03

184 12 2
                                    

Keduanya keluar dari ruangan penatua dan terdiam di sepanjang jalan. Setelah beberapa menit melewati lorong panjang, keduanya keluar dari ruang bawah tanah dan memasuki pintu besar yang berada di sisi kiri kawah. Begitu memasuki lorong pintu masuk, manik Mafu berbinar kala menyaksikan rumah-rumah gubuk yang di bangun membentuk sebuah desa kecil. Akan tetapi berbeda dengan kota kecil di luar, tempat ini dikhususkan untuk para anggota pasukan utama yang juga tergabung dengan tempat latihan dan gudang persenjataan. Hal ini terlihat dari adanya beberapa samurai yang mendorong gerobak berisikan tumpukan pedang dan zirah, lalu lapangan kosong di beberapa tempat yang di penuhi oleh beberapa samurai yang sedang sparring. Karena letak tempat ini juga berada di dalam sebuah gua, maka suara dentingan senjata dan raung para samurai menggema ke seluruh tempat.


“Wah ... ini sudah bukan lagi markas utama. Tapi sebuah desa pemberontak.”


“Memang fungsinya begitu. Jangan macam-macam kalau tidak ingin di bidik—“


“Hey! Itu dia si kakak cantik!!”


Belum sampai keduanya di tengah gua, rombongan anak kecil berjumlah dua kali lipat dari sebelumnya menerobos pintu masuk dan mengerubungi Soraru kembali. Tangan anak-anak itu terulur menarik-narik untaian jubah luar Mafumafu dan juga sisi pakaian Soraru. Sepertinya mereka sudah menunggu untuk kembali melihat kakak cantik favorit mereka.


“Turunin kakak cantiknya! Turunin!!” Seru para anak-anak.


Soraru yang sebenarnya ingin marah karena anak-anak ini menerobos ke tempat yang dilarang untuk di masuki itu akhirnya berseru, “Cepat ikuti aku keluar!”


Anak-anak itu pun berlarian dengan semangat keluar dari gua dan berkumpul menantikan Soraru menurunkan Mafumafu. Begitu Mafu di turunkan, para anak-anak segera mengerubungi Mafu dan duduk di tanah dengan riang gembira. Sedangkan Soraru, ia mendengus sebal sebelum akhirnya ikut duduk bersimpuh di belakang Mafu.


“Astaga, pantas mereka sampai berani terobos gua pasukan, huh?!” Seru seseorang dari belakang. Soraru menoleh dan mendapati sosok Araki berjalan mendekat bersama rekannya. “Apa dia sandera yang kau tangkap?”


“Begitulah,” jawab Soraru lelah, “aku malah bingung sekarang apa dia ini tawanan atau bukan.”


Araki yang juga ikut merasa lelah karena sempat gagal menahan anak-anak masuk ikut menghela napas. “Yah, mau bagaimana lagi. Anak-anak memang sangat suka dengan hal-hal yang menarik sepertinya.”


“Bajumu tampak bagus, apa kau orang kaya?” tanya seorang anak yang duduk di samping Mafu.


“Bukan! Dia itu bangsawan, tau!” celetuk temannya yang lain.


“Eh!? Bangsawan?! Kok cantik!?”


Mafumafu hanya tersenyum mendengarkan ocehan anak-anak yang mengerubunginya. “Apa seorang bangsawan tidak boleh terlihat cantik?”


Anak yang di tanya menggeleng. “Habisnya kaichou juga bangsawan tapi tampan.”


“Hey!!”


Teguran keras dari Araki ini seketika membungkam keramaian anak-anak yang langsung bergidik ketakutan. Beberapa bahkan ada yang refleks memeluk Mafu. Mafumafu yang tampaknya memahami sesuatu menoleh kearah Soraru yang hanya berekspresi datar dan bangkit dari duduknya. “Kalau kau sudah puas, bangun dan ikut aku ke dalam.”


Mafu mengangguk dan mengusap belakang kepala si anak yang ketakutan memeluknya. “Sudah, Kakaknya gak jahat, kok. Tapi lain kali hati-hati, ya?”


Si anak mengangguk dan menyeka sudut matanya. Mafu menunjuk Araki dan berucap. “Minta maaf yang baik, ya.”


“Maaf, Araki-nii,” ucap si anak dan diikuti oleh anak-anak yang lain.

Hitomodoki S2 || SoraMafuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang