TJ : 04. Joanna yang Malang

532 42 0
                                    

J O A N N A  Y A N G  M A L A N G

Tekan icon bintang sebelum baca. Tekan icon komentar setelah baca lalu tinggalkan jejak. Itu tandanya kamu menghargai karya sang penulis!

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

『 Happy Reading 』


GADIS itu pernah di hakimi karena membela dirinya sendiri. Gadis itu pernah di hukum atas kesalahan yang bahkan tidak pernah ia lakukan. Gadis itu pernah di lukai sedalam-dalamnya oleh yang katanya cinta pertama seorang anak perempuan.

Gadis itu adalah manusia hina. Gadis yang tak berguna. Gadis yang terlahir pun hanya membawa malapetaka bagi orang-orang. Kalimat-kalimat itu sudah biasa Joanna dengar, bahkan seperti makanan sehari-harinya.

Tapi kenapa sekarang terasa sangat berbeda?

Terasa lebih ... Menyakitkan dari sebelum-sebelumnya. Kala pria itu datang lalu menyeretnya pulang ke mansion dengan paksa.

Tubuh gadis itu terlempar dan terbentur di dinding yang berwarna hitam. Gadis itu berada dalam ruangan yang di sebut ‘Black Room' oleh penghuni mansionnya.

Black Room adalah ruangan yang dimana tempat mengerikan bagi mereka yang pernah masuk ke sana. Bentuknya persis seperti gudang yang tak terpakai, dan juga, ruangan itu di buat khusus untuk menghukum salah seorang anggota keluarga Valerian yang membuat kesalahan. Di dalam sana juga terdapat alat-alat untuk menghukum mereka yang membuat kesalahan. Ruangan itu kedap suara, ingin berteriak pun terasa sia-sia.

Dengan gemetar, Joan memaksakan dirinya untuk berdiri tegak seakan mengabaikan rasa sakit punggungnya yang menghantam dinding keras ruangan keramat itu. Hatinya berdenyut sakit, ketika melihat tangan yang dulunya mengajarinya untuk melangkah, kini malah menghantamnya dengan habis-habisan.

“Anak sialan, kamu apain putri saya, hah?!” bentak pria itu─Daniel─dengan dagu yang terangkat pongah serta mata yang menatap tajam perempuan yang berada di hadapannya ini. “JAWAB! Bisu kamu?!”

Joan mengepalkan kedua tangannya yang berada di sisinya dan kepalanya ia tundukkan.

“Belum puas kamu dengan membunuh ibunda mu dan kakak mu dulu?! Berapa banyak lagi?!” hardik pria yang berstatus ayah kandungnya itu. “Seberapa banyak lagi kamu mau malu-maluin nama keluarga Valerian?! Seberapa banyak lagi kamu mau nambah masalah di keluarga saya?! SEBERAPA BANYAK LAGI, JOAN!”

Daniel semakin menatap tajam anak perempuannya itu, yang bahkan ia tidak ingin mengakui keberadaannya. “Punya otak ‘kan? Kalo punya, di pake, bodoh!” desisnya dengan jari telunjuk yang mendorong kening Joanna berkali-kali.

Joan memandang sang ayah dengan tatapan tak percaya. “Ayah─”

“Jangan panggil saya dengan sebutan itu, sialan! Kamu tau? Saya paling benci lihat wajah kamu yang sok polos dan sok suci itu. Saya tahu, kamu seneng ‘kan ngeliat Jean terluka dan koma? Iyakan?” sembur Daniel tak memberikan Joanna untuk berbicara. “Jalang sialan!”

Joan semakin kuat mengepalkan kepalanya tangannya hingga memutih. Gadis itu menatap Daniel dengan tatapan sendu. “Demi Tuhan ... Ayah enggak sadar sama ucapan ayah barusan?”

“Tidak! Saya sadar seratus persen ketika mengucapkan kalimat barusan yang saya lontarkan. Kamu buta? Apa bagaimana? Apa karena pengaruh penyakit mentalmu yang buruk itu sehingga membuat kamu tidak berpikir secara logika?”

“Ayah!” Joan hampir kehilangan kendalinya ketika mendengar perkataan lelaki berada di hadapannya ini yang notabenenya adalah ayahnya.

“Apa? Bukankah perkataan saya memang benar adanya? Kamu itu gadis yang berpenyakit mental!?” bentak Daniel.

Transmigrasi JoannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang