10

22 2 0
                                    

Satu minggu berlalu sejak kesembuhan Soraru. Di markas Gin no Kisei yang dikelilingi tembok batu tinggi dan dijaga ketat, suasana berubah menjadi lebih sibuk dari biasanya. Para prajurit bergerak cepat mempersiapkan persenjataan dan strategi setelah mendapat kabar mengejutkan dari dua mata-mata mereka tiga hari lalu.


Kurowa dan Sou, dengan napas terengah setelah menempuh perjalanan panjang, membawa berita yang menggemparkan: Kaisar berencana melakukan kunjungan ke negeri seberang sekaligus mengumumkan pertunangan Putera Mahkota secara resmi. Berita ini bagaikan petir di siang bolong, terutama bagi Mafu yang selama ini tidak mengetahui apapun tentang rencana pertunangan tersebut.


Di ruang pertemuan yang diterangi cahaya obor, Mafu duduk dengan ekspresi bingung di kursi kayunya. Jemarinya mengetuk-ngetuk meja dengan gelisah. "Mungkin karena dulu aku sibuk dengan ekspedisi, aku tertinggal banyak informasi," ujarnya dengan nada kecewa. Ia menghela napas panjang sebelum melanjutkan, "Tapi harusnya aku diberi kabar walau hanya secarik surat."


Soraru, yang duduk di sampingnya dengan jubah hitam khasnya, terdiam sejenak. Matanya yang tajam menatap lurus ke arah Sou. "Apa ada lagi yang kau dengar?"


Sou menggeleng pelan, rambutnya yang kecokelatan bergerak mengikuti. "Aku dan Kurowa-san membagi tugas. Aku bertugas mencari informasi sedangkan Kurowa-san menyelidiki asal informasi."


Tanpa membuang waktu, Soraru beralih pada Kurowa yang berdiri tegap di sudut ruangan. "Apa ada yang kau dapatkan?"


Kurowa mengangguk mantap, jubah hitamnya bergerak saat ia melangkah ke tengah ruangan. "Ada beberapa rumor yang mendasari pertunangan Putera Mahkota," jelasnya dengan suara dalam. "Pertama, karena situasi politik antar negeri, hubungan pertunangan sengaja dirahasiakan. Mengingat di masa lalu kedua negara pernah berkonflik sengit, tapi sekarang malah menjalin hubungan, pasti akan memicu pertikaian baru."


Urata, yang sedari tadi bersandar di dinding dengan tangan terlipat, mendengus keras. "Kekaisaran memang ahli dalam bidang menghancurkan kepercayaan rakyat," ucapnya sinis. "Di saat sekarang negeri sedang panik oleh wabah dan harga pasar yang naik, mereka malah asyik merancang acara pernikahan."


Shima, dengan kaki terangkat di atas meja, terbahak keras hingga kursinya berderit. "Mungkin bakal menyenangkan kalau kita ke sana dan merampok seisi prasmanannya?"


Mendengar candaan itu, mata Mafu tiba-tiba membelalak lebar. Seolah sebuah ide cemerlang baru saja menyambar otaknya. "...Itu dia!"


"Eh?" Shima mengerjap bingung.


"Shima-kun, kau luar biasa!!" Mafu berseru dengan wajah berbinar.


"Eh??" Kebingungan Shima semakin menjadi.


"Coba kalian pikir," Mafu bangkit dari kursinya, berjalan ke tengah ruangan dengan langkah mantap. "Di saat ancaman para pemberontak sedang marak, mengapa Kaisar dan Putera Mahkota malah pergi ke negeri seberang? Jika alasannya untuk meresmikan pertunangan dengan negeri sebelah, bukankah itu artinya mereka memberitahu bahwa kekaisaran sedang membangun kerja sama dengan negara lain?"


Araki mengernyitkan dahi, jemarinya memainkan ujung pedang di pinggangnya. "Tapi kalau masyarakat tahu, mereka akan makin protes, bukan? Apalagi karena negeri seberang itu pernah menjajah kita."

Hitomodoki S2 || SoraMafuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang