[13] Ingkar janji

244 30 6
                                    

Haii haii, siapa yang di sini sering merasakan excited sendirian? Padahal dia sibuk dengan hal lain tapi kita selalu maklumi dia. Anehnya pas kita butuh dia, eh tiba-tiba ngilang gitu aja. ayo cung yang pernah kaya gini☝🏻☝🏻

💭: kaa naa pernah ngerasain ya?
🙆🏻‍♀️: hahahaha, iya.

oh iya kita kira judul bab kali ini maksudnya apa ya? Kira-kira ada apa ya?

Happy reading 🧸💗

****
"Nana, boleh saya bicara sebentar?" Tanya Raiden saat ia berpapasan dengan Nana yang tengah menuju ke ruangan sekpri.

Tanpa menjawab pertanyaan Raiden dengan pandangan lurus ke depan, Nana terus berjalan seolah-olah ia tidak melihat Raiden.

"jangan pura-pura tidak mendengar dan melihat saya naa." Ujar Raiden namun Nana tetap diam dan terus melanjutkan langkahnya.

"Nana Maheswari, kamu dengar saya kan? saya mohon berhenti sebentar."

Nana menghentikan langkahnya lalu membalikkan tubuhnya dan menatap kearah Raiden yang tengah menatapnya dengan tatapan sendu.

Raiden pun berjalan mendekati Nana dan saat sudah berdiri tepat di hadapan Nana, ia pun berkata. "malam ini sepulang kerja temui saya di cafe flora ya, ada yang ingin saya berikan untuk kamu."

"dalam rangka apa?"

Raiden menggeleng. "tidak dalam rangka apa apa, saya hanya ingin berbicara dengan kamu."

"kenapa tidak di bicarakan sekarang saja? saya hanya tidak ingin Kayana jadi salah paham jika kita pergi ke cafe berduaan." Ujar Nana.

"bisa jangan bahas Kayana, saya tidak ingin mendengar kamu menyebutkan nama dia." Kemudian Raiden menyerahkan paper bag yang ia pegang ke tangan Nana. "ini hadiah untuk kamu. intinya malam ini akan jadi malam yang spesial."

Nana mengerutkan keningnya. "untuk saya? memangnya ada apa?"

"tunggu saya malam ini ya, see u bocil penyuka coklat." Setelah itu Raiden berjalan meninggalkan Nana ke arah yang berlawanan.

Sedangkan Nana menatap punggung Raiden yang mulai menjauh, ia berusaha memikirkan maksud dari perkataan Raiden. Memangnya ada apa?

Namun ia juga di buat bingung dengan sikap Raiden yang tiba-tiba kembali seperti biasanya dan sifat Raiden yang sebelumnya rasanya hilang begitu saja.

Sebenarnya ia tidak sedang di permainan kan?

Semoga aja tidak.

****
"naa pulang nanti bareng sama saya yuk." Ajak Aksara.

"kayanya ga bisa deh mas." Seraya menaruh sendok yang ia pegang ke mangkuk, Nana menatap kearah Aksara. "hari ini saya mau ke cafe flora dulu."

"tumben banget naa? bisanya kamu kalo pulang kerja tuh langsung pulang. Ada janji sama orang ya naa?" Tanya Aksara.

Nana mengangguk. "iya mas, saya janjian ketemu sama Pak Raiden di cafe flora malam ini setelah pulang kerja."

"berarti kamu pulang bareng sama Pak Raiden terus ke cafe nya bareng?" Tanya Aksara lagi.

"engga, nanti saya pergi sendiri ke cafe flora lalu abis itu saya nunggu Pak Raiden datang deh." Jawab Nana.

"kok firasat saya ga enak ya naa." Ujar Rayyanka yang membuat perhatian Nana, Raffael, dan Aksara menoleh kearahnya.

"ga enak gimana ray?" Tanya Raffael.

Seraya mengaduk kuah bakso miliknya, Rayyanka menghela nafas. "feeling gue bilang kalo Pak Raiden kayanya ga bakalan datang deh."

Tentang kita [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang