Soraru membuka matanya dengan gerakan tiba-tiba, napasnya terengah saat pandangannya menyapu sekeliling ruangan temaram itu dengan panik. Di sisi kanannya, Mafumafu duduk dengan wajah basah oleh air mata, jemarinya menggenggam tangan Soraru begitu erat seolah takut kehilangan. Di sisi lain ranjang kayu sederhana itu, Shima dan rekan-rekan seperjuangannya yang lain tertunduk dalam, bahu mereka bergetar menahan isak tangis yang sesekali lolos.
Soraru mengernyitkan dahinya dalam kebingungan. Ada apa sebenarnya? Kenapa mereka semua menangis?
Baru saja ia hendak membuka mulut untuk bertanya, mendadak batuk keras menghantam tenggorokannya, membuat seluruh tubuhnya berguncang. Suara batuknya yang menyakitkan mengagetkan seisi ruangan. Mafu spontan berdiri dari kursinya, air matanya tumpah semakin deras saat melihat kondisi kekasihnya. Shima dan yang lainnya ikut berseru panik, memanggil nama Soraru berulang kali di sela isak tangis mereka.
Soraru masih terbatuk hebat, dadanya terasa begitu sesak hingga ia harus berjuang keras hanya untuk menarik napas. Jantungnya berdegup jauh lebih cepat dari biasanya, membuat kepalanya berdenyut-denyut menyakitkan seolah akan meledak.
"Soraru-san! Kumohon bertahanlah!" Mafu terisak, memeluk lengan Soraru erat seakan takut kekasihnya akan menghilang jika ia melepaskan pelukannya.
"SIALAN! KENAPA TABIB MASIH BELUM DATANG JUGA?!" Urata memekik murka, kepalan tangannya memutih saking eratnya.
"BIAR AKU YANG MENYUSULNYA!" Sakata berseru lantang, bergegas keluar bersama Kurowa dan Naruse yang mengikuti di belakangnya.
Soraru mencengkram selimut katunnya kuat-kuat, tangan lainnya menekan dada kirinya yang terasa seperti dihantam ribuan jarum. Dari sekian rasa sakit yang menderanya, nyeri di dadanya adalah yang paling tak tertahankan, seolah ada sebuah batu besar yang menghancurkan tulang rusuknya dari dalam. Tiba-tiba otaknya dipenuhi bayangan dari mimpi yang baru saja dialaminya. Tunggu sebentar. Kenapa ia bisa mengingatnya dengan begitu jelas? Mimpi biasanya akan segera memudar begitu seseorang terbangun, tapi kenapa mimpi ini masih membekas begitu nyata dalam benaknya?
Sebenarnya, apa yang sedang terjadi pada dirinya?
"Ma...fu...!" Soraru berusaha memanggil dengan suara parau.
"Jangan memaksakan diri untuk bicara!" Mafu menggeleng kuat, tangannya mengusap peluh yang membasahi dahi Soraru. "Sepertinya ini karena lukamu yang dalam itu mengalami infeksi. Tubuhmu juga sangat panas, Soraru-san!"
Infeksi? Jadi dia sekarat seperti ini hanya karena infeksi biasa? Putera mahkota sialan itu, andai saja waktu itu ia lebih berhati-hati. Sambil berusaha mengatur napasnya yang masih tersengal, Soraru mencoba mengingat kembali mimpi yang baru saja dialaminya dengan lebih seksama. Terutama sosok anak kecil dalam mimpi itu, ada sesuatu yang sangat mengganggu tentang kehadirannya.
Awalnya Soraru tidak terlalu memikirkannya, namun semakin ia mengingat, semakin ia yakin ada yang tidak beres. Ruangan penyembahan dalam mimpinya itu juga - ia bisa mengingatnya dengan sangat jelas, bahkan mengenali setiap sudutnya. Meski pemandangannya sedikit berbeda dari yang ada dalam ingatannya, namun alam bawah sadarnya memberitahu bahwa ia sangat familiar dengan tempat itu. Terlalu familiar malah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hitomodoki S2 || SoraMafu
Hayran Kurgu° Utaite Fanfiction ° Sinopsis : Pada suatu era, dimana kekaisaran telah menjadi musuh utama rakyat, sebuah kelompok berdiri untuk menjadi sosok yang mendobrak pintu kebebasan. Demi mewujudkan ambisi itu, mereka yang menjadi korban berkumpul di bawa...