Sampai di markas, Shima dengan panik berlari ke rumah Soraru dan memberikan selembar kertas dari Naruse padanya. Membaca surat itu, Soraru terbelalak dan menoleh cepat kearah Mafu disisinya yang tampak berekspresi datar.
Memejamkan matanya sejenak, Mafumafu terdiam agak lama dan akhirnya memberi titah. “Kirim 20 ronin kita dan selamatkan mereka.”
Soraru langsung memimpin 20 ronin di belakangnya menuju tempat dimana Sakata dan Naruse sedang bertarung. Ditempatnya, Mafumafu meremat surat Naruse yang berantakan namun tertulis dengan jelas disana bahwa pihak kekaisaran mulai curiga dengan pangeran keempat yang masih hidup dan menjadi pemimpin pemberontakan.
“...Soraru-san.” Sebut Mafu lirih. “Maafkan aku.”
Soraru beserta 20 ronin itu sampai dan menemukan sekelompok prajurit dan dua penunggang kuda di depan yang melawan dengan satu pemanah dan satu katana. Menarik busurnya cepat, Soraru bidik langsung prajurit yang hampir menebas Sakata dan tepat mengenai kepalanya.
“MUNDUR!!” Teriak Soraru.
Sakata dan Naruse yang sudah luka di sana-sini langsung menuju tempat Soraru dengan 20 ronin yang siap menembakkan hujan anak panah.
“Belum.” Soraru memberi aba-aba.
Begitu Sakata dan Naruse telah memasuki jarak aman, Soraru segera berteriak. “TEMBAK!!”
Hujan anak panah langsung terbang dan mendarat tepat menghujani para prajurit. Walau tidak melukai prajurit secara fatal, tapi hujan anak panah itu tepat melukai kuda mereka sehingga mereka jatuh dan terpental. Memanfaatkan celah ini, Soraru memberi perintah untuk pergi secepat mungkin kepada seluruh anak buahnya. Tanpa berpikir dua kali, mereka segera berbalik pergi menuju markas tanpa menyadari bahwa pemimpin mereka tetap tinggal dan menatap tajam satu arah.
Ia menyadari sosok itu tepat sepasukan prajurit tadi jatuh ke tanah. satu penunggang kuda yang sangat akrab di matanya juga saat ini menatap lurus kearahnya.
“Apa aku pernah melihatmu?” tanya Putera Mahkota.
Soraru tidak menjawab. Meraih gagang pedangnya, ia meremat kuat gagang pedang dan bersiap akan serangan dari putera mahkota.
“Ciri fisik itu ... mungkinkah kau dari barat daya? Kau bergabung dalam kelompok pemberontak? Apa posisimu?”
Soraru menyipit. “Apa maumu?”
“Dimana Mafu?”
“ ... ”
“Dimana adikku?”
Adik? Soraru menatap nyalang putera mahkota. “Bukan urusanku. Aku kesini karena mendengar rekanku dilukai oleh prajurit brengsekmu.”
“Itu karena anak buahmu menyelinap masuk kedalam istana. Tentu saja kami mengejarnya.”
“Lalu, mau apa kau? Apa kau mau membunuhku atau semacamnya?”
“Aku mencium aromanya darimu.”
Soraru mengernyit. “Aroma?”
“Aroma manis persik dan susu. Wangi khas yang dimiliki oleh klan bangsawan Aikawa. Mafu ada bersamamu, kan?”
“Apa yang kau bicarakan?”
Putera mahkota menarik pedangnya. “Tidak perlu bertingkah bodoh. Katakan, dari kelompok mana kau berasal dan dimana Mafuku!?”
Mendengar kalimat terakhir Putera Mahkota, emosi Soraru langsung terpantik. “Bukannya kau bilang dia adikmu? Apa-apaan pertanyaanmu, dasar menjijikkan!”

KAMU SEDANG MEMBACA
Hitomodoki S2 || SoraMafu
Fanfic° Utaite Fanfiction ° Sinopsis : Pada suatu era, dimana kekaisaran telah menjadi musuh utama rakyat, sebuah kelompok berdiri untuk menjadi sosok yang mendobrak pintu kebebasan. Demi mewujudkan ambisi itu, mereka yang menjadi korban berkumpul di bawa...