S E K O L A H B A R U
Tekan icon bintang sebelum baca. Tekan icon komentar setelah baca lalu tinggalkan jejak. Itu tandanya kamu menghargai karya sang penulis!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.『 Happy Reading 』
"BAGAIMANA dengan keadaannya?" tanya lelaki yang berada disebrang telepon.
Pria paruh baya yang ditanya tadi mendengus. "Memburuk, mudah-mudahan saja bisa sembuh dari penyakit mental yang dideritanya."
Lelaki yang berada disebrang telepon mengangguk walaupun tidak dilihat oleh lawan bicarannya. "Yah ... Semoga saja."
"Bagaimana dengan 'dia'? Apakah dia baik-baik saja disana dengan seseorang itu?" tanya Pria paruh baya itu menanyakan keadaan dia.
Terdengar helaan nafas dari lelaki yang berada disebrang telepon. "Tidak baik-baik saja, 'dia' memiliki nasib sama seperti ayahnya dahulu kala, tetapi tidak semua. Aku khawatir dia akan seperti ayahnya," celetuk lelaki itu dengan nada cemas.
"Kau tidak bisa menghentikan perbuatannya?"
"Tidak bisa. Jika aku melakukan itu, aku akan dicurigai olehnya. Maka jalan satu-satunya adalah dengan cara menunggu ayahnya datang menolongnya."
"Harus seperti itu? Tidak ada cara lain? Aku tidak tega 'dia' menderita disana tanpa seorang pun yang membantunya."
"Tidak ada cara lain, seseorang itu kuat hampir setara dengan ayah 'dia'. Kau mengerti maksudku, bukan? Jadi, 'dia' harus menahan semua penderitaan itu sampai ayahnya datang untuk menolong dia."
"Aku rasa, itu tidak mungkin."
"Tidak mungkin? Mengapa?"
"Apakah kau menjadi amnesia? Bukankah ayahnya sekarang tengah menderita juga? Lalu bagaimana caranya ayah dia akan menolongnya?"
"Ck! Rumit sekali, pokoknya tugas kau membantu ayah 'dia' untuk sembuh dari penyakit mental yang sedang diidap pria itu."
"Hei, kau kira gampang, hah?!" hardik pria paruh baya itu kepada lelaki yang menjadi lawan bicaranya.
"Ya kau─"
Prang!
Pria paruh baya itu menoleh cepat ke arah atas, lebih tepatnya ke arah kamar yang ditempati seseorang.
"Aku mendengar suara pecahan, apa yang terjadi?"
"Hei, berbicaranya nanti lagi saja. Aku harus mengurus sesuatu yang penting sekarang."
"Oke, kawan. Aku mengerti maksudmu, sampai jumpa lagi."
Tut!
Pria paruh baya itu melangkah menuju tangga untuk ke kamar yang berada di lantai dua. Kita sebut saja pria itu adalah, Michael.
"Apakah dia kembali mengamuk seperti biasanya?" gumam pria itu dengan bingung semakin mempercepat langkahnya.
Ketika sampai didepan sebuah kamar, tangan Michael memutar knop pintu dan langsung memasuki kamar itu yang berantakan bak kapal pecah. Terlihat dipandangannya, ada seorang pria berkepala empat yang tengah duduk diujung tembok. Di depan pria itu terdapat seorang lelaki yang berseragam dokter. Lelaki itu adalah dokter yang ditugaskan untuk menyembuhkan penyakit mental pria paruh baya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Joanna
Fantasía[ Sebelum membaca, silahkan follow akun wp ini supaya tidak ketinggalan cerita-cerita seru Author yang lain ] Dia 𝙅𝙤𝙖𝙣𝙣𝙖 𝙑𝙖𝙡𝙚𝙧𝙞𝙖𝙣, gadis tomboy yang di takuti se-antero Andromeda─sekolah gadis itu dulu sebelum bertransmigrasi─karena ke...