Bagian 16.

3 2 0
                                    

"Kau ... aneh," komentar Aldéric sesaat setelah mengintip masuk dalam benak Aji. Kawan bicara Alderic itu sedikit tertawa. "Anda kaget mengenai niat saya, Monsieur?"

"Biar saya perjelas," ucap Aji setelah menegak air di gelas. "Saya ingin Anda menjadi pion saya."

"Tugas Anda sebagai pion saya hanyalah satu: apa pun caranya, cegah Xvi untuk mengubah takdir saya." Aji menatap Aldéric. "Situasi saya tengah tidak baik. Ada banyak pihak yang tengah mengincar nyawa saya, dan kalau tidak salah, Anda sempat bilang bahwa umur saya tidak panjang, bukan? Maka, saya asumsikan bahwa memang saya tidak akan hidup lama."

Aldéric sedikit terperanjat. Orang di hadapannya ini sudah gila. Bagaimana seorang manusia biasa bisa sangat santai membicarakan nyawanya sendiri? "Kau sudah gila, Monsieur Pradhana."

Aji menggeleng. "Tidak. Saya hanya melihat dari reaksi dan jawaban Anda, serta situasi musuh saya dan perusahaan. Saya tidak tahu kapan pastinya, tetapi saya rasa kematian saya akan segera datang. Terima kasih kepada Anda yang sudah mengonfirmasinya secara tidak langsung."

"Tidak perlu membicarakan tentang saya lebih lanjut. Mari kembali ke bahasan. Apa pun yang terjadi, saya ingin Anda menghentikan Xvi."

"Kenapa kau tampak begitu percaya Nei akan mengubah takdirmu?" Aldéric menatang. "Memangnya siapa kau hingga Nei begitu memedulikanmu dan sampai mau bertindak begitu?"

Aji tertawa lagi. "Mungkin sekarang saya terlihat terlalu percaya diri di hadapan Anda. Namun, itu tidak masalah. Lagi pula, ini hanya perkiraan saya. Kalau memang nanti Xvi tidak bereaksi apa-apa, berarti bagus, Anda tidak ada tugas, Monsieur LeBlanc. Namun, kita harus mengantisipasi yang terburuk. Jadi, kalau memang ia memutuskan untuk begitu, berjanjilah pada saya bahwa Anda akan mencegahnya."

"Tidak ada ruginya untuk Anda, bukan?" tanya Aji.

Aldéric memasang tampang meremehkan. "Kau memang gila. Saya tidak mengerti jalan pikiranmu."

"Namun, izinkan saya bertanya satu hal," ucap Aldéric. Aji mengangguk mempersilakan. "Jika memang Nei akan membangkitkanmu, kenapa kau tidak menginginkannya? Bukankah manusia senang jika dapat hidup kedua?"

Aji menarik senyum di wajahnya. "Kalau takdir saya mengizinkan saya hidup sampai beberapa tahun atau puluhan tahun lagi, saya akan menerimanya dengan senang hati. Namun, kalau takdir saya memang berhenti di umur 30 atau dekat-dekat ini, maka jadilah demikian."

"Saya tidak punya penyesalan; hidup ini telah saya jalani sebaik mungkin. Mungkin memang masih ada teka-teki yang tersisa untuk saya selesaikan, tetapi tidak masalah. Tidak semua teka-teki ada untuk diselesaikan. Jadi, kalau saya ditawarkan kesempatan kedua, saya akan menolaknya dengan sopan. Saya cukup dengan umur yang seharusnya saya dapatkan, tidak perlu lebih."

"Ajisaka. Benar-benar manusia yang memusingkan," komentar Aldéric ketika kilas balik kesepakatannya dengan Aji terputar di benaknya. Sungguh, Aldéric tidak paham cara pikir manusia satu itu. Bagaimana bisa prediksinya tidak meleset? Pertama, tentang umurnya, dan kedua, tentang tindakan Nei. Gila, Aldéric tidak bisa menerkanya walau sudah masuk ke benak sang manusia. "Seandainya dia adalah seorang penyihir, aku pasti akan merekrutnya sebagai seorang ahli strategi."

"Ah, terserahlah. Lebih penting aku mengurus apa yang terjadi sekarang." Atensi Aldéric beralih pada Nei yang tidak sadarkan diri di ruangan seberang. "Seharusnya ini sudah hampir dua hari, tetapi Nei belum sadar juga."

"Jangan-jangan ... pengembalian jiwanya berhasil?" Aldéric mengigit bibirnya. "Bahaya. Jika benar sampai berhasil, maka Nei benar-benar akan ditetapkan sebagai pendosa."

Aldéric mengetukkan jarinya ke dinding. "Harusnya, proses itu gagal karena kekuatan Nei tidak cukup stabil. Belum lagi, emosinya sangat berantakan, seharusnya ia tidak dapat mengendalikan kekuatannya."

"Aku harus mencari tahu kabar terkininya." Aldéric mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan itu. Singkat saja, ruangan itu adalah penjara bawah tanah milik Kerajaan Ophélie. "Namun, bagaimana aku bisa mengirim pesan dari dalam sini?"

