Chapter 34 - Keraguan?

21 2 0
                                    

"Karena kamu nggak percaya sama Mas. Karena kamu ragu sama Mas."

~ Baskara Aji Sukma ~

Bunyi riuh di arena bowling menambah semarak akhir pekan yang menyenangkan. Tarunika berdiri di tepi jalur, wajahnya dipenuhi antusiasme. Di sebelahnya, Baskara sedang sibuk memilih bola bowling dengan ukuran yang pas untuk Tarunika. Senyum tak pernah lepas dari wajahnya, seakan yakin bahwa hari ini akan menjadi hari yang penuh tawa.

"Ini, coba pakai bola ini, Sayang," ujar Baskara sambil menyerahkan bola bowling biru yang tampak lebih ringan.

Tarunika menerima bola itu dengan kedua tangan, merasa sedikit canggung. Baskara segera mendekat, memperbaiki cara Tarunika memegang bola. Sentuhan lembut tangannya memberi keyakinan pada gadis itu.

"Oke, jadi kamu harus berdiri kayak gini," Baskara menunjukkan postur yang benar. "Terus ayunkan bola ke belakang, dan lepasin saat bola itu mencapai titik terendah."

Tarunika mencoba menirukan gerakan Baskara. Namun, begitu bola dilepaskan, bola itu malah menggelinding dengan cepat ke arah samping, jauh dari pin yang dituju. Hanya bunyi benturan kecil yang terdengar saat bola itu akhirnya menabrak pagar pembatas.

"Yah, meleset lagi, Mas," keluh Tarunika dengan nada frustrasi, tapi segera tertawa melihat ekspresi Baskara yang mencoba menahan tawa.

Baskara menggelengkan kepala. "Itu hampir berhasil, ayo coba lagi."

Lagi-lagi Tarunika gagal, dan kali ini Baskara tak bisa menahan tawanya. Tarunika pun ikut tertawa, melihat Baskara yang begitu lihai dan sempurna dalam setiap bidikannya. Tiap kali Baskara melempar bola, pin-pin itu langsung berjatuhan, membuat Tarunika semakin kagum.

"Aku benar-benar payah deh, Sayang." Tarunika mengakui sambil mengerucutkan bibirnya.

"Nggak ada yang nggak bisa kamu pelajari. Lihat, kamu udah lebih baik loh itu," Baskara memberi semangat sambil tersenyum hangat.

Dengan semangat yang baru, Tarunika mencoba lagi. Kali ini, dia fokus penuh. Dengan bimbingan Baskara, bola akhirnya meluncur lurus dan mengenai pin-pin di ujung jalur. Satu pin jatuh, dan Tarunika melompat kegirangan.

"Yes! Aku berhasil! Akhirnya!" serunya, matanya bersinar penuh kegembiraan.

Baskara tertawa melihatnya, "Satu poin! Kan, Mas tahu kamu bisa!"

Setelah puas bermain bowling, mereka berdua pindah ke kafe yang tak jauh dari sana. Kafe itu lumayan ramai, terutama anak-anak muda. Di sudut ruangan, terdapat meja bilyard yang segera menarik perhatian Baskara.

Setelah memesan makanan, mereka berdiri di dekat meja bilyard. Baskara mengambil stik bilyard dan mulai menjelaskan dasar-dasar permainan itu. Ia menunjukkan cara memegang stik, bagaimana posisi tubuh, dan teknik menembakkan bola.

"Ayo, kita main bilyard," ajaknya sambil menuntun Tarunika ke meja bilyard.

"Wah, menarik, Mas!" kata Tarunika sambil tersenyum. Selama ini, ia hanya bermain bilyard secara virtual di ponselnya, dan kali ini dia akan mencoba permainan sesungguhnya.

Tarunika memperhatikan dengan serius, tetapi ketika tiba saatnya untuk mencoba, posisinya terlihat canggung. Stik bilyard di tangannya tampak terlalu besar, dan cara ia membidik bola terlihat kaku.

Baskara tak bisa menahan tawa melihat Tarunika yang begitu lucu dalam usahanya. "Kamu lucu banget," ucapnya sambil tersenyum, kemudian mendekat untuk membantunya.

Dengan perlahan, Baskara memperbaiki posisi Tarunika. Baskara berada di belakang Tarunika. Jarak mereka begitu dekat, hingga Tarunika bisa merasakan hangatnya kehadiran Baskara. Wangi maskulin yang sudah begitu akrab dengan dirinya semakin terasa jelas, membuat konsentrasinya terganggu.

Mari Saling BerterimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang