[17] milik Raiden seutuhnya

238 22 7
                                    

Haii, apa kabar?

coba tebak dari judul kali ini bakalan ada apa?

bacaa bab kali ini jangan vote dan comment nya yaa. aku kangen balas comment teman teman semuaa. (curhatan hati author)

jangan lupa juga yang mau pesan novel "Tentang Aku Dan Kamu" klik link bio Instagram aku atau klik link di profil wattpad aku ya.

happy reading 🧸💗

****
Raiden menggeleng. "saya ga butuh p3k, yang saya butuhkan hanya kamu."

Refleks yang awalnya Nana hendak menghampiri Raiden berbalik jadi berjalan mundur dan hendak kabur dari dalam gudang.

secara perlahan Nana berjalan mundur, jujur saja ia masih takut dengan kejadian yang baru saja terjadi beberapa menit yang lalu.

"kenapa mundur? kamu takut sama saya?" Tanya Raiden seraya melangkah maju kearah Nana.

"Pak jangan maju, diem di situ." Ujar Nana yang kini tengah berdiri di ambang pintu.

Raiden terkekeh. "ada apa memangnya jika saya maju?"

"JANGAN!" pekik Nana.

melihat Raiden yang semakin melangkah maju kearahnya, dengan cepat Nana berlari dari ruangan gudang yang terletak di lantai tiga menuju ke ruang tamu yang ada di lantai satu. Setidaknya lebih baik ia di lantai satu daripada berdiam diri di gudang yang terletak di lantai tiga ini.

Apalagi berduaan dengan Raiden yang terlihat menyeramkan beberapa menit yang lalu.

Nana mempercepat langkahnya menuruni tangga, sedangkan di belakang Raiden turun secara perlahan. Laki-laki itu tersenyum miring melihat Nana yang sepertinya takut padanya.

Saat tengah menuruni tangga dengan terburu-buru, tanpa sengaja Nana terpeleset dan kehilangan keseimbangannya.

"huaa mamaa!" Nana memejamkan matanya, namun bukannya tubuhnya terasa sakit karena terpeleset di tangga ia malah tidak merasakan sakit sama sekali.

Nana membuka matanya. "eh? kok ga sakit?"

"saya tidak akan membiarkan tangga membuatmu terluka." Ujar Raiden.

Ternyata Raiden dengan sigap menyelamatkan Nana yang hampir saja terjatuh di tangga. sigap amay Pak :>

"Pak Raiden, turunin saya dong." Pinta Nana.

Raiden menggeleng. "tidak mau."

"jika saya lepaskan kamu, maka kamu akan menghindari saya lagi. Oh iya apa kamu lupa jika kamu akan mengobati saya? Maka dari itu jangan menghindari saya." Lanjutnya.

Nana mengangguk. "iya saya obatin kok, tapi turunin dulu. Gimana saya mau ambil kotak p3k kalau Pak Raiden malah gendong saya begini coba?"

"kamu lupa? saya kan sudah bilang kalau saya tidak membutuhkan kotak p3k untuk mengobati luka saya." Ujar Raiden.

Nana mengerutkan keningnya. "terus Pak Raiden mau di obati dengan apa kalo bukan pake kotak p3k dan isinya?"

"kamu." Jawab Raiden seraya tersenyum miring.

"HEH, MULUTNYA!" Nana mendorong wajah Raiden dan menjauhkan dirinya dari Raiden. "awas jangan ngomong aneh aneh sama mantan yak."

"memangnya kenapa? dan apa alasannya?" Tanya Raiden.

Nana membalikkan tubuhnya dan melanjutkan langkahnya menuruni tangga. "pokoknya ga boleh, udahlah Pak Raiden pulang aja."

Raiden mengikuti langkah Nana. "kalau saya ga mau bagaimana?"

Tentang kita [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang