7. Pertengkaran!

366 66 10
                                    

Satu minggu berlalu, Gio merasa seperti hidup segan mati tak mau. Dia sudah seperti kehilangan alasan untuk hidup. Seperti sekarang ini, dia hanya beguling tak jelas di kasur nya dan berulang ulang kali juga dia mengecek ponselnya, dia berharap seseorang yang selama satu minggu ini terus saja memenuhi kepalanya itu menghubunginya.

Namun sayang, yang diharapkan sama sekali tidak mengirimkan pesan padanya. Karena terlalu frustasi menunggu, dia beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Dia berniat pergi ke rumah orang yang selama ini dia tunggu.

Saat dia keluar dari kamarnya, dia melihat Feni sedang asik menonton tv dengan Lily yang ada di pangkuannya. "Kak, aku keluar sebentar ya!" ujarnya.

Feni menoleh ke arah Gio "Mau kemana kamu? udah malam loh ini!" Tanya Feni dengan penuh keheranan, pasalnya dia tahu kalau Gio sangat anti keluar malam kecuali besoknya hari libur.

"Cari angin bentar kak, sumpek dirumah mulu. Tugas juga udah aku kerjain"

Feni menatap Gio, dia sedikit curiga pada sepupunya itu. "Pamit sama bunda sana, kalau gak mau pamit yaudah jangan harap bisa pergi" Feni langsung saja mengambil kunci yang ada di tangan Gio.

"Yaelah kak, bentar doang loh" dia berusaha merebut kunci yang ada di tangan Feni, tapi semua usahanya sia-sia saja saat Feni menyembungikan kunci itu bawa kaki nya."Gak asik lu kak" Feni tak mengubris ucapan Gio, dia memilih menurutin perintah kakak sepupunya itu, dia pergi ke kamar Melody untuk berpamitan.

Setelah mendapat izin dari Melody, dia langsung mengambil kunci dari Feni dan pergi dari rumahnya. Dia sebenarnya ragu dengan tujuan awalnya, tapi dia penasaran kenapa perempuan itu berusaha menghindarinya dari seminggu yang lalu, setiap mereka bertemu di sekolah Gio seperti tak terlihat oleh orang tersebut, saat Gio mengirim pesan tak ada sama sekali balasan darinya, dia sudah mencoba untuk menelepon perempuan itu dan selalu panggilannya itu ditolak.

Gio yang sedari tadi sudah sampai di depan rumah Shani memutuskan untuk tak masuk kedalam, dia lebih memilih memutar balik dan singgah ke minimarket yang tak jauh dari rumah Shani. Dia masuk kedalam minimarket, dia membeli kopi yang ada di sana meski dia tau resikonya nanti apa, yang jelas dia tau efek minum kopi itu bisa menenangkan pikirannya yang sedang penuh ini.

Dia duduk santai di depan minimarket itu, sambil sesekali mengecek ponselnya. Apakah orang yang memenuhi kepala nya saat ini sudah membalas pesanya atau tidak. Namun, saat dia sedang fokus pada ponselnya, kopi yang ada di tangan satu lagi direbut oleh seseorang. Dia medongakan kepalanya, itu melihat siapa orang yang berani mengganggu dia yang sedang ingin menikmati kopi itu.

Dia melihat seorang perempuan sedang memegang kopi yang dibeli tadi dengan menatap tajam kearahnya, dia dan perempuan itu masih saling bertatapan sampai "Besok sekolah, kamu itu paling gak bisa minum kopi!" omelnya, lalu dia berjalan membuang kopi itu ke tempat sampah dan kembali lagi ke hadapan Gio "Ngapain jauh-jauh kesini, kan di dekat rumahmu juga ada minimarket?" tanyanya masih dengan tatapan tajam, Gio sama sekali tak takut dengan orang di depannya itu. Dia malah tersenyum saat mendengar omelan orang itu, mirip seperti bundanya.

"Malah senyum, orang nanya itu dijawab?"

Gio masih diam tak besuara, dia masih ingin berlama-lama menatap mata orang yang seminggu ini memenuhi kepalanya.

Karena kesal dengan diamnya Gio itu, orang itu mengeluarkan jurus adalannya. Dia cubit perut Gio hingga membuat dia meringis kesakitan, "Apa sih Shani? Datang-datang ambil minuman orang, abis itu ngomel, terus sekarang malah main kekerasan!!" Keluhnya, Shani yang mendengar itu berniat melancarkan serangan lagi, tapi Gio menahan tangannya "Mending duduk dulu, biar enak ngobrolnya" Gio tarik tangan Shani, Shani tak menolak perlakuan Gio itu.

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang