ala pertemanan mereka.
"Gimana hasilnya?" Jehan tidak mau berbasa basi membuat Mavin menghela napas dan duduk di tempatnya tadi dengan Jehan yang ikut duduk di sampingnya.
Mavin mulai memberikan sebuah map yang berikan semua informasi yang Jehan inginkan, "Daehan Raksav A," gumam Jehan membaca tulisan yang tertera paling atas.
Nama : Daehan Raksav A.
Ttl : Surabaya, 17 Februari 20**
Ibu : Ny. Raisa Daeline
Ayah : Tn. Jehan RajasthanRumah sakit medical surabaya, 18 Februari 20**
Baru lembar awal Jehan sudah cukup membuat dirinya merasa bahagia, sedih, bersalah dan campur aduk."Seperti dugaan kita, Daehan emang anak lo sama Raisa, anak itu lahir setelah 6 bulan kalian bercerai, soal dokter itu yang bantu kelahirannya, mereka baru pdkt akhir akhir ini," informasi masih dari Mavin tidak akan pernah salah atau melenceng.
"Gue udah punya anak..." Jehan jelas masih tidak percaya ternyata dia sudah punya anak, pantas saja Jehan dengan mudah menyayanginya, dia kira hanya karena Daehan mengingatkan masa kecilnya namun, ternyata karena Daehan adalah sebagian darinya.
"Apa yang bakal lo lakuin sekarang?"
Jehan terdiam mendapat pertanyaan tersebut, sekarang dirinya juga bingung akan melakukan apa, meminta maaf atas semua dosanya dan meminta agar memberitahu Daehan jika dirinya adalah ayah kandungnya, juga meminta haknya?
Sepertinya tidak akan semudah itu, Raisa sudah menyembunyikan bertahun tahun jika mereka punya anak, pastinya wanita itu tidak akan membiarkan Daehan tau kebenaran tentangnya.
"Gue nggak tau,"
***
Jehan datang ke firma hukum tempat kakaknya bekerja, dia akan menceritakan semuanya pada Berlian tentang apa yang baru dia dapatkan dari kepercayaannya.
"Mbak gue harus apa?" tanya Jehan yang masih bingung dengan apa yang akan dirinya lakukan selanjutnya, "Gue seneng, ternyata gue udah punya anak tapi, gue juga bingung,"
"Apa yang lo bingungin? Keluarga, Raisa atau Bella?" Jehan semakin terdiam mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut kakaknya. "Keluarga pasti senang dengan kabar ini karena dia yang udah di tunggu tunggu sama mereka, mereka nggak bakal ragu untuk mengakui anak ini, malah mereka bakal sangat menyambut kehadirannya,"
"Raisa? Kalau gue jadi Raisa jelas gue ngelakuin yang sama, gue bahkan nggak bakal temuin anaknya sama lo sedetikpun, tapi apa? Lo masih ketemu dan main sama dia kan kemarin walau lo belum tau jika anak itu anak lo. Namanya ikatan batin Je,"
"Kalau soal Bella? Apa hubungan sama dia? Anak lo terlahir dari ikatan yang suci, Raisa juga bukan selingkuhan, dia istri sah saat kehadiran anak itu!"
Berlian seakan bisa membaca pikiran adiknya, semua hal itu memang sedang dia pikirkan, "Soal keluarga gue bakal bantu jelasin tapi buat Raisa lo minta maaf sama dia, selama ini lo udah pernah minta maaf nggak sama dia? Bella itu bukan urusan gue!" Berlian mengakhiri ucapannya.
Jehan semakin menunduk, benar selama ini Jehan belum pernah minta maaf secara langsung pada Raisa atas semua yang telah dia lakukan di masa lalu.
"Sebelum lo deketin anak lo itu, pastiin Raisa udah mau maafin lo kalau nggak, bakal susah. Bisa aja Raisa mendongkrak anaknya buat benci sama lo,"
"Raisa, nggak bakalan gitu mbak!" sangkal Jehan, Raisa tidak akan melakukan itu, mungkin jika benar Raisa pasti melakukannya sejak pertama kali mereka bertemu.
"Kalau gue jadi Raisa jelas gue bakal bikin anak kalian benci setengah mati sama lo, sialan banget lo Jehan!" Berlian memaki adik laki-lakinya tersebut. Kalau saja Jehan bukan adik dan keluarga satu satunya yang dia punya, dia pastikan sudah tinggal nama sekarang.
"Mbak, lo bakal terus ada di pihak gue kan? Apapun yang bakal terjadi dan gue lakuin?"
Berlian menatap bingung adiknya tersebut, apa maksudnya apa Jehan akan melakukan hal hal yang melenceng? "Tergantung, lo nggak lupa kan gue penegak hukum, gue nggak bakal dukung lo kalau salah, tapi kalau lo benar gue bakal jadi garda terdepan. Jadi jangan macem macem Jehan Rajasthan!"
"Cukup dulu kebodohan lo buat lepasin Raisa demi wanita itu, kalau sekarang lo ngelakuin kebodohan lagi, gue nggak bakal tinggal diam dan bisa aja gue bunuh lo saat itu juga!"
Berlian tidak ingin kejadian dulu terulang kembali, dia sudah berjanji pada mendiang kedua orangtuanya untuk menjaga dan menegur Jehan jika melakukan kesalahan. Akan sangat berdosa jika Berlian tidak bisa menepati janjinya.
"Pulang sana lo, pikirin semuanya apa yang bakal lo lakuin selanjutnya. Jangan ganggu gue kerja! Hus, hus, hus," usir Berlian pada Jehan sambil tangannya yang mengintruksinya.
Jehan bangkit dari tempat duduknya dan segera pergi dari sana sebelum kakaknya itu berkata untuk kedua kalinya.
Berlian yang masih duduk di tempatnya memijit dahinya karena rasa pusing menyerangnya seketika, memiliki adik seperti Jehan ternyata menguras energinya bahkan sepertinya dia harus memeriksa kesehatannya yang mulai terganggu.
"Ya Tuhan, kenapa Engkau beri aku adik sepertinya?" mengeluh adalah hal terakhir yang bisa Berlian lakukan.
Berlian terkadang masih bertanya tanya kenapa bisa adiknya itu memilih istrinya sekarang dan malah melepaskan Raisa dan sekarang anaknya. Apa Jehan tidak pernah menaruh rasa pada perempuan yang sudah bersama mereka sejak bayi itu?
Apalagi Raisa yang sudah mendapat restu dari seluruh keluarga, sedangkan untuk Bella dulu butuh waktu lama untuk menyakinkan dan mendapatkan restu. Eh— setelah dapat restu Jehan malah di tolak saat melamar pujaan hatinya.
"Daehan Raksav Ardiethama, malang sekali keponakanku memiliki Ayah bodoh seperti Jehan. Semoga kau tidak menurun padanya," monolognya sambil melihat foto yang Jehan tunjukkan tadi.
***
Hallo semuanya, maaf aku baru update karena beberapa alasan jadi maaf banget karena menghilang tanpa kasih kabar dulu
![](https://img.wattpad.com/cover/344699593-288-k94203.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN FAMILY
AléatoireDaehan Raksav, lahir bukan karena kesalahan, dia terlahir dari ikatan suci pernikahan, hanya saja semesta membuat kedua orangtuanya berpisah karena keegoisan. "Jangan berhubungan dengan seseorang yang masih berada di masa lalunya," kalimat itu benar...