“Pangeran keempat masih hidup katamu?”
“Menurut keterangan penyusup yang sempat mengirim pesan burung pada kami, ia melihat sosok yang mirip seperti pangeran keempat di dalam kota benteng barat yang kita curigai sebagai markas kelompok Gin no Kisei.”
Putera Mahkota bangkit dari mejanya. “Tidak, tak mungkin ada orang yang memiliki ciri persis dengan Mafu kecuali orang tuanya masih satu klan dengannya. Mafu adalah keturunan terakhir dari klannya setelah selir keempat meninggal. Itu pasti dia!”
“Tapi mengapa ia tidak kembali ke istana? Pasti itu orang lain!”
Putera mahkota berjalan mondar-mandir menggigit ujung kukunya gelisah. “Wajahnya! Apa kau lihat wajahnya?!”
Si pelapor menggeleng. “Di dalam surat, tertulis bahwa ia melihat sosok yang perawakannya mirip pangeran keempat sedang bercumbu mesra dengan seorang pria tampan di salah satu kursi taman kota.”
Putera mahkota membeku seketika. “Dia ... apa? Bercumbu katamu?”
Si pelapor mengangguk. “Kebenaran ini juga masih tidak jelas karena hanya dilihat dari jauh dan penyusup kita sudah terbunuh.”
Putera mahkota tak lagi fokus mendengar laporan karena pikirannya sudah terpusat oleh sosok yang diduga sebagai pangeran keempat dan berada di pelukan pria lain.
Tidak, tidak bisa begini. Jika itu sungguh Mafumafu maka ia harus kembali ke tanganku. Dia milik kerajaan ini! Dia milikku!! Batin Putera Mahkota tak terima.
“Kirim lagi beberapa mata-mata ke kota di benteng barat dan cari informasi dimana letak markas pemberontak berada. Bagaimanapun benteng timur dan barat sangat damai dan mencurigakan!” Titah Putera Mahkota.
“Baik!!”
Jauh dari istana, tepatnya di dalam sebuah ruang tamu sederhana, Mafumafu mengupas jeruk di tangannya sembari membaca gambar peta denah istana. Tak jauh dari kursinya, Soraru dan empat penatua duduk satu meja membicarakan seputar rencana yang ingin mengadu domba para Klan besar yang tersisa di tenggara dan mengorbankan benteng di timur agar bisa mengambil alih benteng di utara. Para penatua tidak perlu berpikir dua kali untuk setuju karena anggota pemberontak yang lain berhasil menguasai dua benteng tanpa di ketahui oleh kekaisaran dengan membunuh semua petinggi. Seperginya para penatua untuk kembali ke markas utama dalam bukit, Soraru menghampiri Mafu dan mengangkat tubuh kesayangannya ke pangkuannya. Menghirup aroma manis dari ceruk leher Mafu, Soraru ikut menatap peta yang sejak tadi terus di perhatikan Mafu.
“Apa ada yang salah dengan petanya?” Tanya Soraru memastikan.
Mafu menggeleng. “Tidak, tapi ... aku merasa ada yang aneh.”
Mendengar ini Soraru seketika mengernyitkan dahi. “Biar kupanggil Naruse—“
“Tidak! tidak ada yang salah, kok! hanya ... aku penasaran kenapa Kaisar menyerahkan seluruh kendali keamanan istana pada Putera Mahkota disaat masih ada kandidat yang cocok di antara para menteri.”
Menunjuk ke salah satu denah bangunan, Mafu mengetuk permukaan peta dua kali. “Apalagi disini. Tempat dimana Kaisar sering berada ini penjagaannya justru longgar sekali. Tapi kenapa ia malah memilih untuk mengerahkan separuh penjaganya pada Putera Mahkota? Rasanya seperti mereka memberitahu kalau istana pusat saat ini rentan dimasuki penyusup.”
“Saking rentannya terasa seperti jebakan,” sambung Soraru.
Mafu mengangguk setuju. “Pemberontak memang bukan kita. Tetapi kalau soal kekuatan, kita jelas lebih unggul. Bagaimana kalo begini, kita sebar peta ini ke mata-mata kelompok lain dengan dalih kita sebagai pedagang informasi. Tentu saja isi petanya akan dirubah sedikit tapi tetap informasi di istana pusat ini di pertahankan.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Hitomodoki S2 || SoraMafu
Fanfiction° Utaite Fanfiction ° Sinopsis : Pada suatu era, dimana kekaisaran telah menjadi musuh utama rakyat, sebuah kelompok berdiri untuk menjadi sosok yang mendobrak pintu kebebasan. Demi mewujudkan ambisi itu, mereka yang menjadi korban berkumpul di bawa...