Tiba-tiba, sebuah ketukan terdengar dari ruangan samping. Suara perempuan terdengar. "Maaf, saya mendengar tanpa izin. Namun, saya bisa bantu Anda terkait itu."

Sebuah tangan keluar dari samping. "Mari berkenalan. Saya Élise, Élise Laurent, dan saya bisa membantu Anda untuk mencari tahu keadaan di luar dengan bakat saya, Penyihir LeBlanc."

Aldéric sedikit terperanjat. "Anda tahu siapa saya?"

"Ya. Anda ingat Éliott Laurent yang membantu Pangeran mengingat masa lalunya? Dia adalah kakak saya. Kami masih berkomunikasi hingga sekarang."

Aldéric menyambut tangan itu. "Salam kenal dan mohon bantuannya, Penyihir Laurent."

"Panggil saja Élise," jawab perempuan yang ada di ruangan sebelah itu. "Anda ingin mencari tahu tentang kabar Tuan Muda Aji, bukan? Saya bisa menanyakannya pada Éliott."

"Anda ... juga memiliki kontrak dengannya?" tanya Aldéric. Tawa kecil terdengar dari samping. "Tidak, saya bahkan tidak pernah bertemu dengannya, tetapi Éliott sering menceritakannya. Tuan Muda Aji banyak membantunya, jadi saya tanpa sadar juga memanggilnya demikian."

"Membantu Éliott?"

"Anda tertarik dengan Tuan Muda Aji, Penyihir LeBlanc?" Aldéric menggeleng. "Tidak juga. Saya hanya heran."

Élise tertawa kecil. "Heran karena ia tidak terasa seperti manusia, ya? Saya juga awalnya kaget ketika Éliott menceritakan tentangnya. Saya pikir Éliott hanya membual, tetapi prediksinya sejauh ini tepat, termasuk tentang Anda dan Pangeran di sini sekarang. Tuan Muda benar-benar sudah seperti peramal."

"Padahal, yang punya kekuatan 'tuk melihat masa depan adalah Anda, Penyihir LeBlanc. Iya, 'kan?"

Aldéric sedikit terganggu. "Ia sudah memprediksi sampai mana? Kehadiranku dan Nei di sini sudah diperkirakan olehnya?"

"Memang terasa aneh, tapi iya. Betul. Éliott sudah menyampaikannya," jeda Élise, "kurang lebih begini yang disampaikan Tuan Muda Aji pada Éliott: kalau sampai umurnya benar-benar berakhir nanti, maka akan ada dua kemungkinan. Pangeran akan memutar takdirnya, atau tidak. Jika Pangeran memilih yang pertama, dan Anda gagal menghentikannya, maka saya harus bersiap untuk menyambut dan membantu Anda dan Pangeran di sini."

"Menurut Tuan Muda Aji, jika sisa umurnya tidak sampai tiga bulan, besar kemungkinan bahwa Pangeran akan memutar takdir miliknya. Saya juga tidak percaya, tetapi kata Tuan Muda, kemungkinannya cukup besar karena dua hal: Pangeran terlalu banyak bergantung pada Tuan Muda walau Tuan Muda sudah mencoba untuk menjauhkannya. Yang kedua, karena Pangeran belum ingat masa lalunya. Kalau pun ia ingat, Pangeran dapat tetap terbelenggu dengan hubungan mereka jika ingatannya belum sepenuhnya kembali ... dan perkiraan Tuan Muda sangat akurat." Élise terdengar bangga.

Aldéric sedikit terperanjat. "Lalu, apa ada lagi perkiraannya yang belum terbukti?"

Élise terdiam sejenak sebelum menjawab, "Tuan Muda pernah bilang ke Éliott bahwa ia tidak bisa memperkirakan sesuatu yang akan datang jauh di depan karena tidak cukupnya data yang ada. Jadi, rata-rata semua perkiraannya itu untuk waktu dekat sehingga sudah terbukti. Namun, ada satu perkiraan lagi dari Tuan Muda."

"Untuk yang satu ini, Tuan Muda bilang bahwa ini benar-benar hanya dugaan, ia belum sempat menganalisisnya lebih lanjut. Tuan Muda menyampaikan ini tepat beberapa menit sebelum kecelakaannya."

Aldéric tampak tertarik. "Tentang apa itu?"

"Sentuh tangan saya sekali lagi, Penyihir LeBlanc. Saya akan langsung mengirimkannya ke benak Anda karena yang satu ini sedikit sensitif."

Aldéric menyentuh tangan Élise yang terulur dari samping. Tidak lama kemudian, ia benar-benar syok. "Ini ... gila. Saya benar-benar tidak paham dengan cara kerja otaknya."

"Ia memang manusia yang menyeramkan," ucap Élise sembari tertawa. "Namun, kalau yang satu ini juga benar ... berarti kita sudah tahu mengapa kita tidak pernah menemukan bukti bahwa Pangeran dijebak."

xvi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang