Setibanya di rumah, Mafumafu menulis dokumen palsu yang akan dikirim bersamaan dengan surat laporan para penyusup ke kekaisaran, memberi pernyataan bahwa benteng barat berada dalam perlindungan dan dijadikan sebagai wilayah netral atas keinginan mendiang Pangeran Keempat dengan harapan kekaisaran tidak menyentuh benteng barat seujung jari pun jika memang ingin rakyatnya memihak kekaisaran.
Setelah surat itu di bawa pergi oleh burung pembawa pesan, mayat para penyusup yang sudah diikat ke kuda masing-masing dilepaskan saat langit menggelap. Dengan begini, mereka berhasil kembali menjaga kedamaian dan kamuflase benteng barat dengan sempurna.
Seperti biasa, siasat Mafu berhasil dengan bukti tidak ada lagi penyusup yang datang ke benteng selama 4 bulan terakhir. Kalimat dari ‘wasiat terakhir dari mendiang Pangeran Keempat’ sungguh ampuh dan ditelan mentah-mentah oleh kekaisaran. Mau tak mau mereka harus menerima kondisi benteng barat sebagai sisi netral meski sangat terpaksa. Dengan begitu, kelompok mereka bisa kembali bergerak setelah 1 tahun vakum sejak pembantaian keluarga inti kaisar pada musim dingin lalu.
“Aku yakin kabar ini pasti akan segera menyebar dan memancing keingintahuan para kelompok pemberontak lain di luar sana,” ujar Soraru yang di balas anggukan oleh Mafu. “Jika aku merekrut mereka, bagaimana pendapatmu?”
Mafu menggeleng cepat. “Biarkan mereka bertingkah seolah mereka menguasai benteng ini tanpa tahu bahwa merekalah yang kita manfaatkan.”
Mendengar ini, Soraru yang duduk di tepi ranjang menautkan alis bingung dan menatap Mafu yang sedang menyalakan lilin kamar. “Bagaimana dengan rakyat yang lain?”
“Mereka akan kita pindahkan ke tenggara dengan menyamarkan mereka sebagai imigran. Atau kita bisa buat skenario dengan para pemberontak yang mengambil alih benteng dan memicu perang dengan pasukan Putera Mahkota tergantung kondisinya. Lambat laun, pasukan Putera Mahkota akan semakin berkurang karena terus melakukan penumpasan demi penumpasan secara terus menerus,” jelas Mafu panjang lebar.
“ ... jadi kau bermaksud melemahkan kekuatan pasukan Putera Mahkota secara alami.” Soraru terdiam agak lama. “Itu terlalu luar biasa.”
Mafumafu mengangguk. “Belum lagi dengan benteng utara yang akan kita ratakan dua hari lagi, putera mahkota akan semakin kewalahan dan mau tak mau meminta kaisar bengis yang sekarang turun tahta. Yah, walaupun dia yang akan menduduki tahta nantinya, kita tidak akan berhenti sih. Di saat pasukan Putera Mahkota semakin melemah itulah kita bisa mengambil alih kekaisaran.”
“Mafu.”
“Ya?”
Soraru merentangkan kedua tangannya dengan senyum. Mafu segera menyambut uluran tangan itu dengan pelukan erat dengan senyum yang sama sumringahnya. Bergelung di atas ranjang, keduanya saling memeluk erat dan menikmati kehangatan dari suhu tubuh masing-masing.
“Saat itu terjadi, apa yang akan kau lakukan?” tanya Soraru.
“Tentu saja menunggumu pulang.” Mafumafu mendongak. “Memangnya aku boleh keluar rumah?”
“Tidak.”
“Tuh, kan.”
“Putera Mahkota itu ... seperti apa kemampuannya?”
Merangsek ke atas tubuh Soraru, Mafumafu menopang dagunya diatas kedua lengannya. “Emm ... lumayan sih, walau tidak sekuat aku. Tapi pengikutnya juga tak bisa dianggap remeh.”
“Hmm ... pertarungan di Istana nanti yang akan jadi penentu dari segalanya.”
“Iya, kamu bisa anggap itu adalah pertarungan untuk balas dendammu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hitomodoki S2 || SoraMafu
Fanfiction° Utaite Fanfiction ° Sinopsis : Pada suatu era, dimana kekaisaran telah menjadi musuh utama rakyat, sebuah kelompok berdiri untuk menjadi sosok yang mendobrak pintu kebebasan. Demi mewujudkan ambisi itu, mereka yang menjadi korban berkumpul di bawa...