Chapter 8 - Bunga Tidur

65 6 5
                                    

"Aku masih belum melupakan kamu. Aku lihat kamu sudah terlihat baik-baik saja. Bahagia?"

~ Argha Dipta ~

Sore itu, di sekretariat organisasi ada banyak mahasiswa salah satunya Tarunika. Sedang duduk memutari meja panjang sambil dilaksanakan rapat. Banyak pembahasan yang sangat penting di pertemuan kali ini.

"Progres sie acara bagaimana?" tanya Deven pada panitia yang lain. Secara bersamaan semua menatap ke arah Tarunika karena ialah ketua koordinasi devisi acara ulang tahun program studi tahun ini.

Sementara itu, Tarunika sibuk mengetik sesuatu di ponselnya. Ia tidak sadar jika banyak pasang mata yang sedang menatapnya. Ia terlalu fokus membalas pesan seseorang. Amara yang berada di sampingnya itu menyenggol kaki Tarunika dari bawah meja sana. Amara sampai melotot karena Tarunika tidak kunjung menyadarinya.

"Tar?" panggil Deven.

Pada akhirnya barulah Tarunika mendongak. "Eh, iya?"

"Silakan dijelaskan progres sie acara. Tolong fokus dulu, ya," kata laki-laki itu mengingatkan.

"Oh, iya, maaf." Tarunika melihat sekilas teman-temannya. Ia meletakkan ponselnya. "Untuk sie acara peserta lomba baca dan cipta puisi sudah aman. Undangan untuk datang di hari H juga sudah sampai ke mereka. Untuk persiapan di hari H pemateri juga sudah ACC. Kami dari sie acara sedang menyusun TOR untuk segera dikirimkan."

Rapat berjalan hingga dua jam. Beberapa kali Tarunika mendapatkan pelototan dari Amara karena ia benar-benar tidak fokus. Sehingga pada saat keluar sekretariat, Amara mengomel.

"Lo tuh kenapa, sih, Tar?" Amara kembali berkata. "Nggak fokus banget."

"Tarunika yang nggak fokus gue yang malu," sahut Ruhi.

"Nah, bener, tuh."

Tarunika hanya cengar-cengir saja. Saat ini mereka tengah berjalan di koridor.

"Laper, mending makan," jawab Tarunika sambil menarik tangan kedua sahabatnya itu.

"Eh, gue nggak mau mi lagi, ya. Udah banyak makan mi," kata Ruhi.

"Gue pengen makan semuanya, nih. Laper banget," sahut Amara.

Tarunika terkekeh. Lihat kan, bagaimana mereka sangat mudah dialihkan hanya karena menyebut kata makanan. Tarunika tidak perlu menjawab pertanyaan mereka ini dan itu.

Di tempat duduk biasa yang mereka tempati. Menikmati makanan masing-masing. Jika sedang makan seperti itu, mereka akan sangat diam. Benar-benar menikmati. Dan ketika makanan sudah habis, mulailah ada saja obrolan random yang keluar dari mulut salah satu dari mereka.

"Gue pengen potong poni, deh," kata Ruhi sambil menyentuh rambutnya.

"Model yang kayak gimana, Yui?" Tarunika merespon.

"Pengen yang kayak ala-ala korea gitu, loh. Pengen, deh."

"Gue bisa bantu, Yui. Yuk, kapan gue potongin?" Tarunika tampak antusias.

Amara berkata setelah meminum minumannya. "Jadi kayak Dora, Yui?" Ia tertawa. Celetukannya membuat Tarunika juga ikut tertawa. Sedangkan Yui menatap Amara kesal.

"Sembarangan," ketusnya. "Boleh, deh. Besok, ya, Tar? Gue capek hari ini pengen istirahat.

"Oke," Tarunika mengangguk menyetujui.

Karena sudah hampir petang, mereka memilih untuk pulang. Berjalan menuju gerbang kampus. Sebelum mereka berpisah, Tarunika mengambil ponselnya yang bergetar di dalam saku.

Mari Saling BerterimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang