Prolog

1.2K 52 2
                                    

00. Prolog

LELAKI yang menjabat sebagai ayahnya itu menjajarkan tubuhnya dengan Joan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LELAKI yang menjabat sebagai ayahnya itu menjajarkan tubuhnya dengan Joan. "Kamu tau, Joan? Rasa sakit pukulan ini, tidak sesakit saya yang harus ditinggal kan orang yang saya sayang. Semua yang saya sayang, semuanya meninggalkan saya karena kamu," bisiknya mengucapkan hal yang sama dengan perkataan beberapa menit yang lalu.

"Maaf," lirih gadis tersebut. Ia menundukkan kepalanya, dan meremas sisi kaos yang ia pakai, matanya sudah berkabut tanda air mata akan meluncur. Namun, Joan sekuat tenaga menahan air matanya itu agar tidak meluncur begitu saja, ia tidak ingin dianggap lemah oleh ayahnya.

Lelaki itu pun mencekik leher Joan, "Maaf kamu tidak berguna sama sekali, maaf kamu tidak akan bisa membuat mereka balik lagi, saya benci kamu. Selamanya, dasar pembunuh!" ketusnya dengan menendang tulang kering anak gadisnya itu. Lalu ia meninggalkan ruangan tersebut, tanpa membantu anaknya yang sehabis ia siksa tersebut.

Joan meringis dengan tangan yang tak berhenti mengusap air matanya kasar. Ia benci akan dirinya yang lemah. Joan pun merebahkan tubuhnya akibat tidak kuat lagi untuk duduk ataupun berdiri, karena seluruh tubuhnya itu sangat sakit. Mental, serta fisiknya sudah rusak. Nyatanya, ia yang ceria itu hanyalah sebuah topeng untuk menutupi luka mendalam yang terdapat di dirinya.

Joanna terbaring lemah di ruangan itu tanpa ada seorang pun yang akan menolong gadis malang itu.

Joanna memejamkan matanya perlahan dengan senyuman, ia lelah. Ia hanya akan beristirahat sejenak, untuk melupakan segala perkataan menyakitkan pria paruh baya yang berstatus ayahnya. Sungguh Joanna yang malang, ia terbaring lemah di atas lantai dingin itu dengan tubuh yang berlumuran darah.

Setelahnya ia membuka matanya ketika merasakan cahaya mentari yang mengganggu tidurnya. Ia pun membuka matanya dan terlihat dalam penglihatannya ruangan dengan cat warna putih. Ia menyipitkan pandangannya dan mencoba untuk bangun dari tidurnya. Ia baru menyadari jika ia tertidur di brankar.

Joanna meringis ketika menyadari sekujur tubuhnya yang sakit, ia memperhatikan sekeliling yang ternyata ruangan rumah sakit.

Bagaimana bisa ia berada di sini? Bukankah ia berada di tempat mengerikan yang sialnya sering sekali ia masuki? Lagi pula, siapa yang membawanya kemari? Pembantu rumah? Mustahil karena pembantu di rumahnya tidak ada yang memperdulikannya karena suruh ayahnya. Apa, ayahnya? Semakin mustahil.

Joanna terperanjat kaget mendengar dobrakan pintu ruangan itu.

"Astaga sayangku, bentar ya manggil dokternya dulu."

Siapa sosok itu? Dan bagaimana bisa Joanna terbangun di rumah sakit? Cuss ikutin terus ya cerita ini!

***

Transmigrasi JoannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang