Haii haii, apa kabar?
Hari ini aku update mungkin bab nya tidak akan panjang, tapi semoga dapat menghibur teman teman semua yaa.
Oh iya, jangan lupa klik vote sebelum baca bab ini yaa.
Happy reading.
****
"Mas, aku mau bubur ayam." Ujar Nana.Raiden mengerutkan keningnya. "Bubur ayam?"
"Iyaa, aku pengen banget bubur ayam."
Raiden mengangguk. "Oke saya carikan, kamu tunggu di rumah dan jangan buka pintu sebelum saya yang ketuk dan panggil nama kamu ya naa."
Nana mengangkat tangannya dan menaruh di atas pelipisnya, membentuk tanda hormat. "Baik bos."
"Ya sudah saya pergi dulu ya." Raiden bangkit berdiri dari sofa dan berjalan mengambil kunci mobilnya, setelah itu ia menghampiri Nana lalu mencium kening istrinya. "Ada apa apa langsung hubungi saya."
"Okee."
Raiden pun berjalan menuju pintu dan kini pikirannya bertanya-tanya tentang apakah di jam sebelas malam masih ada tukang bubur ayam yang jualan.
Namun biarlah nanti ia pikirkan, yang terpenting apapun yang Nana inginkan ia harus bisa mendapatkannya.
Masuk ke dalam mobil, Raiden mengambil handphonenya dan menghubungi Tommy.
Tidak butuh waktu lama panggilan telepon itu pun terhubung.
"Halo Pak, ada yang bisa saya bantu?"
"Halo Tom, iya saya butuh bantuan kamu. Tolong bantu saya carikan tukang bubur ayam yang masih jualan."
"Tukang bubur ayam? Di jam sebelas malam? Setau saya sudah tidak ada yang jualan di jam segini Pak."
"Saya paham, tapi mau bagaimana lagi. Istri saya ingin bubur ayam."
"Eh? Istri Pak Raiden ngidam?"
"Ngidam? Secepat itu?"
"Hah? Apanya Pak?"
"Tidak tidak, ya sudah tolong carikan ya Tom."
"Baik Pak, segera saya carikan."
Raiden pun mematikan sambungan telepon itu dan menyalakan mesin mobilnya lalu pergi meninggalkan rumah dan mencari tukang bubur ayam.
Selama di perjalanan mencari tukang bubur ayam, kepala Raiden di penuhi dengan berbagai pertanyaan.
Apa benar istri nya ngidam?
Lalu, apa benar kejadian ia pulang larut malam dan kejadian di sofa itu sudah ada hasilnya?
Sungguh, Raiden tidak menyangka akan secepat itu. Tapi jujur ia bahagia jika benar istrinya mengandung anaknya. Tidak masalah jika ia harus kerepotan mengurus Nana yang ngidam ini itu. Yang terpenting ia akan menjadi seorang ayah.
Hal yang sangat Raiden tunggu.
****
Sudah hampir satu setengah jam Raiden berkeliling mencari tukang bubur ayam, namun tak kunjung ia temukan.Drett!
Drett!
Raiden mengambil handphonenya dan mengangkat panggilan masuk dari Tommy.
"Halo?"
"Pak, saya sudah dapat bubur ayam nya."
"Serius kamu? Di mana?"
"Di dekat taman kompleks perumahan tempat Pak Raiden tinggal, di sana ada tukang bubur ayam yang buka sampai malam. Kebetulan saya masih sempat dapat bubur ayam sebelum kehabisan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang kita [ON GOING]
Random"saya senang bisa menjadi pria yang gila hanya dengan satu perempuan sepertimu naa." -Raiden Wijaya "aku senang bisa di cintai secara ugal-ugalan dengan pria sepertimu, semoga takdir mendukung kita untuk selalu bersama ya. Bahkan hingga maut memisa...