Chapter 20 - Hari Jadi

36 2 0
                                    

"Ayo, Mas Baskara. Kalau nggak bisa aku bete."

~ Tarunika Mega Tara ~

Malam penuh suka cita itu tidak berakhir setelah dinner. Mereka masih ingin merayakan hari mereka. Namun, keduanya bingung akan ke mana. Lalu, Timezone menjadi pilihan mereka. Baskara mengajak Tarunika memasuki  dunia miniatur yang dipenuhi cahaya neon dan suara-suara riang. Aroma manis dari popcorn dan suara koin yang berdenting menambah semarak suasana. Tarunika menatap sekeliling dengan mata berbinar, sementara Baskara tersenyum melihat antusiasmenya.

"Menembak mau nggak, Cil?" tanya Baskara sambil menarik tangan Tarunika. 

"Boleh, ayo, Mas." Tarunika  mengibaskan rambutnya ke belakang. 

Mereka berdiri di depan mesin permainan dengan senjata mainan di tangan. "Siap, tembak!" teriak Baskara. Target-target digital bermunculan di layar, dan mereka mulai menembak dengan semangat. Suara tawa dan sorak sorai mereka terdengar, terutama ketika Baskara berhasil mengalahkan skor Tarunika.

Gadis itu memberikan tatapan tidak terima pada Baskara yang malah tertawa bahagia. "Emang salah banget lawan TNI yang jago pegang senjata."

"Loh, jangan bete gitu dong." Baskara meraih tangan Tarunika.

tarunka mengelak. "Udah lah, males. Nggak mau main ini. Yang lain aja," ujar Tarunika tidak bersemangat. "Ayo, Mas."

Baskara mengikuti langkah Tarunika sambil menggaruk tengkuknya. Lalu, pandangan Baskara beralih ke permainan basket. Ia menghentikan langkah Tarunika, mengajak gadis itu bermain. Tarunika menurut saja. Baskara memasukkan koin dan bola-bola mulai keluar. 

Tarunika meyakini dirinya bisa. "Kita lihat siapa yang lebih jago," ujar Tarunika dengan senyum penuh tantangan. 

Mereka mulai memasukkan bola ke dalam keranjang, saling mengejar skor. Lagi-lagi Baskara mengejutkan Tarunika dengan kecepatan dan ketepatannya. Tarunika tidak bisa melihat kekalahannya. Jiwa kompetitifnya seketika membuncah. Dan melihat Baskara yang semakin semangat membuat Tarunika sadar jika Baskara juga orang yang menyukai kompetisi. Ketika waktu habis, keduanya terengah-engah tetapi tertawa lepas.

Tarunika berjongkok. "Kalah mulu," keluhnya.

Baskara tertawa. Menarik tangan gadis itu kembali berdiri. "Cuma game doang loh ini."

"Ya, tetep aja Mas Baskara yang menang, aku kalah," rengeknya.

"Kalau bocil emang gini, ya?" Ia tertawa. "Udah ah, ayo berdiri. DIliatin orang tuh."

Di sebelah mesin basket, ada mesin capit yang penuh dengan boneka-boneka lucu. "Mas," panggil Tarunika. "Mas, kan udah menang dua kali nih, ayo sekarang dapetin boneka itu bisa, nggak?" Ia menunjuk boneka kucing.

"Boleh," Baskara menerima tantangannya. "Siapa takut?"

Baskara memasukkan koin ke dalam mesin dan mulai mengendalikan cakar dengan hati-hati. Namun, pada percobaan pertama, cakar itu meleset dan hanya menggoyangkan boneka kucing sedikit. "Tenang, masih ada banyak kesempatan," katanya dengan nada optimis, meskipun sedikit gugup. 

Tarunika berdiri di sampingnya, memberi semangat, "Ayo, Mas Baskara. Kalau nggak bisa aku bete," candanya sambil tertawa.

"Sedikit ada pressure, ya?"

Percobaan kedua dan ketiga juga berakhir dengan kegagalan. Cakar mesin tampak licin dan boneka kucing itu seakan sulit untuk diangkat. Baskara mulai merasa frustasi, tetapi semangat dari Tarunika membuatnya tetap berusaha. 

"Ih, apasi, Mas! Sini biar aku aja." Tarunika mengambil alih setelah memasukkan koinnya. Baskara melipat tangannya memperhatikan Tarunika dari samping. Gadis itu sedang fokus mengarahkan cakar mesin. Namun, permainan gadis itu seperti lebih buruk dari permainan Baskara. Meleset yang sangat jauh sekali. Baskara tertawa mengejek yang mendapatkan lirikan dari Tarunika.

Mari Saling BerterimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang