08

97 5 4
                                    

Menatap langit malam yang semakin gelap dan dingin, Mafumafu berdiri dengan pedang sebagai penyangganya berdiri tepat di depan gerbang. Sudah 5 jam berlalu sejak ia berdiri disini dan belum bergerak selangkah pun. Walau semua orang sudah membujuknya, tapi pria salju itu keras kepala dan mengancam akan menebas siapapun yang mendekatinya.


Tanpa peduli dengan keadaan kota yang telah hening dan sepi, Mafumafu dengan raut tegas menatap lurus gerbang yang masih terbuka lebar. Mengacuhkan udara dingin yang semakin menusuk tulang, ia tidak tampak berniat untuk kembali sejenak ke rumah sekedar mengambil selimut. Dari kejauhan, Kurowa dan Sou mengawasi Mafumafu dari balik dinding rumah sebagai bentuk antisipasi.


Sekitar 7 jam berlalu dan Mafumafu masih berdiri kokoh di tempatnya. Memaksakan kedua mata yang sudah lelah demi menunggu sosok yang dirindukan pulang. Tangan dan kakinya sudah kebas karena udara dingin. Meski begitu ia tetap bergeming walau bibir sudah pucat dan membiru.


Dan 10 jam berlalu, dengan nihilnya tanda-tanda orang yang datang. Mafumafu masih bersikukuh dan percaya Soraru akan pulang selagi terus merapalkan permohonan dalam hati.  Terus menguatkan diri yang sudah membeku semalaman di depan gerbang. Kesadarannya yang hampir pupus kembali saat telinganya menangkap kokok ayam di belakangnya, menandakan bahwa malam terlah berganti menjadi fajar. Menghela napas berat, Mafu berusaha menggerakkan tubuhnya yang sudah sempurna kaku dan tertunduk sedih.


Tidak apa, aku bisa menunggunya lagi. Aku sudah janji takkan keluar selangkah pun dari benteng, makanya ...


Krieeet ...!


“!?”


Derit halus dari gerbang terdengar samar. Mafumafu yang membelalak lebar menatap sosok yang berjalan terhuyung memasuki gerbang dengan keadaan compang-camping dan perban membungkus beberapa bagian tubuhnya. Soraru yang menahan sakit pada tubuhnya terkejut menemukan Mafumafu yang pucat parah dengan bibir yang sempurna kehilangan ranumnya. Mempercepat langkah kakinya yang terseok, ia raih tubuh Mafu dan semakin terkejut oleh tubuh Mafu yang dinginnya bukan main.

Mengusap lembut sisi wajah kekasihnya itu, Soraru menatapnya marah dan berseru rendah, “Apa yang kau lakukan disini!?”


“... raru ...-san?”


Memeluk erat Mafu yang gemetar, Soraru mengusap punggung Mafu lembut dan melirih di telinganya. “Maaf, aku sungguh minta maaf. Aku tidak bermaksud marah padamu.”


Membalas pelukan erat. Mafu menggeleng dan mulai terisak. “Pulang ... kamu akhirnya pulang ...!”


“Mhm, aku pulang, Mafu.”


Begitu tangis Mafu meledak, seluruh tenaga di tubuhnya hilang sehingga ia langsung kehilangan pijakan. Soraru yang sigap menangkapnya kembali mendekap erat Mafu yang menangis keras sehingga membangunkan beberapa warga yang masih tidur. Tak lama kemudian, rombongan Shima dan yang lain berlari ke tempat dimana Soraru dan Mafu berada untuk membawa keduanya ke ruang perawatan untuk diobati.


Di ruang perawatan, Soraru yang sudah diobati duduk di atas futon dengan Mafumafu kembali terisak dalam pelukannya. Tak lama kemudian, rombongan para kapten datang dan langsung mendobrak pintu ruangan.


Kaichou!” Panggil Urata. “Katanya kau terluka!? Apa yang terjadi?!”


Meminta jeda waktu, Soraru mengusap surai Mafu yang masih terisak kuat dan memeluknya erat. Sungguh sakit rasanya melihat wajah pucatnya yang menangis seperti ini dengan tubuh yang gemetar. Berapa lama ia menunggu dirinya pulang? Semalaman?

Hitomodoki S2 || SoraMafuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang