Malam ini Laskar tengah sibuk mengganti badge kelasnya. Menjadi siswa kelas dua belas, dan melepas badge kelas dari sekolahku juga yang pernah dipakai untuk menyusup ke sekolahku. Aku naru menyadari, bahwa ternyata tetanggaku yang satu ini adalah seorang penyusup. Baik itu penyusup kamar maupun sekolah.
"Kenapa dilepas itu badge sekolahku?" tanyaku iseng.
"Ya, kan, Kak Nini udah lulus. Ngapain aku ke sekolahmu lagi?" jelas Laskar yang secara tidak langsung dia mengaku bahwa kekonyolannya itu hanyalah untuk menemuiku di sekolah.
Memang anak aneh.
Aku hanya terkekeh geli mendengarnya. Apalagi, melihat wajah Laskar yang kesusahan menjahit badge itu untuk menempel di lengan seragamnya. Padahal, aku sudah memberinya contoh di awal.
"Kak, please aku udah nggak bisa, muak banget!" omelnya sambil meremas-remas seragam putih itu saking kesalnya.
Aku tertawa kencang. "Nanti dulu, ini lagi seru. Bentar lagi tamat, nih!" Lalu, aku kembali membaca deretan kalimat yang ditulis oleh Jankar.
Harus kuakui, setelah satu tahun cerita ini booming dan pada akhirnya diterbitkan, banyak sekali perbedaan antara versi Wattpad dan buku. Tentunya, versi buku jauh lebih menarik.
"Ya udahlah, aku mau tidur dulu." Laskar merajuk sembari berpindah posisi di sofa depan cermin. Itu adalah tempat tidur sementaranya.
Aku tidak peduli pada laki-laki itu. Justru aku semakin leluasa di atas kasur ini seorang diri.
Butuh sekitar sepuluh menit untuk melanjutkan kisah 'Terima Kasih' hingga tamat dan Laskar sudah tertidur di atas sofa itu. Aku membuka halaman terakhir yang sama sekali belum kubuka semenjak membeli buku ini.
Air mataku menetes secara tiba-tiba. Pertanyan dan dugaan yang sepanjang bacaan terus memenuhi pikiranku, tentang 'siapa Jankar? Mengapa Jankar menulis cerita yang sangat relate dengan kehidupanku?'
Terima kasih telah membaca cerita dari Lingga untuk Renjana.
Terima Kasih, Kak Nini atas warna yang kau torehkan pada hidupku. Yang katanya, seluruh hidupmu untukku. Maka seluruh hidupku untukmu juga. Bahagialah selalu, Anjani Aurora Winata.
Pada halaman terakhir, Jankar menjawabnya dengan kalimat yang sangat indah hingga membuat air mataku luruh begitu saja. Hingga dadaku terasa begitu sesak. Aku menangis sesenggukan tanpa celah, menatap laki-laki yang sedang terlelap di atas sofa kamarku.
Jankar, dia ada di hadapanku.
Aku berjalan mendekat padanya, masih tidak percaya. Melihat wajah yang teduh itu, tanpa sengaja aku meneteskan air mata di sana. Dia mendadak terbangun karena ulahku.
"Kak, kenapa nangis?" Dia tampak terkejut melihat wajahku berlinang air mata. Dasar, apakah dia lupa bahwa aku ini sangat cengeng.
Saat dia berdiri, aku langsung mendekap tubuhnya yang terasa hangat. Aku menangis di sana. Kurasakan, tangannya mengusap punggungku dengan lembut.
"Jankar ...," lirihku. "Kamu memang orang gila!"
Terdengar samar-samar, Laskar terkekeh atas tingkahku. "Aku malu, Kak. Udah, ya ...."
Laskar berusaha melepas pelukan itu tetapi aku semakin mengeratkannya. Aku tidak mau berpisah dari malaikat yang satu ini. Kenapa dia begitu sempurna di mataku. Kenapa Laskar selalu membuatku bahagia meski dengan caranya yang sering terlihat aneh.
"Udah, ya, Renjana-ku." Apa-apaan, Laskar memanggilku dengan nama Renjana, alias nama tokoh utama yang ada dalam novelnya.
"Diem!" Aku masih bisa mencubit pinggangnya meski sambil terus menangis karena saking terharunya. "Kamu romantis banget, Kar. Aku enggak tahu harus ngapain."
"Aku mau hidup sama Kak Nini selamanya. Aku nggak mau jadi pembaca, tapi aku mau jadi penulis. Aku mau jadi orang yang membuat Kak Nini bahagia selalu."
Aku menatap Laskar dengan sangat bangga. Laki-laki yang selama ini tidak pernah menunjukkan rasa minatnya pada karya fiksi, ternyata diam-diam menulis sebuah novel yang dikhususkan untukku.
"Terima kasih, Kak, udah membuat hidupku terasa utuh dengan kebahagiaan dari Kak Nini. Aku bisa merasakan keharmonisan keluarga meski itu bersama keluarga Kakak. Aku selalu diajarkan mensyukuri hal-hal kecil sama Kakak. Aku sayang Kak Nini."
Hari itu, aku menyadari bahwa rasa sayang yang kami miliki berdua tidak hanya sebatas teman, tetangga, maupun kakak dan adik. Laskar telah menunjukkan rasa cintanya melalui sebuah buku yang dia buat. Buku yang dibaca ribuan orang di Indonesia. Beruntungnya, aku adalah Renjana itu. Aku adalah Anjani Winata Aurora, seseorang yang disebut dalam bukunya.
Laskar Diangga, semoga kelak hidupmu seindah namamu.
Terima Kasih
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
Laskar, Anjani, dan Fiksi [Terbit]
Teen FictionAnjani Aurora Winata, gadis ceria yang suka membaca. Novel fiksi terutamanya. Anjani sebagai kakak, tetangga, sekaligus kekasih, dia adalah tokoh utama dalam kisah yang ditulis oleh penulis bernama pena Jankar. "Kak Anjani, asal kamu tahu, kamu ada...