Bella merasa suaminya sedikit berubah, biasanya Jehan pulang dari kantor sekitar jam lima. Namun, akhir akhir ini sering pulang malam bahkan terkadang tidak pulang, alasannya lembur. Selain itu Jehan juga lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar atas yang Bella tidak tau kamar apakah itu.
"Awasi! Update terus kegiatannya, jangan kelewat satupun!"
Bella dapat mendengar suruhan Jehan pada orang yang dia telepon, entah siapa. Namun, mampu membuat Jehan terus menyunggingkan senyum setiap kali melihat ponselnya.
"Mas..." Jehan yang mendengar panggilan itu kaget dan buru buru mematikan panggilan tersebut, menoleh mendapati Bella yang mendekatinya dengan senyum yang terukir di bibir. "Makan siang udah siap, makan dulu yuk!" ajaknya.
"Kamu duluan, aku beresin ini sebentar," Bella mengangguk dan keluar dari sana, sebenarnya dia penasaran apa yang sedang suaminya kerjakan hingga terlihat begitu sibuk.
Jehan segera membereskan segala pekerjaannya sebelum menyusul Bella, baru akan melangkah keluar sebuah pesan masuk menghentikan langkah pria itu.
Boss, tuan muda Daehan mengalami kecelakaan saat menunggu jemputan.
Isi dari pesan itu cukup membuat Jehan menegang, saraf geraknya seperti berhenti saat itu juga.
"Mas Jehan..."suara teriakan dari meja makan tidak cukup membuat Jehan sepenuhnya sadar dengan keterkejutannya.
Air matanya tidak bisa dia tahan lagi, kenapa ketika dia baru mengetahui keberadaan sebagian darinya, Tuhan memberikan cobaan seperti ini. "Daehan..."
***
Di rumah sakit medical Surabaya, sebuah brankas yang di tempati seorang anak laki laki baru turun dari ambulan dan segera di bawa ke UGD, anak yang masih setengah sadar tersebut terus memanggil bunda dan ayahnya.
"B—bunda, A—ayah, sa—kit...." rintihnya tidak mampu menahan rasa sakit yang mendera seluruh tubuhnya, napasnya bahkan terasa berat jika tidak di bantu dengan alat bantu pernapasan.
Bundanya yang membantu mendorong brankas tersebut tidak sanggup menahan tangisnya, sakit sekali melihat putra semata wayangnya itu terbaring kesakitan dengan darah di mana mana. Anak yang biasanya cerewet sekarang terlihat begitu berdaya, air matanya bercampur dengan darah.
"Sayang, Daehan anak bunda yang kuat, jangan nangis nanti makin sakit, sebentar lagi di obati," di tengah tangisnya Raisa berusaha menenangkan Daehan yang ketakutan.
Raisa terjatuh terduduk di depan ruangan UGD, setelah putranya masuk, menangis menyalakan dirinya sendiri sebab terlambat menjemputnya.
"Daehan, maafin bunda... Harusnya bunda nggak telat jemput kamu, bunda nggak becus jadi orangtua!" Raisa memukul mukul dadanya yang terasa sesak, tangisnya terdengar memilukan di koridor UGD yang sepi.
"Raisa!"
Suara langkah kaki terdengar mendekat, berjongkok tepat di depannya dan langsung membawa ke dalam pelukannya, Raisa semakin meraung di dalam dekapan tersebut.
"Sakit, Daehan, anakku, Canu aku nggak becus jadi bunda Daehan!" racaunya dalam pelukan Canu, mengeluarkan segala perasaan yang begitu menyesakkan.
"Ini musibah, jangan nyalahin diri sendiri begini, semua orang nggak ada yang mau dapat musibah kayak gini, ini takdir Tuhan. Daehan anak yang kuat, kamu yang ngomong gitu kan? Percaya sama Tuhan semua akan baik baik saja," Canu mengusap punggung rapuh yang masih bergetar itu dengan sangat lembut, menenangkannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/344699593-288-k94203.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN FAMILY
RandomDaehan Raksav, lahir bukan karena kesalahan, dia terlahir dari ikatan suci pernikahan, hanya saja semesta membuat kedua orangtuanya berpisah karena keegoisan. "Jangan berhubungan dengan seseorang yang masih berada di masa lalunya," kalimat itu benar...