Chapter 38 - Bertaruh

27 2 0
                                    

"Tapi, lebih baik gitu, Yui. Menjaga perasaan sendiri. Lebih baik pergi duluan sebelum ditinggal pergi, kan?"

~ Amara Elvana ~

Tarunika baru saja sampai di apartemennya. Pintu tertutup pelan di belakangnya, seakan ikut merasakan berat yang menggantung di pundaknya. Tanpa berpikir panjang, ia membiarkan tasnya tergeletak begitu saja di atas lantai, isinya berserakan keluar, tetapi ia tak peduli. Tubuhnya terasa begitu berat, seperti segala energi telah terkuras habis. Dengan langkah yang terseret, ia mendekati tempat tidur. Namun, sebelum sempat merebahkan diri, kakinya kehilangan keseimbangan, dan ia luruh di samping tempat tidur. Punggungnya bersandar pada pinggiran kasur, dingin dan keras, tetapi ia tak punya kekuatan untuk mencari kenyamanan.

Tatapannya kosong, mengarah ke satu titik di seberang ruangan yang tak bisa ia lihat dengan jelas. Segala yang ada di depannya menjadi kabur, tertutupi oleh ingatan akan suara Baskara yang masih bergema di telinganya. Kata-kata itu menusuk seperti belati, menghancurkan setiap harapan yang tersisa. 

"Pertunangan itu dipercepat menjadi tanggal lima, Dek." Ucapan itu berputar terus-menerus dalam pikirannya, seperti rekaman rusak yang tak bisa dihentikan.

Tarunika diam saja pada saat itu, tetapi seluruh tubuhnya gemetar.

"Mas harus gimana?" Baskara mendongak menatap mata Tarunika. "Mas nggak bisa kalau harus bertunangan sama orang yang nggak Mas cintai. Mas udah berusaha meyakinkan mereka semua, melawan semuanya, tapi mereka tetep aja memaksa."

Setiap kalimat itu seperti mencuri helaan napas Tarunika, hingga ia merasa sesak. Ia berusaha keras membasahi kerongkongannya dan berkata, "Karin gimana? Dia mau?"

"Nggak ada pilihan lain, dia juga kayaknya udah menyerah."

Tarunika memalingkan pandangannya. Ia menjauh dari tubuh Baskara yang sejak tadi ada di dekapnya. Tangannya beralih mencengkram pembatas dermaga. Jika sudah seperti ini, ia bisa apa? Harapannya malam ini mereka bertemu untuk saling memafkan karena perdebatan beberapa hari yang lalu. Namun, seolah semesta semakin membuat Tarunika untuk mundur. Melepaskan Baskara. 

Baskara meraih tangan Tarunika. Meminta agar gadis itu menatapnya. "Kita nggak akan pernah berubah."

Tarunika mengernyit. "Maksudnya?"

"Ya kita akan terus seperti ini. KIta nggak akan berubah. Kita akan tetap sama," jawab Baskara.

"Seperti ini gimana, Mas?"

"Saling mencintai."

Tarunika terkekeh. 

"Atau kamu ngasih Mas waktu? Mas akan melakukan segalanya seperti apa yang mereka mau, lalu Mas akan tinggalkan dia. Dan kembali dengan kamu?" Ucapnnya yang tergesa.

"Mas?"

"Mas nggak bisa kalau nggak sama kamu. Tapi, Mas juga nggak bisa melawan mereka. Mas akan meninggalkan dia setelah--"

"Mas Baskara!" sentak Tarunika.  Matanya sudah berkaca-kaca. "Dengar aku ...."

Baskara menghentikan ucapannya. Matanya bergerak-gerak menatap Tarunika. Sedangkan Tarunika mengangkat kedua tangannya. Membingkai kedua sisi wajah laki-laki itu. 

"Kita saling mencintai, kan?" tanya Tarunika. Dan Baskara balas mengangguk. Ia sudah mulai tenang.

"Itu sudah lebih dari cukup. Seseorang pernah bilang. Kalau orang itu pergi dan dia akan kembali suatu saat nanti, itu artinya dia benar-benar milik kita. Aku rasa ... itu akan terjadi pada kita. Kita sudah berjanji untuk tetap bersama sampai waktu yang tidak ditentukan. Tapi, ternyata ... semesta bergerak tidak sesuai apa yang kita rencanakan. Kita harus melewati hal yang menyakitkan ini." Tarunika mulai menangis. 

Mari Saling BerterimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang